Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Long Distance Relationship [ LDR]

Tria_Anggraeni
--
chs / week
--
NOT RATINGS
29.1k
Views
Synopsis
Diandra, wanita cantik berusia 24 tahun dengan tinggi 157 centimeter, berambut pendek sebahu membuatnya tampak manis. Menjadi sosok yatim piatu sejak kedua orangtuanya meninggal ketika dirinya masih berusia belia. Diandra adalah wanita mandiri, kehilangan kedua orangtuanya membuatnya mau tak mau tinggal bersama keluarganya yang tersisa, yaitu sang bibi dan pamannya. Namun, tak mudah bagi Diandra hidup bersama bibi dan pamannya karena dirinya kerap kali terlibat masalah dengan sang bibi. Apapun itu, selalu terjadi perdebatan meski hanya karena kesalahan sepele yang tak sengaja Diandra lakukan. Namun, semua berubah, kehidupannya berubah ketika Diandra bertemu dengan seorang pria bernama Beryl, berusia 28 tahun, dengan tinggi tubuh 190 centimeter. Seorang presedir di salah satu perusahaan. Pertemuan secara tak sengaja di sebuah lift, membuat mereka sempat terlibat perdebatan hingga akhirnya waktu membawa mereka menjadi dekat dan jatuh cinta. Sayangnya, setiap percintaan selalu memiliki kerikil dalam perjalanannya. Begitupun yang terjadi pada jalinan asmara Diandra dan Beryl. Lalu, mampukah Diandra dan Beryl bertahan di tengah liku-liku kisah asmara keduanya? Terlebih, ketika Beryl harus meninggalkan Diandra ke Negara Belanda karena suatu tuntutan pekerjaan.
VIEW MORE

Chapter 1 - 01

Suatu pagi dirumah sederhana yang berada di

pinggiran kota, ada kebisingan yang mulai

mengganggu perempuan yang sedang tidur

terlelap, tiba-tiba satu panggilan yang membuat

dia kaget ketika namanya di sebut.

"Diandraaaaaaa," Ucap sang bibi dengan muka seramnya.

Diandra yang kaget dengan suara lantang Bibi,hanya mengucek mata smbil bangun dari tempat tidur.

Diandra langsung bergegas membereskan tempat tidur yang berantakan smpai terlihat rapi.

"Enak ya bangunnya siang?" Ucap sang Bibi dengan nada judesnya.

"Maaf Bi, Diandra kesiangan soalnya semalam Diandra lembur," ucap Diandra sambil menunduk ketakutan.

Diandra buru-buru bersiap buat berangkat kerja.

Meskipun jarak rumah ke tempat kerja lumayan jauh tapi Diandra tidak pernh mengeluh, karena cuma itu yang bisa dia lakukan demi mempunyai tabungan buat suatu saat hidup mandiri.

Setelah siap untuk berangkat kerja tiba tiba suara bibi mengagetkan.

"Mau kemana kamu?" Tanya Bibi.

"A...aku ma..mau berangkat kerja Bi," jawab Diandra.

"Hari ini kamu gk boleh berangkat kerja! Kamu harus beres beres rumah, aku menghukummu karena kamu telat bangun!" Bentak Bibi.

"Ta....ta...tapi Bi," ucap Diandra sambil terbata-bata.

"Boleh kerja asal ada satu syarat" tawar Bibi.

"Syarat apa Bi?" Tanya Diandra.

"Kamu tidak dapat jatah makan selama 2hari" ujar Bibi.

"Baiklah Bi kalau memang cuma itu syaratnya," jawab Diandra.

Wajah yang semula bersemangat sekarang sudah berubah jadi sedih.

"Aku pamit berangkat kerja dulu Bi,assalamualaikum," pamit Diandra.

"Hmmmmm," ucap Bibi

Perjalanan dari rumah ke tempat kerja Diandra membutuhkan waktu sekitar 45menit sampai 1jam perjalanan menggunakan angkot.

Selama perjalanan dia hanya melamun dan memikirkan soal syarat yang Bibi katakan tadi sebelum berangkat.

Dia hanya bingung gimana cara membagi uang buat naik angkot dan makan selama 2hari, padahal dia harus menghemat demi bisa buat membayar rumah yang dia idamkan selama ini.

Diandra memang secara diam-diam membeli rumah dari hasil kerja kerasnya selama ini tanpa sepengetahuan sang Bibi.

Tidak terasa angkot yang dia tumpangi sudah berhenti di depan kantor tempat dia bekerja.

"Neng sudah sampek," ucap sang sopir.

Diandra yang semula melamun tersentak kaget ketika mendengar ucapan sang sopir.

"Oh...iya pak maaf." Sahut Diandra.

Dia langsung turun bergegas jalan menuju gedung megah yang berada tak jauh dari tempat angkot berhenti.

Rabbani group

Suasana pagi di kantor masih banyak orang lalu lalang yang baru datang dan bersiap untuk melakukan pekerjaan mereka masing-masing....gedung megah yang berlantai 17 yang membuat orang banyak yang menginginkan bekerja disana tersebut sangat terkenal di kota itu.

