Zio terperangah mendengarkan pertanyaan dari Cyzarine. Bukannya menjawab, Zio justru lebih tertarik pada sosok wanita yang duduk di sampingnya.
"Hmm, rupanya Anda bisa berbahasa Inggris dengan baik, Nona Cyza!"
Zio memuji kemampuan berbahasa Inggris Cyzarine yang fasih. Tidak hanya itu, Zio juga merasa bahwa Cyzarine mulai tertarik padanya.
"Ah?! Aーapa?! Aーapa?!"
Cyzarine tersipu malu. Baru kali pertama dalam hidupnya ada orang lain yang memujinya, selain sang ibu asuhnya di panti asuhan.
"Ha ha ha!"
Zio tertawa mendadak. Dan, tentu saja membuat Cyzarine semakin salah tingkah. Wanita 19 tahun tersebut pun membenarkan letak kacamatanya seraya melempar pandangannya ke arah lain.
"Jakarta, Indonesia."
Zio menjawab dengan santai hingga membuat Cyzarine menoleh ke arahnya.
"JaーJakarta?! InーIndonesia?!"
Cyzarine mengerutkan kening seraya menatap Zio dengan penuh tanda tanya.
"Ya, benar."
Mobil yang membawa Cyzarine dan Zio mulai memasuki distrik Arbat. Namun, kedua orang yang duduk di kursi penumpang bagian sibuk berbincang dan menatap satu sama lain.
"Saーsaya ... saya tidak tahu di mana Jakarta ...."
Cyzarine akhirnya memilih untuk berkata jujur tentang ketidaktahuannya mengenai negara asal Zio Darwin Tanudjaya.
"Jakarta adalah Ibukota negara Indonesia yang berada di kawasan Asia."
Zio sedikit menjelaskan tentang negara asalnya dengan harapan wanita di sampingnya akan tertarik.
"Lebih tepatnya, berada di kawasan Asia Tenggara."
Oh, aku harus mencari tahu letak negara asal Zio. Sepertinya menarik!
Cyzarine tersenyum dan terlihat bersemangat untuk mencari tahu lebih banyak tentang Indonesia. Ia mengerjap ketika suara Zio berhasil mengagetkannya.
"Apakah Anda belum pernah mendengarnya, Nona Cyza?"
Cyzarine mengedipkan matanya berulang kali. Ia berusaha menyembunyikan keterkejutannya.
"Oh, saya tidak ... mempelajari negara lain, selain negara-negara adidaya di dunia ...."
Suara Cyzarine semakin samar-samar terdengar di telinga Zio. Namun, pria itu pun mengerti karena sistem pendidikan di setiap negara berbeda.
"Saya mengerti, Nona. Saya pun hanya mempelajari beberapa mata pelajaran selama menjalani pendidikan home schooling di Jakarta."
Home schooling?! Ya, Tuan Zio pastinya berasal dari keluarga terkaya juga terpandang di Indonesia, batin Cyzarine tersadar dari lamunannya.
"Seーseperti apa Indonesia? Dan, ada berapa musim di sana?"
Cyzarine bertanya karena sejujurnya ia sangat penasaran dengan negara asal Zio.
"Apakah Anda tahu Bali?"
"Bali?! Ya, saya tahu! Siapa yang tidak mengenal negara Bali yang penuh pesona!"
Zio semakin tersenyum lebar ketika ia mendengar Cyzarine mengungkapkan persepsi yang salah tentang Bali.
"Excuse me, Young Lady! Bali merupakan bagian kepulauan dari Indonesia. Ya, pulau Bali dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan keindahan alamnya benar-benar memukau. Jika suatu saat Anda tertarik untuk mengunjungi Bali, silakan hubungi saya!"
Zio memberikan sebuah kartu nama berwarna hitam yang elegan.
"Karena saya akan menjadi pemandu wisata untuk Anda dengan senang hati! Dan oh, di Indonesia hanya memiliki 2 musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan."
Cyzarine tidak mengindahkan perkataan Zio sama sekali. Ia membaca nama lengkap Zio yang tertera di kartu nama tersebut.
"Zio Darwin Tanudjaya. CEO of Tanudjaya Company."
Kini, Cyzarine membiarkan kedua matanya menatap Zio yang sedang tersenyum dengan bangga ke arahnya.
"Benar. Itulah nama lengkap saya, Nona Cyza."
Tentunya aku tidak kalah tampan dan kaya dari mantan Suamimu, bukan, Nona Cyza?! lanjut Zio di dalam hati.
Zio sangat berharap bisa terus mendekati Cyzarine dengan cara apapun karena ia telah jatuh hati pada pandangan pertama.
Ciiiittt!
