Ada seorang gadis tengah berbaring di kasur miliknya sambil menonton drama Korea yang ia sukai, "The Uncanny Counter". Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya, membuat gadis itu kesal dan terpaksa mem-pause drama Korea tersebut, karena tidak ingin ketinggalan adegan drama sedikit pun. Saking ia menyukai dengan drama Korea tersebut.
Gadis itu membuka pintu kamar dan terlihat lah pria paruh baya yang sedang tersenyum kearahnya. Jujur, bukannya bahagia melihat senyuman pria paruh baya itu, malah merinding. Baru kali ini iya melihat pria yang ada di depannya tersenyum padanya.
"Ada apa Ayah?" tanya gadis itu menatap pria yang berstatus sebagai Ayah kandungnya.
"Masih ingat ucapan Ayah semalam?" tanya pria paruh baya itu.
"Aku tidak ingin dinikahkan Ayah, sekarang bukan jaman Siti Nurbaya lagi, ayolah," balas gadis itu dengan tatapan malas.
"Nikahi dia Syifa atau fasilitasmu Ayah cabut," ucap Ayah dengan suara lantang.
Syifa gadis berumur 21 tahun, yang bekerja di sebuah cafe milik kakeknya. Gadis ini anak dari keluarga kaya, tapi ia paling tidak suka bergantung pada kedua orang tuanya. Ia bekerja mencari uang untuk jajannya, membeli kuota internet untuk menonton drama Korea kesukaannya dan ya tentunya untuk tabungan masa depannya juga.
"Memangnya Tuan Roy pernah memberiku fasilitas yang lengkap? Tidak kan? Barang-barang yang ku punya, aku beli dengan hasil keringatku," jelas Syifa menatap sang Ayah, jujur gadis ini sangat tidak akur dengan ayahnya, karena dulu Tuan Roy sempat memaksa sang Kakak menikahi pria yang seumuran kakeknya. Akhirnya kakaknya memilih untuk gantung diri di apartemen miliknya karena tidak ingin menikah dengan orang tua yang sudah bau tanah itu.
Roy Kusuma, pria yang sudah kaya turun temurun. Memiliki sifat yang keras kepala dan sangat memaksa. Jika keputusannya tidak disetujui bersiaplah, akan ada perang dunia untuk kesekian kalinya di rumah megah miliknya.
"Kau menantang ku ha?! Kau harus menikah dengan anak dari keluarga Widodo!" bentak Tuan Roy yang berstatus sebagai Ayah gadis itu.
"Kalau aku tidak mau bagaimana ha? Please Ayah jangan memaksaku, mau terulang 2x lagi ha kejadian 3 tahun yang lalu?" tanya Syifa menatap sang Ayah.
Saat mendengar keributan wanita paruh baya keluar dari kamar dan menghampiri suami dan anaknya yang tengah beradu mulut di depan kamar anaknya. Ya, Sonia adalah Ibu kandung Syifa. Sifatnya berbanding terbalik dengan suaminya.
"Apalagi ini? Tidak bosan berkelahi terus ha?" tanya Nyonya Sonia.
"Ini Bu, Ayah memaksaku menikah. Ya aku gak mau lah, toh aku juga gak kenal sama pria yang akan aku nikahi," jelas Syifa menatap malas.
"Makanya kenalan dulu, siapa tau kamu suka kan, dia pria tampan dan baik loh Syifa. Ibu yakin kamu pasti setuju setelah bertemu dengannya," ujar sang Ibu meyakinkan anaknya.
"Tap---,"
Plak!
Satu tamparan mendarat diwajah mulus Syifa, bahkan ujung bibir gadis itu sobek karena tamparan Tuan Roy. Nyonya Sonia terkejut dan menatap suaminya dengan tatapan yang begitu kecewa.
"Apa-apaan ini Mas?" tanya sang Ibu melindungi anaknya.
"Dia harus menikah dengan keluarga Widodo! Dengan itu keluarga kita akan semakin kaya paham kau!" bentak Tuan Roy kesal.
"Jangan paksa anak kita, memang Mas mau kejadian 3 tahun lalu terulang lagi ha?" balas Ibu Syifa.
"Aku tidak peduli, dia harus menikah!" bentak Tuan Roy lagi.
