Hari yang melelahkan. Cyzarine memilih untuk kembali ke hotel dan beristirahat. Ia sengaja tidak memberitahu mengenai apartemen yang baru saja dibeli kepada kedua sahabatnya.
"Aku akan memberikan kejutan untuk Larisa dan Irina. Dan, aku berharap mereka akan bahagia."
Cyzarine berucap seorang diri seraya melepaskan pakaian yang menutupi tubuhnya.
"Musim dingin seperti ini membuatku malas membersihkan diri, tetapi ...."
Usai mengganti pakaiannya, Cyzarine duduk seorang diri di meja rias. Ia menatap pantulan dirinya.
"Apakah aku harus melakukan apa yang dikatakan Irina dan Larisa?! Harus, 'kah?!"
Cyzarine menepuk pelan kedua pipinya berbarengan.
"Bodoh! Bodoh! Bodoh!"
Cyzarine mengasihani dirinya sendiri ketika mengingat saran kedua sahabatnya untuk mengikuti kencan buta melalui salah satu aplikasi kencan online yang kini banyak tersedia.
"Aku tidak akan memikirkan pernikahan untuk saat ini karena hatiku masih sakit!"
Cyzarine melepaskan ikat rambut yang sepanjang hari membuat rambutnya sukar bernapas.
"Apakah aku harus mengubah penampilan ku?!"
Cyzarine menyisir rambutnya hingga rapi. Tidak hanya itu, ia juga mengeluarkan satu kotak perhiasan merah dari dalam laci meja rias dan memakainya.
"Apakah aku pantas memakai semua ini?!"
Merasa tidak yakin dengan dirinya, kini Cyzarine mengeluarkan kotak perhiasan berlapis emas pemberian Anastasia sebagai hadiah pernikahan.
"Sungguh cantik!"
Cyzarine mengeluarkan sebuah kalung berlian dari dalam kotak itu.
"Aku berharap, suatu saat nanti akan ada seorang pria yang benar-benar tulus mencintai ku dan memakaikan kalung ini untukku!"
Cyzarine tersenyum seraya melekatkan kalung tersebut di lehernya. Ia melepas semua perhiasan yang tadi dipakainya dan memasukkan kembali ke tempat semua. Cyzarine berankak dari meja rias dan berbaring di atas ranjang seorang diri.
Cyzarine: Datanglah ke kamar hotel ku besok pagi karena aku memiliki sebuah kejutan untuk kalian!
Cyzarine mengetik pesan di grup chat Whatsapp yang hanya terdiri dari 3 orang, yaitu Larisa, Irina dan dirinya.
Selang 15 menit kemudian, ponselnya bergetar dan terlihat Irina juga Larisa bergantian membalas pesan Cyzarine. Namun apa boleh buat, wanita yang baru saja menyandang status janda ini pun tak kuasa menahan rasa kantuk.
**
Presidential Suite dengan luas 433 meter per segi ini sangatlah eksklusif dengan sentuhan klasik eropa. Suite ini terdiri dari satu kamar tidur dengan king size, ruang tamu, ruang makan untuk 7 orang, dapur lengkap, kolam renang kecil, dua teras pribadi, dan tentunya televisi. Ruang tidurnya pun terdapat ruang ganti dan lemari pakaian. Dengan tarif sebesar 742.220 Rubel per malam, bukan, 'kah, harga tersebut sangat fantastis?
Tring! Tring! Tring!
Betapa terkejutnya Cyzarine ketika mendengar suara bel kamar hotelnya berbunyi berkali-kali. Ia mengucek kedua matanya sebentar sebelum bunyi bel kembali terdengar untuk yang kesekian kali.
"Oh, siapa yang datang sepagi ini?!"
Cyzarine turun dari ranjang, kemudian memakai alas kakinya. Ia beranjak menuju pintu kamarnya dengan tergesa-gesa.
"Ugh! Tidak bisa, 'kah, lebih bersabar untuk menunggu ku membukakan pintu?! Seharusnya aku tidak menyewa kamar ini!"
Cyzarine berseru diikuti dengan penyesalan.
Brak!
"Ya? Siapa?"
Cyzarine membukakan pintu kamar hotelnya begitu saja tanpa memeriksa terlebih dahulu siapa yang datang.
"Ini Mama, Sayang."
Suara khas seorang wanita yang sangat ia kagumi juga sayangi membuatnya terpana hingga kedua matanya membulat.
"MaーMama Anna?"
Cyzarine terperangah dengan kedatangan mantan ibu mertua. Sedangkan wanita tersebut tidak berhenti tersenyum ke arah Cyzarine.
"Boleh, 'kah, Mama masuk, Cyza?"
Nada bicara Mama masih sama, ujar Cyzarine di dalam hatinya sendu.
"Cyza?"
Anastasia meraih kedua tangan Cyzarine seraya tersenyum.
