Gadis manis yang selalu riang dan tersenyum kepada siapapun yang menyapanya. Ya, dia adalah violetta, Violetta princessa pemilik serta desainer di sebuah butik yang berada di Civic center, Los Angeles.
Dia putri dari Raymond dan Berliana Ayu, ibunya berasal dari Asia tepatnya Indonesia, sedangkan ayahnya berasal dari negara paman Sam itu. Perpaduan dari kedua orang tuanya membuat kecantikan Violet tidak diragukan lagi.
"Sayang, kamu ke butik hari ini?" tanya Berliana kepada putri bungsunya saat melihat Violet berjalan ke arahnya.
"Sepertinya tidak mom, Marvel datang hari ini. Aku akan bertemu dengannya nanti, Mom." jawab Violet dengan senyumnya.
Berliana, Ibunya selalu bahagia ketika melihat senyum Violet, Violet yang selalu ceria membuat orang yang ada di sekitarnya merasakan juga kebahagian yang sedang dia rasakan.
Ah, gadis Berliana ini sudah dewasa sekarang membuat Berliana sedikit tidak terima dengan kenyataan yang satu itu.
"Bagaimana hubunganmu dengan Marvel? Apa berjalan dengan baik?" tanya ibunya lagi. Violet mengerutkan kening, merasa heran karena tiba-tiba mama nya bertanya tentang hubungannya dengan Marvel.
"Yup Ma, kami baik-baik saja. Meski di luar selalu terdengar berita dia sedang menjalin hubungan dengan model itu. Tapi dia bilang tidak padaku, Ma. Dan aku percaya padanya." jawabnya mantap. Terlihat jelas kalau Violet percaya sepenuhnya kepada Marvel.
"Semoga semua berita yang beredar di luar sana benar-benar berita bohong. Mama tidak ingin melihat anak mama ini merasakan sakit karena dikhianati, kamu tahu bukan kalau mama selalu mencintai kamu?" ujar Berliana sambil menatap Violet dengan penuh sayang.
"Aku juga mencintaimu Ma, selalu. Mama adalah ibu terbaik di dunia ini, aku sangat bersyukur mempunyai mama sebagai orang tua." jawab Violet sambil memeluk Berliana yang sudah berkaca-kaca.
Mereka saling berpelukan, menunjukkan seberapa besar rasa cinta Berliana untuk putri cantiknya yang sudah dewasa.
"Ma, aku pergi dulu ya. Mau menjemput Marvel di bandara. Aku takut terlambat karena 1 jam lagi pesawat yang ditumpangi Marvel mendarat." pamit violet sambil melihat jam di pergelangan tangan kirinya.
Violet memeluk tubuh Berliana setelah dia pamit, pelukan Berliana sangat erat, seolah dia takut kalau anaknya terluka saat tangannya melepaskan pelukannya.
"Iya sayang, hati-hati di jalan. Salam untuk Marvel dari mama. Kalau ada waktu suruh dia mampir ke rumah, bertemu dengan mama dan papa." Ucapnya setelah mencium rambut Violet. Berliana selalu memeluk dan mencium rambut anaknya saat akan pergi, kemanapun itu.
"Okay Ma, Vio berangkat dulu. Bye Ma! I love you."
Violetta berjalan keluar rumah dan langsung menuju mobilnya sambil melambaikan tangannya kepada Berliana.
Senyum bahagia terlihat jelas di bibir Violetta. Marvel dan Violet menjalin hubungan jarak jauh yang membuat mereka jarang bertemu. Keinginan Marvel untuk membawa Vio tinggal bersamanya masih belum terkabul karena Violet masih menolaknya, pekerjaannya membuatnya tidak bisa memenuhi keinginan Marvel untuk saat ini.
***
Violet sampai di bandara tepat ketika pesawat yang dinaiki Marvel mendarat. Violet melihat ke arah pintu kedatangan, menunggu seseorang yang sudah sangat ingin ditemui oleh Violet.
"Hai!" Teriak Vio sambil melambaikan tangannya saat dia melihat siluet tubuh Marvel tidak jauh dari tempatnya saat ini.
Marvel melihat lambaian tangan Vio lalu tersenyum. Gadis ciliknya yang selalu riang sudah ada di depannya.
Marvel memeluk tubuh Vio saat dia sampai di depan Vio. Marvel mendekap erat tubuh Vio yang cukup mungil di dalam dekapan Marvel membuat pria itu merasa gemas dengan Vio.
"Queen, aku merindukanmu." Marvel memeluk erat Violet sambil mengangkat lalu memutar tubuh kecil Violet.
"Aku juga sangat merindukanmu."
Marvel melepaskan pelukannya, lalu matanya menatap Violet dengan lembut dan tersenyum manis.
Marvel mendekatkan bibirnya ditelinga Violet sambil berbisik.
"Benarkah kamu sedang merindukanku? Atau kamu merindukan hal yang lainnya dariku?" Goda Marvel yang dihadiahi pukulan di bahu Marvel. Tidak sakit sih, tapi cukup kuat.
"Mau main kasar, Sayang?" Goda Marvel lagi. Godaan Marvel mulus membuat Violet salah tingkah, dia malu.
