"SEBENARNYA aku tidak yakin kalau itu adalah yang terbaik untukmu, namun aku akan tetap mendukung apapun keputusanmu, Ra." Kiano menghadiahi seulas senyuman untuk Rahaya.
Rahaya pun membalas dengan melengkungkan sebuah senyuman ringan. Apa yang dikatakan Kiano itu benar. Tapi otaknya tak mampu memikirkan hal lain, selain kembali ke rumah itu.
Rahaya mendekatkan lagi gelas berisi air putih itu ke bibirnya. Ia menyeruput sisa minuman lewat sedotan plastik.
***
Kiano senang, semakin hari keadaan Rahaya semakin membaik. Wajahnya pun sudah tidak lagi terlihat pucat. Rona merah mulai menyemburat dan terpancar di permukaan kulitnya.
Sepertinya sekalipun telah kehilangan anak di dalam kandungannya, namun tidak semudah itu bagi Rahaya untuk melupakan Leonardo.
Leo adalah lelaki yang selama ini dicintai dan sekaligus menjadi obsesi semenjak mereka masih sama-sama bekerja di perusahaan itu.