Sang sopir menghentikan mobil yang di bahu kanan jalan. Ia pun menoleh ke belakang.
"Maaf, Tuan Zio. Kita telah sampai di Arbatskaya."
Zio menghela napasnya dalam-dalam. Terlihat jelas dari raut wajah pria itu bahwa ia sangat tidak rela membiarkan Cyzarine pergi dari sisinya.
"Oh?!"
Cyzarine memandang ke sekelilingnya dan menemukan papan nama Arbatskaya Metro Station yang terletak di sebelah markas Kementerian Pertahanan.
"Benar. Terima kasih untuk tumpangan Anda, Tuan Zio."
Cyzarine mengucapkan rasa terima kasihnya dengan tulus tanpa disertai senyuman.
Bahkan ketika mengucapkan rasa terima kasih pun, wanita ini enggan memberikan senyumnya padaku, ucap Zio dalam hatinya geram. Tidak bisa, 'kah aku melihat senyumnya meskipun hanya satu kali saja?!
Zio bertanya-tanya di dalam hatinya dengan geram. Namun, ia buru-buru menutupi perasaannya.
"Ya, Nona Cyza. Berhati-hatilah ketika Anda sedang berjalan karena salju turun lebih lebat dari hari sebelumnya dan pastikan Anda memakai mantel juga pelindung diri dari cuaca dingin yang ekstrim!"
Sial! Bagaimana bisa kalimat itu keluar begitu saja dari mulutku?! Bagaimana jika mencurigai ku dan menjauh dariku?!
Pikiran-pikiran negatif mulai memenuhi benak Zio dan membuatnya lupa jika Cyzarine menatapnya sedari tadi.
"Tuan Zio?"
Suara sang sopir menyadarkan Zio dari pikiran-pikirannya.
"Ah, ya! Sebagai ucapan terima kasih, apakah Anda bisa menjadi pemandu wisata saya dan mengenalkan jalan Arbat kepada saya?"
Zio segera menoleh ke arah Cyzarine yang siap membuka pintu mobil. Ia melemparkan pertanyaan dan berharap Cyzarine akan mengabulkan keinginannya.
"Bagaimana, Nona Cyza?"
"Saーsaya ...."
"Anda bisa memberikan saya jawaban melalui nomor yang tertera di kartu nama saya!"
Zio memotong kalimat Cyzarine hingga wanita itu terdiam.
Karena dengan begitu, aku bisa mengetahui nomor ponselmu, Cyza, ujar Zio dalam hatinya.
"Baーbaik, Tuan Zio."
Cyzarine menundukkan pandangannya, tetapi ia sesekali mencuri pandang ke arah Zio.
Brak!
Cyzarine membuka pintu mobil tanpa menoleh kembali ke arah Zio. Sedangkan Zio memperhatikan kepergian Cyzarine sembari mengeluarkan ponsel dari saku mantel.
"Ya, Tuan Muda?"
Suara di seberang sana menjawab panggilan Zio dengan datar.
"Sam Hages, ikuti ke manapun Cyza pergi dan bantu dia jika mengalami kesulitan!"
Klik!
Zio mematikan sambungan teleponnya dengan sang asisten. Ia menatap punggung Cyzarine yang semakin menghilang dari pandangan matanya.
"Jalan!"
**
Cyzarine berjalan di sepanjang jalan Arbat seorang diri. Ia berjalan tanpa menoleh ke kanan dan kirinya. Bukan karena tidak peduli pada keadaan sekitar, tetapi ia tidak memiliki kepercayaan diri yang banyak.
"Hmm, di mana kantor agen properti itu berada?"
Cyzarine menatap bangunan indah berwarna merah bata yang berdiri kokoh di depannya. Tidak butuh waktu lama, ia segera menemukan sebuah tulisan berwarna gold.
"Garden Embassy Arbat!"
Cyzarine berseru ketika membaca nama agen properti yang terdapat di atas kepalanya.
"Syukurlah aku tidak salah tempat!"
Cyzarine melangkahkan kakinya mendekati pintu kantor agen properti di depannya. Tanpa sepengetahuan Cyzarine, sepasang mata memperhatikan dirinya dari kejauhan. Sepasang mata hitam milik Sam Hages yang selalu siap memantau mantan istri Vyacheslav.
"Selamat siang!"
Salam sapa pun terdengar di telinga Cyzarine. Seorang wanita berusia kira-kira awal tiga puluhan berjalan menghampirinya dengan pandangan terheran-heran.
"Maaf, Nona ...."
Wanita yang menyapa Cyzarine tadi pun mengubah mimik wajahnya saat menatap penampilan Cyzarine dari ujung rambut hingga ujung kaki.