Chapter 20 - LDR #21

"Tetaplah menjadi seperti ini, jangan pernah berubah sampai kapanpun." Ucap Beryl pelan.

"Kamu kenapa?" Tanya Diandra.

"Aku gak apa apa," kata Beryl.

"Kok agak aneh, tiba tiba bilang kayak gitu." Ucap Diandra sambil kedua tangannya memegang pinggang Beryl.

"Emang kenapa? Aku cuma lagi banyak bersyukur aja bisa dapat wanita secantik dan sebaik kamu,"

"Mulai gombalnya?"

"Aku gak suka gombal, apalgi kamu tau sendiri aku terkenal dingin di mata karyawan, harusnya kamu bersyukur dong bisa jadi wanita yang aku gombanlin." Goda Beryl.

"Kan.....katanya tadi gak gombal." Kata Diandra.

"Ya kamu yang nuduh aku duluan." Sambung Beryl.

"Jadi yang mana yang benar?" Tanya Diandra.

Beryl yang mulai gemas melihat tingkah Diandra hanya memandang dengan penuh cinta.

"Ternyata di balik sikap mandiri dan kuat, kamu bisa bertingkah semanis ini." Batin Beryl.

Menit demi menit Beryl semakin menikmati cerita Diandra, sampai wanita cantik itu mulai menyadari kalau Beryl hanya memandang dirinya tanpa berkedip.

"Kenapa kamu liat aku kayak gitu?" Tanya Diandra.

"Ternyata kamu semakin manis kalau bertingkah seperti sekarang." Ucap Beryl.

"Gimana caranya aku cerita tentang keluargaku, tentang bibi dan soal Zidan." Batin Diandra.

"Hei kenapa kamu tiba tiba ngelamun gitu?" Tanya Beryl.

"Aku mau ngasih tau sesuatu kamu, tapi,"

"Tapi apa?" Tanya Beryl.

" Aku bingung mau cerita dari mana, aku takut kamu kecewa kalau tau soal keluarga aku," ucap Diandra dengan kepala nunduk.

"Katakan sayang, hari ini semua waktuku buat kamu dan aku gak bakalan marah atau gimana soal cerita kamu," kata Beryl.

"Aku pengen ngasih tau kamu kalau aku dijodohin sama anak kampung sana," ucap Diandra.

"Lalu?" Tanya Beryl.

"Kamu gak kaget?" ucap Diandra.

"Sayang jauh sebelum aku memutuskan melamar kamu, aku sudah tau semuanya tentang kamu." ujar Beryl dengan santai.

"Tentang bibi, Berarti kamu sudah tau?" Tanya Diandra.

"Hmmmm menurut kamu?" Tanya balik Beryl.

"Tentang Zidan?" Lanjut Diandra.

"Hmmmm kasih tau gak ya," goda Beryl.

"Ayo dong kasih tau, biar diantara kita gak ada salah paham yang berlebih kalau Ldr." Terang Diandra.

"Aku sudah bereskan semuanya masalah  Zidan dan keluarganya, jadi kamu tenang aja ya, ada orang suruhanku yang bakalan selalu mantau kamu dan keluarga Zidan."

"Kok bisa?" Tanya Diandra.

"Udah kita lupakan semua masalah ini, hari ini." Ucap Beryl.

Baru saja Beryl mau melangkahkan kakinya buat memasuki mobil, tiba tiba Diandra memeluk Beryl dari belakang.

"Hmmmmm mulai berani ya," goda Beryl.

"Terpaksa." Jawab Diandra dengan entengnya.

"Apa maksud kamu terpaksa?" Tanya Beryl.

"Ya aku terpaksa beraniin diri buat meluk kamu, sekali kali boleh dong nyenengin pasangan." Kata Diandra.

Beryl yang mendengar kata kata Diandra langsung membalikkan badan untuk membalas pelukan Diandra.

"Ayo kita ke rumah dinas kantor  keluargaku."

"Ngapain?" Tanya Diandra.

"Aku pengen kenal kamu lebih jauh dan tau hal hal kecil soal kamu,"

Diandra yang awalnya sempat berpikir terlalu jauh, kini sedikit lebih lega, setelah mendengar ucapan Beryl.

"Apa jangan jangan kamu mikir kalau aku bakalan....."

"Apa? Engga, jangan aneh aneh kamu ya," jawab Diandra.

"Aku gak bakalan merusak wanita yang aku sayangi sayang, kamu tenang aja." Ujar Beryl.