Diandra yang baru saja memasuki gedung tersebut, langsung menuju lift untuk naik ke lantai 10 dimana tempat meja dia bekerja sebagai staff marketing dari perusahaan tersebut.

"Ayo aku bisa kuat dan jangan keliatan sedih dan lemah di depan teman kerjaku aku harus bisa memisahkan antara kehidupan pribadiku sama kerjaan" ucap Diandra dalam hati

"Hai Di" ucap kompak keyra dan embun temen sekantor Diandra

"Hai juga" balas Diandra dengan berusaha memberikan senyum semanis mungkin agar kedua temnnya tidak curiga sama keadaan dia saat ini,

Istirahat Kantor

Di,pulang kerja kita jalan yuk nongkrong deket kantor kita ngopi ngilangin penat pas kerja, sesaat Diandra terdiam dan memberanikan diri buat nolak ajakan dua sahabatnya.

"Maaf ya teman teman aku gk bisa,"ucap Diandra dengan nada sedikit pelan.

"Kenapa?" Ucap embun.

"Iya Di, kenapa kamu gak mau ikut kita nongkrong?" Sahut keyra.

Diandra yang masih bingung mau menjawab apa, buat alasan sama teman temannya biar mereka tidak tersinggung atau kepikiran,spontan Diandra menjawab ada acara keluarga.

Kedua sahabatnya cuma menanggapi dengan anggukan kepala.

Setelah jam pulang kantor usai Keyra dan Embun menuju lift untuk menuju cafe di deket kantor buat nongkrong, sedangkan Diandra yang masih duduk manis di meja kerjanya masih belum ada tanda buat bergegas pulang.

"Di.....kamu gak pulang, kan udah waktunya pulang?" Ucap salah satu temen kantor Diandra.

"Oh belum nih, tanggung kerjaan aku tinggal dikit lagi," jawab Diandra.

"Yaudah aku duluan ya," pamit teman kantor Diandra.

"Iya hati hati," ucap Diandra smbil tersenyum.

Setelah beberapa menit menyelesaikan pekerjaannya akhirnya Diandra siap untuk pulang, tidak terasa ternyata di ruangan lantai 10 hanya tinggal dua orang, dia dan OB.

***"

Di sebuah ruang kamar,ada seorang laki laki yang sedang bersiap di depan cermin dengan memperhatikan penampilannya, smbil bergumam dalam hatinya.

"Sampai kapan aku harus hidup dalam rasa bersalahku".

Setelah selesai bersiap, lalu dia langsung bergegas menuruni tangga buat sarapan dan menyapa kedua orang tuanya dan adek perempuan kesayangannya.

"Morning mom,dad," ucap laki laki tersebut.

"Morning Beryl," ucap kompak mommy dan daddynya.

"Morning Leta." Ucap laki laki itu sambil mengacak rambut adek kesayangannya.

"Morning juga....gak usah berantakin rambut kenapa sih ka?" Tanya Leta.

"Gimana Beryl kerjaan kamu di kantor?"ucap sang daddy.

"Lancar kok dad," balas Beryl smbil mengambil roti buat sarapan.

Cowok yang baru saja berbincang dan terkenal dingin dengan sikapnya adalah tak lain pewaris Rabbani group.

Yang bernama Beryl Hamizan Rabbani yang sering di panggil dengan sebutan Beryl. Putra sulung dari keluarga Rabbani tersebut terkenal pendiam sadis dalam mengalahkan saingan bisnisnya.

"Berangkat dulu semua," sambil berdiri lalu bergegas menuju mobilnya.

Dilain sisi dia menjadi pemimpin di perusahaan keluarga dia juga suka bermain piano,setiap mempunyai waktu senggang di sela sela kesibukannya dia selalu menyempatkan buat main piano walau cuma sebentar.

Di tengah perjalanan menuju kantor tiba tiba mobilnya di berhentikan seorang wanita yang sedang minta tolong, Beryl yang semula menyetir sambil mendengarkan lagu tersentak kaget saat mengetahui ulah wanita tersebut.

"Tolong.....tolong saya," ucap wanita itu sambil menggedor kaca mobil Beryl.

Beryl yang masih belum mengerti apa maksud wanita tersebut langsung membuka kaca jendela mobilnya.

"Ada apa?" Ucap Beryl dengan nada dingin dan angkuh.

"Tolong saya, saya di kejar sama penjahat yang mau memperkosa saya," ujar wanita itu.

"Baiklah masuk," ucap Beryl tanpa basa basi.

"Terima kasih," ucap wanita yang sudah memasuki mobil beryl

Sepanjang perjalan hanya kesunyian yang ada,tanpa ada perbincangan apapun, karena Beryl tidak punya niatan buat menanyakan masalah wanita itu.

Itulah Beryl dia tidak suka mencampuri urusan orang.

Tiba tiba dengan nada pelan wanita itu berkata,

"turunin saya di lampu merah depan," ujarnya.

"Iya," ucap Beryl dengan singkat dan jelas tanpa menanyakan alasannya.

Tidak terasa sudah nyampek ditempat yang wanita itu katakan.

"Terima kasih," ucap wanita tersebut.

"Iya," balas Beryl