-Terjebak Dendam Masa lalu-
[Elizabeth Hospital, 1 Januari. 06.00. Am]
Hari ini adalah perayaan tahun baru terbaik sekaligus terburuk yang pernah dialami oleh seorang Naomi Aurora.
Siapa yang menyangka jika di hari ia melahirkan putrinya di hari itu juga ia mendapati suaminya berkhianat. Naomi tidak pernah menyangka keadaan akan secepat ini berubah.
Padahal baru tadi malam ia bersuka cita dengan kelahiran sang buah hati yang ditunggu-tunggu selama dua tahun pernikahannya. Tapi pagi ini hancur lebur menjadi debu, diterbangkan angin musim dingin.
Wanita itu berdiri dengan kaki bergetar di lorong rumah sakit sambil menyeret tiang infusnya perlahan. Suasana tampak sepi. Tidak banyak yang berdiam diri di rumah sakit, mengingat ini pagi tahun baru, hanya beberapa petugas yang berjaga dan juga pasien darurat yang tidak bisa pulang seperti dirinya.
Naomi menghela napas. Niat awalnya hanya ingin menjenguk sang putri yang masih berada di ruangan anak, Putrinya terlahir prematur dan kecil, nyaris sekarat. Karena itu membutuhkan inkubator dalam jangka lama sampai keadaannya sehat seperti bayi normal.
Tapi yang dia lihat saat ini bukan wajah manis putrinya, atau ruangan penuh bayi yang masih suci. Tapi kehancuran yang akan menyeretnya ke lubang neraka.
'Mereka?'
Tetesan air mata bercampur dengan tetesan cairan infus yang ada di dekatnya.
Naomi menatap nanar keduanya. Si laki-laki mengenakan setelan kemeja rapi yang bagian lengannya digulung sampai siku. Menampakkan lengan berotot yang kekar. Rambutnya sedikit basah oleh air hujan yang sedikit menetes.
Itu suaminya, Alfian Adams. Putra tunggal salah satu pengusaha properti terbesar kedua di negara ini.
Sedangkan wanita yang sedang bicara dengannya adalah Airin, mantan pacar suaminya semasa sekolah menengah. Itulah yang Naomi ketahui beberapa waktu yang lalu sebelum malam ini.
Naomi tidak berteriak, wanita itu melangkah pelan mendekati, berencana menguping dengan langkah bergetar.
Ini bukan pertama kali Naomi memergoki suaminya bertemu dengan wanita itu tapi tetap saja hatinya sakit.
"Please, Airin ... kita bisa menunggu setidaknya dua bulan lagi, bayinya lahir prematur. Dia butuh di inkubator lebih lama, maaf."
Naomi menghentikan langkahnya. Alisnya mengerut bingung. Kenapa suaminya membicarakan tentang putri mereka?
"Alfian, oh astaga. Ini sudah terlalu lama, aku sudah menunggu lebih dari tiga tahun." Airin mengeling cepat, "Aku tidak bisa menunggu lagi. Bayi itu adalah milikku seperti kau janjikan dulu."
Degh ...
Naomi tersentak kaget. Ia menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Bagaimana bisa wanita itu menginginkan bayinya.
"Airin, please tunggu sebent-"
"No! Kenapa? Apa kau berubah pikiran? Kau menyukai istri simpanan itu hah?"
Alfian menggeleng. Laki-laki itu mencengkram lembut pundak Airin, menatapnya penuh cinta dan kasih sayang.
Naomi melihatnya. Betapa bodohnya dia selama ini sempat mengira jika suaminya mencintai dirinya setelah apa yang terjadi.
Ini pengkhianatan ...
"Sampai kapanpun janjiku tetap bersamamu. Aku mencintaimu, begitu pula dengan bayinya. Dia milikmu, milik kita. Putri kita selamanya." Alfian menarik lembut Airin, memeluknya tepat membelakangi Naomi.
Seperti tertimpa tumpukan air bah yang runtuh dari atas. Memekiknya, menahan tubuhnya dalam kegelapan. Membeku nyaris sesak tak bisa bernafas lagi.
Naomi menekan dadanya. Sangat sakit melihat suamimu sendiri memeluk dan menyatakan cinta pada wanita lain tepat di hadapanmu.
"Kau janji?"
Alfian mengangguk, tersenyum kecil. "Ya ... Angel adalah putri kita selamanya."
"TIDAK!!!" teriak Naomi keras.
Keduanya langsung melepaskan pelukan. Menatap nanar pada sosok Naomi yang marah.
"N-naomi ..." guman Alfian pelan.
Wanita itu mendekat, menyeret tiang infusnya. Wajahnya memerah menahan amarah dan emosi yang meluap-luap.
PLAKK!!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi bagian kanan Airin. Wanita itu nyaris tersandung.