"Ayo katanya kita mau kerumah dinas kantor keluarga kamu,"

"Ayo kita istirahat sebentar disana."

Sampai di rumah gerbang tinggi Diandra hanya geleng geleng kepala. Dan berdecak kagum.

"Apa ini buat satu kepala keluarga sayang?" Tanya Diandra.

"Engga sayang, disini kayak semacam perumahan versi mini, di dalam ada beberapa rumah dan beberapa kepala keluarga," terang Beryl.

Semua yang berada disana sedikit kaget karna tumben tumbenan anak pemilik Rabbani group datang secara tiba tiba, apalagi akhir akhir ini juga perusahaan mereka gak ada masalah apapun.

Beryl yang tau dengan situasi dan kondisi disana, langsung mengambil ponsel untuk menelfon penanggung yang ada disana.

"Hallo pak  Rudi."

"Iya hallo, ada apa den?" Tanya Pak Rudi selaku penanggung jawab di cabang Rabbani group.

"Kumpulkan semua staff staff kantor untuk meeting,"

Rudi yang agak sedikit bingung gak tau harus berbuat apa, bisanya cuma bisa Menuruti perintah tuan mudanya.

"Baik den, akan saya laksanakan."

Beryl yang langsung memutus panggilan berharap orang orang yang tinggal disini tidak asal membocorkan kalau dia membawa Diandra ke tempat ini.

"Kamu ada meeting disini?" Tanya Diandra dengan nada polosnya.

"Iya, aku harus meeting.in soal kamu yang aku bawa kesini."

Diandra yang tidak mengerti yang dimaksud Beryl akhirnya lebih memutuskan dia,

"Kenapa cuma diam?" Tanya Beryl.

"Aku gak ngerti yang kamu maksud, jadi mendingan aku diam aja."

Beryl yang mencubit pipi Diandra tanpa aba aba membuat yang punya reflek memukul bahu Beryl dengan keras.

"Awwwww sakit sayang." Ucap Beryl.

"Kamu ngapain cubit cubit pipi aku?" Tanya Diandra.

Beryl yang semakin gemas akhirnya memilih diam dan mengalah.

"Awas aja kamu Di ntar di dalam rumah." Batin Beryl.

Sepanjang jalan mulai gerbang utama rumahnya mewah mewah, apalagi yang ini, paling mewah.

Mobil yang di kendarai Beryl mulai berjalan lebih lambat dan mulai memarkirkan mobil di tempatnya.

"Kenapa desain rumah ini paling mewah diantara rumah lain?" Tanya Diandra.

"Masuk yuk, biar kamu tau kenapa rumah ini beda dan paling mewah."

"Tapi rumah siapa dulu. Aku takut masuk tiba tiba rumah selingkuhan kamu atau istri kamu, kan gak lucu." Goda Diandra.

"Oh kamu gak percaya aku masih single? Apa perlu kita buktikan?" Tanya Beryl.

"Engga, engga aku cuma bercanda, habisnya kamu juga gak langsung aja bilang rumah siapa sebenarnya."

"Kalau langsung bilang gak seru dong,"

"Oh gitu main tebak tebakan sekarang?" Tanya Diandra.

"Udah ah ayo masuk," ajak Beryl sambil menggandeng tangan wanita cantik yang mulai merajuk itu.

Beryl yang melangkah dengan pasti memasuki rumah tersebut, membuat Diandra semakin bertanya dalam pikirannya, langkah yang semakin tak tau mau menuju kemana hanya bisa pasrah dengan laki laki yang lagi menggandeng tangannya tersebut.

Memasuki rumah, melewati ruangan demi ruangan, masih saja belum bisa nebak mau kemana sebenarnya Beryl akan membawanya.

Terlihat dari kejauhan di taman belakang rumah, ada beberapa orang berpakaian rapi dan siap untuk meeting.

"Mau kemana?" Bisik Diandra ke Beryl.

"Kan aku udah bilang meeting,"

"Aku tunggu disini aja ya," ujar Diandra.

"Ngapain kamu di dapur, kamu harus ikut denganku."

"Tapi itu urusan kantor yang sangat rahasia."

"Siapa yang bilang urusan kantor." Kata Beryl.

"Kalau bukan masalah kantor terus maslahnya apa dong?"

"Kan aku udah bilang tadi, bahas kamu yang gara gara dateng kesini," ucap Beryl santai.

"Apaaaaaaaa?" Tanya Diandra.

"Udah jangan drama ayo cepet kemarilah." ajak Beryl.