Jakarta, pukul 20:00 WIB
Malam hari yang begitu sejuk, langit indah dipenuhi banyak bintang yang menemani Syifa pada malam hari. Wanita itu hanya diam di kamarnya, setelah memasak makan malam untuk suaminya. Suara bel berbunyi, Syifa langsung berlari keluar kamar untuk membukakan pintu apartemen suaminya. Terlihat Jun sedang berdiri di depan pintu dalam keadaan mabuk. Syifa menghampiri suaminya, namun pria itu mendorong istrinya hingga kepalanya berdarah, karena terbentur ke dinding apartemen.
"Menjauh dariku!" bentak Jun.
"Jun, kamu sedang mabuk. Sini biar aku bantu untuk masuk ke dalam kamar," balas Syifa yang berusaha berdiri walau kepalanya sedikit sakit.
Namun, Jun malah mendorongnya sekali lagi dan alhasil ia pun tersungkur. Tanpa menyerah, Syifa masih kekeh untuk membantu suaminya masuk ke dalam kamar, ia memegangi tubuh suaminya. Jun tiba-tiba muntah dan mengenai baju Syifa, suaminya pun pingsan.
"Jun bangun," ujar Syifa yang kesulitan membawanya masuk ke dalam kamar.
Sepuluh menit berlalu, akhirnya Syifa berhasil membawa Jun masuk ke dalam kamar. Wanita itu merebahkan suaminya dan mengganti baju Jun, karena baju yang dipakai suaminya bau alkohol dan dipenuhi muntah. Ia membuka sepatu dan kaos kaki sang suami. Setelah itu Syifa menyelimuti tubuh Jun, lalu mengganti bajunya karena terkena muntah Jun.
Syifa mengunci pintu rumah dan langsung masuk ke dalam kamar untuk beristirahat. Setelah itu, ia berbaring di samping Jun. Pria itu meraba-raba tubuh Syifa dan menenggelamkan wajahnya di leher jenjang milik gadis cantik itu.
"Kamu terlihat sangat tenang ketika tidur," ujar Syifa mencium kening suaminya yang memeluknya sangat erat.
.
Jakarta, pukul 06.00 WIB
Jun bangun lebih awal dan memegang kepalanya yang sakit, karena terlalu banyak meminum alkohol. Pria itu menatap bajunya berbeda dengan baju yang ia kenakan semalam.
"Sial! Berani sekali dia mengganti bajuku!" kesal Jun dan keluar mencari keberadaan Syifa.
Syifa sedang menjemur pakaian di balkon apartemen. Tiba-tiba Jun datang dan menarik tangan istrinya dengan sekuat tenaganya.
"Akh.. sakit Jun," rintih Syifa.
"Siapa yang menyuruhmu mengganti bajuku ha?! Berani sekali kau menyentuh tubuhku!" bentak Jun meremas tangan Syifa.
"Bajumu kotor, jadi aku menggantinya agar kamu bisa tidur dengan nyaman," balas Syifa yang menangis.
"Akh.." rintihnya lagi saat suaminya menarik rambut panjangnya.
"Berani kau membalas ucapanku! Terima ini!" bentak Jun menyeret Syifa dengan menarik rambut gadis itu.
Jun mendorong istrinya masuk ke dalam kamar mandi dan menyiram tubuh Syifa dengan air dingin.
"Ampun Jun," ujar Syifa sambil memohon pada suaminya.
"Tidak ada kata ampun untuk wanita lancang seperti kau!" bentaknya lagi dan menyiram lebih banyak air ke tubuh Syifa.
Wanita itu hanya menangis, Jun mencium bibir Syifa dengan kasar dan saat istrinya tidak membalas ciuman tersebut. Jun mengigit bibir bawah Syifa hingga mengeluarkan banyak darah.
"Akh.."
Ya, suara rintihan pun kembali terdengar. Jun menampar wajah istrinya dan kembali menarik rambut indah milik Syifa.
"Sakit Jun, ampun jangan sakiti aku," ucap Syifa yang menangis di hadapan suaminya.
"Tidak ada kata ampun!" bentaknya lagi.
Jun keluar dari kamar mandi dan mengunci pintu kamar mandi, sehingga Syifa terkurung di dalam kamar mandi. Wanita itu menggedor pintu dan memohon agar pintu kamar mandi dibuka, karena ia sudah kedinginan.
