Chereads / Hargai Aku / Chapter 5 - Bab 5 : Kesengsaraan.

Chapter 5 - Bab 5 : Kesengsaraan.

Jam sudah menunjukkan pukul 20:00 WIB, ia bangun karena merasa lapar. Pria itu bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan keluar kamar menuju dapur untuk mencari makan. Namun, tak ada sedikit pun makanan berada di atas meja. Pria itu kesal dan mengepal tangannya

"Woi! Kenapa kau tidak memasak ha?!" teriak Jun yang kesal.

Pria itu mencari istrinya sekeliling ruangan apartemen. Namun, tidak ada tanda- tanda keberadaan Syifa. Jun kesal dan membanting semua vas bunga yang ada di ruang tamu. Kemudian ia mengingat bahwa istrinya sedang dikurung dalam kamar mandi. Pria itu langsung berjalan ke dalam kamar dan mengambil kunci di saku celananya, lalu membuka pintu tersebut.

Ia terkejut saat Syifa sudah begitu pucat dan tak sadarkan diri. Pria itu menggendong istrinya dan merebahkannya di atas kasur mereka. Jun membuka semua pakaian yang dikenakan Syifa, dan terpampang jelas tubuh polos milik sang Istri. Jun menelan air ludah saat melihat tubuh polos sang Istri. Juniornya tiba-tiba menegang, namun ia menahan nafsu dan mengambil baju kering untuk mengganti baju sang Istri.

"Astaga merepotkan sekali, bagaimana cara memasang kacamata ini kalau dia berbaring seperti itu?" ujar Jun yang frustasi.

Ia mengangkat tubuh Syifa sedikit dan duduk di belakang sang Istri. Ia mengaitkan kacamata ke gundukan istrinya, dan memakaikan celana dalam sang Istri. Setelah itu dia memakaikan baju daster ke tubuh Syifa.

"Aish kenapa kau menengang?" tanyanya yang melihat miliknya menegang.

Pria itu menghela napas kasar dan kembali membuka pakaian istrinya, karena sudah tidak tahan dengan nafsunya. Ia pun bermain saat Syifa sedang tak sadarkan diri. Setelah jam 12 malam akhirnya ia mengakhir permainannya dan berbaring sambil memainkan gundukan Syifa.

Pukul 01:00 WIB,

Syifa bangun dan menatap lemas ke sekeliling kamar. Ia menatap ke arah samping dan terlihat Jun sedang tertidur pulas di sebelahnya, sambil memegang kedua benda kenyal miliknya dalam keadaan tidak sehelai pun baju menutupi tubuh mereka.

"Dingin," ucap Syifa sambil menarik selimut agar tidak kedinginan.

Tanpa sadar Jun memeluk tubuh istrinya dan rasa dingin yang dirasakan Syifa sedikit berkurang. Wanita itu pun tertidur sambil membalas pelukkan Jun. Mereka pun tidur pulas dalam posisi saling berpelukkan.

Drttt... drtt... ponsel Jun bergetar membuat pria itu terbangun dan mengambil ponselnya dengan posisi mata masih terpejam.

'Pak, tidak jadi ke hotel? Aku sudah tidak tahan ini, ayo sayang kesini...' ujar sekretarisnya yang mendesah.

"Panggil saja laki-laki lain! Aku tidak butuh!" bentak Jun.

Syifa sedikit terganggu dan menggeliat, membuat Jun kaget saat melihat istrinya ada dipelukkannya.

'Tapi Pak, mana ada laki-laki jam segini yang kosong. Rata-rata mereka sudah bermain semua. Ayolah Pak, aku sudah tidak tahan. Masa aku harus bermain dengan alat ini terus, sepertinya punya Bapak enak loh,' sambung sekretarisnya.

Jun mematikan teleponnya dan bahkan mematikan ponselnya, karena ia tidak ingin gadis itu menelepon lagi. Pria itu merasakan tubuh istrinya yang sangat dingin. Saat akan memeluknya, Jun sadar dan mendorong Syifa hingga terjatuh.

"Akh.." rintih Syifa.

"Kenapa kau memelukku ha?!" bentak Jun.

"Kau mau aku hukum!" sambungnya sambil mengambil ikat pinggang miliknya.