"Beraninya kau ingin meminta bayiku!! Kau wanita pelakor!" teriak Naomi keras.
"NAOMI!!"
Alfian memekik, dengan cepat laki-laki itu menarik Airin, mengusap lembut pipi yang sudah di tampar oleh istrinya. Pandangannya memerah, marah.
"Apa yang kau lakukan!" geramnya tidak suka.
Naomi terdiam dalam beberapa saat. Pandangannya menggelap. Cengkramannya semakin erat di tiang infus.
"Kau menamparku? Sialan!" pekik Airin kesal. "Alfian!"
Alfian mengangguk, melepaskan Airin kemudian menarik lengan istrinya dengan kasar, nyaris jatuh jika ia tidak berpegangan ke tiang infus.
"Al!"
"Diam!! Minta maaf!" serunya. Mendorong tubuh Naomi tepat di depan Airin.
Naomi melotot tidak percaya. Air matanya tidak bisa berhenti keluar. 'Apa-apan ini? Kenapa suaminya lebih membela wanita itu? Begitu cintakah dia, sampai istrinya sendiri dianggap bagai sampah tak berguna?'
"Kenapa diam! Cepat minta maaf!" bentak Alfian sedikit lebih keras.
"K-kenapa kau lakukan ini? Apa salahku! Kenapa kalian ingin mengambil putriku!"
Naomi tidak lagi bisa membendung emosinya, kenyataan suaminya lebih memilih wanita itu membuat Naomi tidak bisa berpikir jernih.
Wanita itu merebut segalanya, kebahagiaan, pernikahannya dan sekarang dia juga ingin merebut putri yang baru saja ia lahirkan.
"Karena dia putri kami! Angel anakku dan Alfian!"
Naomi berbalik, netra gelapnya menatap sosok Airin yang baru saja bicara. Wanita itu meraih lengan Alfian dan memeluknya erat.
Naomi menyipitkan pandangannya tidak percaya.
'Ada apa ini? Bahkan suaminya tidak menolak sama sekali pelukan Airin.'
"Ah ... kau tidak tau ya. Meskipun kau melahirkan Angel, tapi bayi itu anakku."
Naomi mengeling, "Angel putriku!! Darah dagingku sendiri! Bagaimana bisa menjadi anakmu!"
Airin terkekeh pelan. Wanita itu mengambil tasnya, mengunggah isinya. Kemudian memperlihatkan lembaran kertas tepat di hadapan Naomi.
"Kau yang menandatanganinya sendiri. Jika bayimu nanti akan menjadi milik kami, aku dan Alfian, bukan begitu sayang?" tanya Airin penuh kemenangan.
Naomi tidak percaya dengan semua ini. Wanita itu mengambil kertas perjanjian yang mengatasnamakan dirinya. Bagaimana bisa? Dia bahkan tidak pernah mengingat menandatangani semua itu.
Dia gila jika itu terjadi. Ibu mana yang dengan senang hati memberikan anaknya yang dia kandung berbulan bulan, yang ia lahirkan dengan mempertaruhkan nyawa, begitu saja.
"Ah ... satu lagi Naomi. Alfian itu suamiku. Kami menikah sudah lebih dari tiga tahun." Airin memberitahu.
Degh ....
Naomi mendongak, kertas di tangannya meluncur deras ke bawah. "A-apa?"
"Kau itu hanya istri simpanan, asal kau tau."
Naomi menggeleng. Apa lagi ini? Istri simpanan? Dia?
Naomi mengalihkan pandangannya dengan cepat ke arah sang suami. Meminta penjelasan.
"Maaf Naomi, ini sudah keputusan kami," seru Alfian. Laki-laki itu menghela pelan, "Aku menikahimu hanya untuk anak. Kami ingin kau melahirkan anak untuk Airin, hanya itu tidak lebih."
"K-kalian ...."
Naomi tidak bisa bicara lagi, lidahnya kelu tiba-tiba setelah mendengarkan penjelasan langsung dari suaminya, Alfian.
Dia adalah wanita simpanan selama ini, bahkan status itu sama sekali tidak ia ketahui sampai detik ini.
"Kalian benar-benar keterlaluan!!" geram Naomi. Cengkramannya mengerat, sampai buku-buku tangannya memutih.
"Maaf Naomi, ini sudah keputusan kami."
Naomi mengeling, "Kalau begitu jangan harap kalian akan memiliki bayiku!!!"
Bersambung ...
Hallo disini Rara, penulis "Terjebak Dendam Masa Lalu" Salam kenal. Semoga ceritanya menghibur ya, kasih saran dan semangatnya juga.
Mampir juga ke cerita Rara yang judulnya "Terjebak Menjadi Simpanan"
Sama-sama cerita yang mengunggah emosi, jangan lupa vote kalau suka.
Salam manis,
Rara...