"Jun, aku mohon buka pintunya. Aku kedinginan, maafkan aku Jun..." ucap Syifa dengan nada lemas dan sudah gemetar karena kedinginan.
"Tidak akan aku buka sampai aku pulang bekerja! Ini hukuman untukmu!" bentak Jun lagi yang keluar kamar dan mandi di kamar mandi tamu, lalu ia pergi bekerja.
.
Perusahaan Teknologi,
Jun pun sudah tiba di kantornya, seperti biasa pria itu masuk ke ruang kerja untuk menanda tangani dokumen-dokumen yang di bawa oleh sekretarisnya.
Ada yang mengetuk pintu ruangan dan pria itu pun menyuruh ia masuk. Ya, terlihat Sekretaris Jun masuk dengan pakaian yang begitu seksi dan mendekat ke atasannya. Wanita itu duduk di pangkuan Jun dan meraba-raba dada bidang pria tampan itu.
"Pak, nanti ada waktu tidak? Kita pergi ke hotel untuk bermain, masa bapak gak mau bermain dengan ku pak," bisik Sekretaris Jun ditelinga pria itu.
Jun menatap sekretarisnya dan mencium benda kenyal milik gadis itu. Tentunya dengan cepat sekretarisnya mulai terangsang.
"Aduh.. Pak ini geli," ucap sekretaris tersebut.
Jun hanya tersenyum dan membuka kancing baju sekretarisnya, lalu terus bermain di benda kenyal tersebut.
"Pak, pelan-pelan," ucap sekretaris tersebut
"Pak kita bermain ke intinya saja ya... Milikku sudah basah," sambungnya.
Pria itu menghentikan permainannya dan memasukkan jari tangan ke area sensitif sekretarisnya. Ia menggerakan jari tersebut dengan tempo yang cepat, suara kenikmatan terus saja keluar dari mulut sekretaris nya. Namun, tidak dengan Jun, ia tidak merasakan kenikmatan sama sekali dengan permainan ini. Pria itu menyudahi aksinya dan mengelap jarinya yang sudah basah oleh cairan milik sekretarisnya.
"Kenapa dibersihkan, Pak? Biasanya bapak masukkan ke dalam mulut," ujar Sekretaris yang kebingungan.
"Pergilah.. pekerjaanku masih banyak," gumam Jun yang fokus pada dokumen yang ada di depannya.
"Ya sudah, nanti ke hotel ya... Sudah lama loh Pak saya mau merasakan milik Bapak ini. Kayanya enak jika di masukkan ke milik saya," balas sekretarisnya sambil menggesekkan miliknya ke milik Jun.
Namun entah kenapa, pria itu tidak bereaksi sama sekali. Hanya santai dan menatap ke dokumen yang ada di hadapannya. Sekretaris itu mengecup bibir Jun, dan alhasil pria itu mendorong gadis tersebut.
"Sudah ku bilang, keluar! Aku mau bekerja!" bentak Jun.
"B--baik Pak," balas sekretarisnya yang langsung memasang kancing baju dan keluar dari ruangan Jun.
"Kenapa aku tidak terangsang dengan wanita itu ya? Terasa tidak nikmat saja melakukan itu dengannya, atau aku lagi tidak mood untuk melakukan itu? Ah, entahlah pekerjaanku lebih penting dari pada bermain dengan jalang itu," tegas Jun yang kembali menanda tangani dokumen perusahaaan nya.
.
Kamar mandi apartemen,
Syifa sedang memeluk kedua lututnya karena merasa kedinginan, akibat disiram oleh suaminya. Bibirnya masih mengeluarkan darah, karena gigitan Jun yang sangat kuat. Wajahnya pun mulai pucat dan kepalanya sedikit pusing.
"Jun, buka pintunya," ucapnya berulang-ulang kali.
"Ibu, tolong," sambungnya.
Gadis itu menangis dan bersandar ke dinding kamar mandi, sambil memejamkan matanya. Alhasil gadis itu pun tak sadarkan diri.
Jam sudah menunjukan pukul 6 sore, Jun baru saja pulang dan merebahkan diri di atas kasur miliknya. Pria itu membuka dasinya lalu memejamkan mata dan akhirnya tertidur. Tanpa mengetahui keadaan istrinya yang sudah tidak sadarkan diri di dalam kamar mandi. Ia malah tertidur pulas di atas kasur empuk miliknya. [.]