"Sudah, jangan menggodaku terus. Kamu mau langsung ke apartemen atau kita makan dulu?" ketus Vio karena kesal dengan godaan Marvel yang ditujukan untuknya.
"Boleh aku makan kamu?" seloroh Marvel menggoda Vio.
"Ih, Marvel!" Marvel tertawa saat mendengar teriakan Violet yang kesal. Dengan cepat dia memeluk tubuh Violet.
"Kita langsung ke apartemen saja. Aku capek. Kemarin pulang dari kantor aku langsung kemari.
***
Violet mengendarai mobilnya dengan pelan dan Marvel kelihatan benar-benar lelah dan sekarang tertidur
"Kenapa memaksakan kemari jika kamu banyak kerjaan? Kamu seharusnya menyelesaikan pekerjaan kamu dulu dan istirahat." lirih Violet sambil melihat Marvel yang memejamkan mata.
Berulang-ulang dia melihat wajah lelah Marvel yang sedang tidur. Rahang tegas dan kumis tipis menghiasi wajah tampannya dan Violet suka.
"Sayang! Bangun! Kita sudah sampai." Violet menggoyang-goyangkan tubuh Marvel saat dia sudah selesai memarkir mobilnya di area parkir apartemen milik Marvel.
"Oh, iya. Hoooaaammm!" Marvel membuka mata dan menguap lebar, melihat mereka sudah berada di area parkir membuat Marvel melepas seat belt yang dia pakai.
"Kenapa kamu datang kesini jika kantor sedang sibuk? Kan aku bisa ke sana?" tanya Violet penasaran.
"Kapan? Kapan kamu ada waktu untuk aku? Tidak bisakah kamu ikut aku ke sana agar kita bisa bersama?" tanya Marvel balik dengan rentetan pertanyaan terdengar dingin.
Marvel sering kali dibuat kesal oleh Violet, karena wanita kesayangannya itu selalu menolak ajakannya untuk tinggal bersama dengan alasan ingin mengejar karir, padahalkarirnya sudah sangat bagus di sini.
"Jangan memancing pertengkaran. Kamu datang kesini mau bertemu aku atau mau bertengkar?" ketus Violet karena tidak terima saat mendengar rentetan pertanyaan yang selalu dilontarkan oleh Marvel saat mereka bertemu.
"Ma'af, Sayang. Jet leg membuat kepalaku tidak sinkron."
"Biasanya dalam keadaan yang seperti itu menunjukkan hal yang sebenarnya kamu inginkan, kamu sepertinya memang ingin bertengkar langsung denganku disini daripada di telfon." ketus Violet sambil melangkah keluar dari mobil.
"Bagaimana mungkin ingin bertengkar? Aku datang karena merindukanmu dan ingin memeluk, mencium daaann..... " teriak Marvel sambil mengikuti langkah Violet yang sudah meninggalkannya jauh di depan.
"Dan apa?"
"Dan membuatmu terus-menerus menyebutkan namaku."
"Dasar mesum!" Violet segera masuk ke dalam lift saat pintu lift terbuka. Melihat Violet yang merah mukanya membuat Marvel bahagia.
"Tetap di sisiku apapun yang terjadi." pinta Marvel sambil memeluk tubuh mungil Violet.
Pintu lift kembali terbuka saat mereka sudah sampai di lantai tempat yang akan mereka tuju.
"Kamu sering datang kesini, Sayang?" tanya Marvel saat melihat apartemen miliknya cukup rapi.
"Iya, saat aku merindukanmu dan saat aku mendapat job dadakan yang membuat kepalaku mau pecah dengan permintaan klien yang aneh-aneh." jawab Violet sambil mendudukkan tubuhnya di sofa.
"Permintaan yang aneh-aneh? Maksudnya bagaimana?" tanya Marvel tidak paham, Violet menghembuskan nafasnya berat seakan dia sedang melepaskan beban yang sangat berat di hidupnya.
"Kadang ada klien yang pasrah saat minta dibuatkan baju, tapi ada juga klien yang permintaannya terlalu banyak. Mereka selalu bilang akan membayar berapapun agar baju segera selesai. Keinginan mereka sungguh membuat batas kesabaran ku selalu menipis setiap harinya." keluh Violet sambil memejamkan matanya.
"Begitulah bisnis, Sayang. Kadang berjalan seperti keinginan kita, kadang sebaliknya."
Violet mengangguk, apa yang dikatakan oleh Marvwl memang benar. Begitulah dunia bisnis, tidak selalu sesuai dengan keinginan kita.
"Apartemen ini cukup rapi dan bersih, kamu yang melakukannya?" tanya Marvel saat melihat kesekeliling apartemen miliknya yang tertata rapi.
"Iya dong! Siapa lagi yang memanggil jasa bersih - bersih jika bukan aku?" jawab Violet sambil meringis, Marvel hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar jawaban Violet.
"Aku mandi dulu. Tubuhku rasanya sangat lelah."
"Aku akan menyiapkan makanan untuk kamu."
Marvel mengangguk dan segera berlalu menuju kamar mandi.
"Kamu harus yang masak, Sayang! Jangan pesan makanan dari luar! Aku merindukan masakan buatanmu!"Teriak Marvel dari dalam kamarnya.
"Ih, kenapa dia tahu sih kalau aku mau memesan makanan di restoran? Terpaksa deh masuk dapur!"