"Marlyna bangun!"
Suara teriakan ibu negara yang merdu bagaikan sound dangdut, membuat suasana pagi yang indah ini menjadi berantakan. Tapi itu tidak semata-mata untuk mengganggu anak gadisnya yang masih tidur, tapi sebagai alarm rumah agar semua penghuninya keluar dan beraktivitas.
Marlyna natasya, gadis cantik berusia 23 tahun ini beranjak dari tempat tidurnya dengan mata yang masih tertutup. Dia merogoh-rogoh ponsel yang masih terchanger di atas meja, melihat beberapa pesan masuk yang tidak sempat dia balas semalam.
"Spam si Firda lagi, gak bosan apa dia curhat tentang pacarnya tiap malam?!" gumam Marlyna kesal.
Marlyna kembali mengscroll layar ponselnya ke bawah, sampai satu pesan masuk dari nomber asing membuatnya cukup terkejut. Sebuah pemberitahuan penting dari HRD perusahaan tempatnya melamar kemarin memberikan informasi.
"Ini" -membaca pesan- "What? ini serius?!" ucap Marlyna heboh.
Tidak ada angin tidak ada hujan, setelah berpuluh-puluh kali Marlyna melamar ke semua perusahaan. Dia akhirnya bisa diberi kesempatan bekerja di perusahaan besar Davidson Group, apa ini sebuah keberuntungan? anggap saja begitu.
Dengan secepat kilat gadis ini keluar dari kamar, menuruni tiga sampai empat anak tangga sekaligus agar lebih cepat sampai ke kamar mandi. Bersiap-siap sedini mungkin agar tidak datang terlambat.
***
Uhukkk !
"Oh my kacangnya masuk tanpa aku kunyah! hoekkk! ibu air!" ucap Marlyna heboh.
"Hey! makan perlahan, kau ini mau kemana pagi-pagi begini Mar? dari pada keluyuran tidak jelas, lebih baik kau pergi kencan buta dengan teman anak ibu!" ucap Anna, sang ibu.
"Bu, ini bukan jaman Siti nurbaya! lagi pula aku cantik begini bukan untuk keluyuran tidak jelas, tapi ada wawancara dadakan di Davidson Group!" ucap Marlyna lantang.
"Apa Davidson Group?" -menepuk punggung putrinya- "Kalau begitu kau harus terlihat cantik! sangat cantik! karena ibu dengar para pegawai disana tampan dan kaya. Kau harus mendapatkan salah satu dari mereka Marlyna!" ucap sang ibu semangat.
Dimas sang ayah hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah istrinya, "Sayang, jangan mengatur putri kita seperti itu!" ucap Dimas.
Anna menatap tajam ke arah suaminya, "Diam! karena ini untuk masa depan putri kita. Marlyna cepatlah pergi jangan sampai terlambat, ingat carilah lelaki kaya disana!" ucap sang ibu.
Marlyna mengerutkan bibirnya, dia hanya bisa mengangguk patuh ketika sang ibu berkata demikian. Menyadari jika semua itu untuk masa depannya juga.
Pukul 06.30
Marlyna berjalan menuju halte bus, menunggu kendaraan itu datang dan mengantarnya ke tempat tujuan. Dia sesekali melihat pemandangan sekitar sembari melahap lolipop kesukaannya. Melewati setiap detik pagi yang indah ini, yang memang harus untuk dinikmati.
Cuaca pun terlihat sangat bagus, matahari bersinar dengan terik tanpa ada awan hitam sedikit pun.
"Ini memang hari keberuntunganku," gumam Marlyna dengan senyum manis dibibirnya.
Bushhh !
Tidak lama menunggu, akhirnya sebuah bus berhenti tepat pada waktunya. Marlyna pun berlari seperti anak kecil yang mendapatkan hadiah permen dari ibunya, riang gembira. Dia duduk dibangku paling depan bersama seorang wanita tua yang membawa cucunya. Menikmati waktu singkat ini untuk segera sampai ke kantor.
***
"Wah lihatlah! betapa besarnya kantor Davidson Group ini. Aku penasaran, seberapa luas bangunan ini astaga?!"
Marlyna tidak bisa berkata-kata lagi melihat salah satu cabang kantor Davidson Group yang berdiri kokoh dihadapannya. Gedung itu begitu luas dan besar untuk sebuah perusahaan cabang, puluhan mobil mewah pun terparkir dengan rapi dihalaman. Para pegawai berjas dan wanita-wanita cantik keluar masuk dengan begitu teratur.
"Aku tidak salah masuk, kan? atau HRD itu salah memanggil pelamar?!"
Dengan penuh ketegangan Marlyna masuk melewati pintu di yang tidak jauh dari hadapannya itu. Menatap keadaan orang-orang sekitar yang dari tadi melihat ke arahnya.
Brukkk !
"Aishh!"
Marlyna tidak sengaja menabrak seorang lelaki tinggi dan tampan yang baru saja datang. Semua orang disana langsung membungkukan badan mereka 90 derajat, memberi salam hormat pada si lelaki berwajah angkuh itu.
"Ehh ada apa ini? maafkan aku!" ucap Malyna, sembari ikut membungkukan badannya mengikui yang lain.
"Selamat datang tuan Andra!" ucap semuanya serentak.
Marlyna tidak mengerti dengan situasi yang terjadi disini, dia terus menengok kesana kemari melihat orang disekitarnya. Sampai tak lama lelaki yang ditabraknya tadi menarik tangan Marlyna.
"Kau?!"
Marlyna tidak bisa berkata-kata ketika lelaki tampan itu menatap tajam kedua matanya. Sampai tak lama Nona HRD berjalan menghampiri lelaki bernama Andra syaputra itu, "Maaf tuan, dia adalah gadis yang akan kita wawancara untuk pegawai baru bersama yang lain," bisiknya.
