Baik Ansel maupun Alesta dapat merasakan hembusan napas satu sama lain, sama sekali tidak memedulikan hujan yang semakin deras.
"Apa kau baik-baik saja?" Alesta diam terhadap pertanyaan tersebut, kemudian entah kenapa dirinya teringat akan ucapan yang selalu dikatakan Arini.
"Menurutmu apa aku baik-baik saja?" ujar Alesta balik bertanya dengan nada bicara tentang, namun mengintimidasi.
"Maafkan aku!" ujar Ansel seraya menyentuh lembut pipi Alesta, namun sebelum ia mendaratkan tangannya sudah lebih dulu Alesta menepisnya begitu saja.
"Ayo kita pulang!"
"Tapi,..."
"Apa kau benar-benar bodoh, dan sama sekali tidak menyadarinya? Aku khawatir denganmu, jangan bersikap bodoh!" ujar Alesta seraya menarik tangan Ansel untuk berdiri dan langsung menurut begitu saja.