Alesta masih diam menatap kearah pintu yang tertutup, entah kenapa ia merasa Ansel tidak ingin terbuka padanya. Bukannya ia tidak percaya dengan ucapan Ansel waktu itu ketika mereka di Indonesia, entah apa yang dipikirkan Ansel yang pasti perasaan yang saat ini dirasakan Alesta benar-benar merasa Ansel tidak akan bicara apapun padanya.
Selesai dengan pekerjaan rumahnya Alesta langsung berjalan ke arah balkon apartemen, sesekali dirinya menarik napas menatap pemandangan di arah luar. Dan mengenai alasannya mengenai belanja, sebenarnya itu hanya bagian dari alasan Alesta agar Ansel segera berangkat ke kantor.
Perlahan Alesta mengeluarkan peralatan gambarnya, kali ini ia tidak ingin menggambar desain baju. Perlahan ia menggoreskan pensil di atas buku gambar dengan begitu lihainya sesekali ia meneguk air putih untuk membasahi tenggorokannya.