"Oh begitu. Kau bisa wawancara gadis lain, tapi untuk dia bawa saja ke ruanganku!" perintah Andra, sembari pergi meninggalkan kerumunan.
"Baik."
Ketika lelaki itu pergi semua orang kembali ke posisi semula, melakukan kegiatan seperti biasa. Marlyna pun mulai berjalan menghampiri Nona HRD cantik itu sembari menyerahkan beberapa dokumen yang dia persiapkan dari rumah.
Nona HRD itu mengecek satu persatu dokumen yang diberikan Marlyna, dia menelpon seseorang disana untuk mengantar gadis ini ke ruangan Andra.
"Nona Marlyna, maaf tapi anda tidak bisa mengikuti wawancara seperti yang lain. Tuan Andra meminta Nona untuk pergi ke ruangannya," ucap Nona HRD cantik itu.
"Hah! tapi kenapa? apa aku melakukan kesalahan karena menabraknya?!" tanya Marlyna heran.
"Tidak bukan begitu, mungkin tuan Andra ingin melakukan wawancara khusus dengan Nona. Jadi silahlan ikuti Dina, dia akan membawa Nona ke ruangan Boss kami," ucapnya sembari menunjuk salah seorang gadis berkemeja biru muda disebelahnya.
"Ehh, iya baiklah!" ucap Marlyna cepat.
Kedua wanita ini berjalan melewati beberapa ruangan untuk sampai di tempat tujuan, gadis bernama Dina sintia itu pun sesekali melihat secara detail orang baru disebelahnya. Dia merasa heran, kenapa tuan Andra ingin sekali melakukan wawancara khusus dengan gadis seperti ini?
"Heh dimana kau mengenal tuan Andra?!" tanya Dina penasaran.
"Aku tidak mengenal lelaki itu, kami hanya saling bertabrakan di depan sana tadi !" jawab Marlyna cepat.
Gadis bernama Dina itu terkejut dan refleks menutup mulutnya, "Wah ... kau akan dapat masalah! selama ini tidak pernah ada satu pun orang yang berani menabrak tuan Andra! tapi sekarang? wah ... aku sarankan untuk menelpon ambulan sekarang, sebelum kau mati terkena serangan jantung!" ucap Dina.
"Serangan jantung? apa dia semenyeramkan itu? Nona kau terlalu berlebihan, aku lihat lelaki itu biasa saja!"
Dina menarik lengan Marlyna, mereka berhenti didepan pintu sebuah ruangan yang sangat sepi. Menatapnya tajam seakan kedua mata itu hampir keluar dari tempatnya.
"No-na Dina, kau membuatku takut!"
Dina tersenyum. "Cepat masuk dan kau akan tahu jawaban dari semua kata-kataku tadi !" ucap Dina dengan nada sedikit membentak.
Marlyna menelan ludahnya kasar, dia masih tidak mengerti kenapa orang-orang disini begitu takut dengan lelaki bernama Andra itu. Padahal dia juga sama manusia,kan? bukan sebangsa hantu atau makhluk halus lainnya?!
"Jangan hanya diam cepatlah masuk! tuan Andra tidak suka menunggu mangsanya," bisik Dina.
Gadis bernama Dina itu pergi meninggalkan Marlyna di depan ruangan.
Tok tok tok !
"Jangan dengarkan ocehan gadis bernama Dina itu Marlyna! ayo kau pasti bisa lulus wawancara hari ini !"
Dengan penuh percaya diri, Marlyna masuk ke dalam ruangan yang katanya milik lelaki bernama Andra itu.
"Permisi, aku ingin mela--"
Grep !
Belum selesai dengan pembicaraannya, sebuah tangan menarik Marlyna kemudian mendorongnya ke tembok. Sesosok lelaki tinggi dan tampan mendesak tubuh mungil itu dengan kasar lalu menatapnya dengan sangat tajam.
"Jadi kau adalah gadis yang sudah berani menabrak dan mengotori jas mahalku dengan kuman-kuman ditubuhmu itu?!" ucap Andra dengan nada secepat kilat.
"Maafkan aku Andra, tapi tadi benar-benar tidak sengaja!" jawab Marlyna gemetar.
"Hahaha berani sekali kau memanggilku dengan nama Andra! kau pikir dirimu siapa hah? oh aku tahu jadi kau kemari hanya datang untuk menggodaku?! baiklah!" bentak lelaki itu kasar.
Marlyna semakin terlihat panik ketika Andra mencengkram dagunya, dia semakin dekat mengarahkan wajah tampan itu ke jarak yang lebih dekat. Hembusan nafas khas seorang lelaki pun terdengar seperti siksaan bagi Marlyna, rasanya sesak dan membuat jantung gadis ini berdetak begitu cepat.
Ternyata ini yang dikatakan gadis bernama Dina itu, mungkin bukan hanya serangan jantung yang Marlyna rasakan! tapi juga kejang-kejang!
"To-long jangan lakukan itu!" ucap Marlyna ketakutan.
"Ini adalah hukuman untuk gadis sepertimu," bisik Andra dengan suara khasnya yang seksi.
Senyuman iblis terlihat jelas diwajah Andra, dia dengan senangnya mempermainkan hati gadis yang sudah ketakutan ini. Perlahan namun pasti wajah mereka semakin berdekatan, pertahanan Marlyna pun mulai terkikis karena tenaga dari lelaki tampan ini. Andra memejamkan kedua matanya kemudian...
*ini bukan cerita suci, jika kalian tidak suka gadis yang barbar dan tukang umpat jangan lanjutkan. Karena mungkin akan menguras emosi wkwk
HAPPY READING