"Tenーtentu saja, Ma ...."
Cyzarine menjawab pertanyaan mantan ibu mertuanya sambil menatap pria yang berdiri tegak di belakang Anastasia.
"Vasili, ayo masuk!"
Cyzarine sangat canggung menyambut kedatangan Anastasia. Ia tidak tahu jika dirinya akan mendapatkan kejutan di pagi hari seperti ini.
"Silakan duduk, Ma!"
Cyzarine mengajak Anastasia duduk di ruang tamu.
"Letakkan di atas meja, Vasili, dan setelah itu, pergilah!"
"Baik, Nyonya."
Vasili melakukan pekerjaannya dengan cepat. Ia memang sangat cekatan dan rapi dengan semua pekerjaan yang diberikan oleh Anastasia padanya.
"Saya akan berada di depan kamar hotel Nona Cyzarine, Nyonya."
Anastasia tidak lagi menyahutinya, tetapi wanita itu mengangguk seraya mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi.
"Apakah kau baru bangun tidur, Cyza? Apakah hari-hari mu menyenangkan?"
Karena jujur saja, setelah hari perceraianmu dengan hari Vyach, hari-hariku berikutnya sangatlah buruk, lanjut Anastasia di dalam hatinya.
Anastasia menunggu jawaban dari mulut Cyzarine. Namun, wanita itu tidak juga membuka mulutnya.
"Aーapa yang ingin Mama minum? Ah, maーmaaf, jika aku lancang ... taーtapi apakah aku masih diperbolehkan memanggil dengan sebutan Mama?"
Cyzarine menjadi salah tingkah. Ia canggung dan tidak tahu lagi harus bersikap bagaimana.
"Tentu saja, Sayang."
Anastasia meraih tubuh Czyarine, lalu mendekapnya erat. Anastasia berulang kali menghela napas berusaha menahan air matanya yang sulit dicegah untuk tidak terjatuh.
"Teーterima kasih, Mama ...."
Anastasia melepas dekapannya. Ia kembali tersenyum. Namun bukan senyum tulus, melainkan senyum palsu.
"Laーlalu, Mama belum menjawab pertanyaan aku tadi ...."
Bozhe! (Arti: Astaga!)
Hati kecil Cyzarine memekik tatkala Anastasia menatapnya.
"Tidak perlu, Cyza. Mama tidak akan lama."
Tanpa melepaskan pegangan tangannya, Anastasia menatap wajah Cyzarine yang tak mengenakan kacamata.
"Oh, Cyza!"
Seketika itu juga, Cyzarine bingung mendengar Anastasia meneriakkan namanya.
"Iーiya, Ma? Ada apa?"
"Di mana kacamatamu?! Mengapa kau tidak memakainya?!"
Tuhan, bagaimana ini?! Aku bahkan lupa memakai kacamata dan bagaimana aku menjawab pertanyaan Mama?!
Cyzarine larut dalam kebingungannya. Ia tersadar dari kesalahan fatal.
"Aーaku ... aーaku ...."
Cyzarine mengarahkan pandangan ke segala arah. Ia tidak ingin Anastasia tahu fakta tentangnya.
"Ya? Ada apa? Apakah kedua matamu sudah normal?"
Aku berharap kau menjawab 'ya", Cyza, batin Anastasia.
"Beーbenar, Ma. Tentu saja, Ma ...."
Maafkan aku telah membohongi mu, Ma, ujar Cyzarine menyesal di dalam hati.
"Oh? Benar, 'kah?"
Mengapa Mama terdengar ragu-ragu? Oh, tidak! Aku harus mengalihkan pembicaraan secepatnya atau Mama akan semakin mencurigai aku!
Usai berseru, Cyzarine dengan sengaja mengarahkan pandangan matanya ke atas meja.
"Aーada perlu apa, Mama ke sini? Dan, apa yang terdapat di atas meja?"
Bukan, 'kah, semua ini adalah barang-barang mewah yang berasal dari toko fashion ternama di negara ini?
Cyzarine menerka-nerka di dalam hati seraya memperhatikan semua barang yang dibawa Vasili tadi.
"Oh, ya, Cyza. Mama hampir lupa memberitahumu!"
Anastasia kembali bersemangat ketika Cyzarine berhasil mengalihkan pembicaraan. Wanita tersebut meraih sebuah undangan dengan desain tidak kalah mewah seperti barang-barang tadi.
"Ini adalah undangan untukmu, Cyza."
Anastasia mengulurkan tangannya kepada Czyarine.
"Undangan?"
"Ya, ambilah!"
Cyzarine meraih undangan yang disodorkan oleh Anastasia.
Deg! Deg! Deg!
"Oh, apakah ini adalah undangan pernikahan antara Vyach dengan Ellena?"
Czyarine bertanya dengan pelan. Ia terlihat lesu. Hatinya yang rapuh akan kembali terkoyak karena undangan di tangannya.