HALAMAN surat Yasin di depannya sudah basah oleh air mata, tapi Hana tetap melafazkan ayat demi ayat dengan terbata-bata.
Linangan air mata dan tangis yang tercekat di kerongkongan telah membuat pandangan Hana kabur dan bibirnya sulit mengeja.
Namun dia tidak mau berhenti. Hanya ini satu-satunya cara untuk meringankan beban batin yang terasa kian berat untuk dipikulnya seorang diri.
Pergilah, suamiku. Tenang dan damailah perjalananmu menuju haribaan Illahi. Maafkan semua kesalahan wanita pendosa ini. Maafkan aku Mas Haikal, maafkan aku.
Aku telah salah melangkahkan kaki, telah khilaf menjatuhkan pilihan hati. Telah lalai sehingga buta dan mengabaikan kasih sayang. Buta dengan cinta dan kata setia. Janji suci pernikahan telah tercoreng tinta hitam di tanganku.
Ampuni aku, Tuhan. Wanita berdosa ini, yang hatinya diliputi kepalsuan sekian lama, hingga sebuah dusta terbawa hingga maut membuatnya tetap menjadi hitam dalam gelap.