"Mas, jangan memaksa Syi---"
Plak!
Tuan Roy pun menampar wajah sang Istri sangat keras. Syifa terkejut dan menatap tajam pria yang berstatus sebagai ayahnya.
"Baiklah jika itu mau mu Tuan Roy, aku akan menikah, asal anda tidak memukul ibuku atau menindas nya," keputusan Syifa.
Air mata gadis itu menetes saat menyetujui keputusan ayahnya agar ia menikah dengan orang yang tidak ia kenal.
"Baiklah, besok kita bertemu keluarga Widodo. Sonia masuk ke kamar, kita nikmati hari bahagia ini," balas sang Ayah membawa Ibu masuk ke dalam kamar.
Syifa mematung dan tiba-tiba kakinya melemah, air matanya terus jatuh karena merasa menyesal dengan keputusan yang ia buat. Jujur saat ini ia begitu takut dengan keputusan yang ia ambil, ia takut salah mengambil keputusan dan akan membuatnya sengsara dimasa mendatang.
"Apa keputusanku benar? Kenapa perasaanku buruk tentang keputusan ini," ucap Syifa memeluk kedua lututnya di depan pintu kamarnya.
***
Keesokan harinya, Syifa dan kedua orang tuanya sudah menunggu keluarga Widodo di sebuah restauran ternama di Ibukota Jakarta. Syifa hanya duduk diam dan memainkan kukunya karena ketakutan, tak lama pun akhirnya keluarga Widodo datang dan langsung duduk di meja yang sudah dipesan oleh Tuan Roy.
"Wah putrimu cantik ya," ucap Nyonya Risa.
"Terimakasih Risa, kau juga cantik," balas Nyonya Sonia.
Risa adalah wanita yang akan menjadi Ibu mertua Syifa. Ia memiliki sifat yang begitu lemah lembut dan penyayang.
"Kau bisa saja Sonia," sambung Nyonya Risa.
"Siapa namamu?" tanya Nyonya Risa.
"Na-nama ku, Syifa Kusuma tante," balas Syifa yang begitu gugup.
"Nama yang cantik, ini anak tante namanya Teuku Jun Perwira. Nah, ini Suami tante Teuku Widodo Perwira," jelas Nyonya Risa.
Jun adalah anak keluarga Widodo, dia lah yang akan menikah dengan Syifa. Terlihat dari wajahnya ia adalah anak yang baik, lembut dan penyayang. Tapi entahlah kedepannya, karena kita tidak tau bagaimana sifat manusia. Terkadang penilaian saat pertama kali benar, terkadang pula tidak. Setelah bersama kita akan tau bagaimana sifat asli pria ini.
Teuku Widodo Perwira, adalah pria yang akan menjadi Ayah mertua Syifa. Sifatnya sama seperti istrinya, lemah lembut, ramah dan tanggung jawab.
"Nah bagaimana tentang pembicaraan kita semalam Roy?" tanya Tuan Widodo.
"Baiklah kita akan nikahkan anak kita dan bekerja sama dalam berbisnis kedepannya," balas Tuan Roy sambil mengulurkan tangannya.
"Baiklah kita akan menjadi besan sebentar lagi," sambung Tuan Widodo sambil membalas uluran tangan Tuan Roy, dan mereka begitu bahagia.
Namun, tidak dengan Syifa. Ia sangat takut dengan perjodohan tanpa cinta seperti ini, walau Jun selalu tersenyum dan seperti tulus menerima perjodohan ini. Syifa tetap takut dan tidak berani menatap pria tampan itu.
"Baiklah ayo makan, sayang sekali kalau makanan mahal dibuangkan. Jadi mari makan," ujar Tuan Widodo.
"Benar sekali Widodo, cari uang sangat sulit. Jadi tidak baik membuang makanan, yang sudah dipesan," balas tuan Roy.
Mereka pun menyantap makanan yang telah tersedia di atas meja sambil berbincang tentang tanggal pernikahan Syifa dan Jun kapan akan di laksanakan. Setelah menyantap makanan, Pelayan menuangkan minuman wine karena pesta minum antar keluarga Widodo dan Roy akan dimulai, mereka menikmati acara tersebut. [.]