Pria itu menyeret istrinya yang tengah tidak menggunakan sehelai kain pun, lalu mencambuk tubuh istrinya dengan ikat pinggang yang ia pegang.

"Sakit Jun, ampun jangan siksa aku seperti ini. Aku mohon Jun," ucapnya sambil memegang kaki suaminya.

"Tidak ada kata ampun untukmu! Siapa suruh kau memelukku ha?!" bentak Jun yang semakin keras mencambuk tubuh istrinya dengan ikat pinggang miliknya.

Punggung Syifa dipenuhi luka memar cambukan, wanita itu hanya bisa menangis di bawah kaki suaminya. Setelah punggung sudah di penuhi memar, Jun mencambuk kaki istrinya sangat keras.

"Ini hukuman untuk kau yang menikahiku! Andai kau menolak pernikahan ini, aku tidak akan ada disini sekarang! Aku akan mencapai cita-cita ku di China! Tapi karena kau, aku harus kehilangan cita-cita ku!" teriak Jun yang menjadi-jadi mencambuk tubuh istrinya.

"Ampun Jun, aku terpaksa menerimanya. Ayahku mengancam akan menyiksa ibuku, jika aku menolak pernikahan ini," balas Syifa yang menangis sambil memegang kaki suaminya.

Tubuh wanita itu sudah dipenuhi banyak memar, Jun menghentikan cambukannya dan menarik rambut gadis itu. Ia menatap manik mata sang Istri yang sudah memerah karena terus menangis.

"Seperti ini saja kau membuatku bernafsu," ucap Jun tersenyum nakal.

Pria itu mencium bibir istrinya, Syifa membalas ciuman itu karena takut jika Jun menggigit kembali bibirnya. Jun tersenyum puas dan menggendong istrinya untuk naik ke atas kasur. Syifa hanya diam tak mau memberontak, karena ia sudah takut dengan siksaan Jun. Mereka pun kembali bercocok tanam.

.

Pukul 07:00 WIB

Jun baru selesai membersihkan diri dan keluar kamar mandi mencari baju kerjanya. Pria itu melempar obat ke wajah istrinya yang tengah tertidur. Syifa pun bangun dan berusaha untuk duduk, namun badannya terasa sakit karena cambukan suaminya semalam.

"Oleskan pada tubuhmu," ujar Jun sambil memasang kancing bajunya.

Syifa mengangguk dan menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Jun kesusahan saat memakai dasi, Syifa pun menatap Jun dan menghampiri pria itu dengan selimut menutup tubuhnya.

"B--boleh aku membantumu?" tanya Syifa yang gugup dan tak berani menatap Jun.

Pria itu menekuk kedua lututnya dan memberikan dasi pada istrinya. Syifa pun memasangkan dasi tersebut dengan rapi, setelah selesai ia masangkan jas pada suaminya. Jun hanya diam dan menatap datar ke arah Syifa.

"Siapkan aku sarapan roti," perintah Jun.

Syifa mengangguk dan mengambil bajunya, "Pakai di depanku," perintah Jun lagi.

Syifa membuka selimut yang menutupi tubuhnya, lalu memasang baju di hadapan sang Suami.

"Setiap melihat tubuhmu itu nafsuku tak bisa ditahan, dan bermain denganmu itu sangat nikmat," ujar Jun menatap nafsu ke arah tubuh istrinya.

Syifa hanya diam, dan setelah selesai ia langsung keluar kamar untuk menyiapkan sarapan untuk suaminya. Jun sudah duduk di meja makan, Syifa memberikan roti yang sudah ia siapkan dan meletakkan segelas susu di samping suaminya.

'Akh,-' batin Syifa

Tubuhnya masih terasa sakit dan harus dipaksakan untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang Istri, untuk melayani sang Suami. Jun hanya menatap wajah pucat istrinya dalam diam, lalu ia lanjut makan sambil menggerakkan jempol kakinya yang tertutup oleh sepatu setelah itu ia minum susu buatan Syifa.

Setelah selesai sarapan Syifa memberikan tas kerja suaminya dan mengantar Jun ke basement apartemen untuk melihat suaminya berangkat bekerja. Setelah melihat mobil suaminya sudah menjauh dari apartement, ia pun masuk ke dalam dan membersihkan apartemen sang Suami, agar tempat tinggal mereka terlihat rapi dan enak dipandang. [.]