Chapter 10 - LDR #10

Seseorang berpakaian rapi, pake setelan jas hitam dan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya,rambut rapi di tambah pakai pomade keluar dari mobil  menghampiri dirinya.

Deg

"Bos gila?" Ucap Diandra tanpa sadar.

"Apa!" Beryl yang mendengar ucapan di depannya pengen marah.

"Eh maaf maksut aku, bos ngapain nglakson nglakson dari tadi." Tanya Diandra.

"Aku gak sengaja tadi liat betis  kamu yang memar," makanya aku ikutin kamu.

Diandra yang sadar akan penampilannya sedikit berantakan, malu sama presdir perusahaannya tersebut.

"Kamu kenapa?" Tanya Beryl.

"Gak apa apa kok pak, cuma terpleset tadi di deket rumah." Jawab Diandra.

"Segitu kuatnya kamu Di, sampai sampai di cambuk pun kamu bilang terpleset," batin Beryl.

"Yaudah ayuk bareng aku ke kantor," ajak Beryl.

"Gak usah pak, saya bisa sendiri, apalagi kalau orang kantor tau, bisa mampus aku," kata Diandra.

"Kamu mau telat masuk kerja?" Tanya Beryl.

Diandra hanya menjawab dengan gelengan kepala,

"Makanya ayuk cepat masuk."  Perintah Beryl.

Beryl yang membukakan pintu untuk Diandra membuat dia  tersanjung, belum ada laki laki yang seperti itu sama Diandra karna emang gak pernah punya pacar hehehehe.

Ketika duduk di bangku sebelah pengemudi membuat dia menahan rasa sakit karna cambukan, ya....ini bukan kali pertama dia di cambuk Bibinya, tapi yang sekarang yang terasa sangat sakit.

Beryl yang sudah berada di belakang kemudi siap untuk melajukan mobilnya.

"Betis kamu masih sakit?" Tanya Beryl.

"Engga pak, sudah mendingan," jawab Diandra.

Beryl yang sudah melajukan mobil dengan kecepatan standart  kepalanya celingukan kanan dan kiri berusaha mencari klinik yang sudah buka.

"Bapak nyari apa?" Tanya Diandra.

Beryl yang tidak merespon ucapan Diandra membuat wanita itu sedikit jengkel karna merasa di abaikan.

Beberapa menit setelah melihat  klinik yang buka, Beryl langsung membelokkan mobil ke klinik tersebut.

"Bapak mau ngapain?"  Tanya Diandra.

"Mau makan," jawab Beryl dengan nada ketus.

"Kok makan di klinik pak?" Tanya Diandra.

" Ya kalau ke klinik ngapain Diandra," Beryl yang melihat Diandra di sampingnya jadi gemas sendiri.

"Oh mau periksa, emang siapa yang mau periksa?"  Tanya Diandra.

"Aku," jawab Beryl sekenanya.

"Bapak kenapa? Bapak sakit, kalau sakit kenapa tadi ke kantor, kan bos bisa libur sesuka hati," tangan Diandra yang tak sadar sedang menangkup wajah Beryl pakai dua tangannya.

Beryl yang semakin gemas melihat Diandra dari dekat, efek wajahnya di tangkup.

Cuuuuup

Kecupan mendadak ke pipi Diandra membuat yang di kecup merah merona seperti kepiting rebus.

Diandra yang kaget mendapat ciuman tiba tiba, mendorong tubuh Beryl dengan sangat keras..

"Hei sakit tau!" Ujar Beryl.

"Ya habisnya bapak, main cium cium sembarangan aja," ucap Diandra sambil manyun.

"Kamu gemesin kalau lagi lola gitu, kamu juga ada ada aja nanya ke klinik ngapain,"

"Ya maaf pak gak fokus."

"Ayo keluar," kita periksain luka luka kamu," ajak Beryl.

"Gak usah pak, ini cuma memar biasa kok, ntar juga sembuh."

"Mau keluar dari mobil, terus periksa atau mau aku cium dan aku makan kamu!" Titah Beryl.

"Ih....ngeri amat, tapi aku takut telat pak, nanti yang ada aku di marahin atasan," ujar Diandra.

"Aku ini siapa kalau bukan atasan kamu?"  Tanya Beryl.

"Maksutnya,,,,,, anu anu," jawab Diandra dengan gagap

"1...2....ti..,..." Hitung Beryl.

"Iya pak aku keluar kita periksa," ujar Diandra.

"Bagus," seringai Beryl.

Setelah 30 menit berlalu.

Di dalam mobil Beryl menyuruh Diandra minum obat pereda nyeri, yang dianjurkan setelah makan,

"Kamu minum dulu obatnya, dijok belakang ada air mineral," suruh Beryl

"Nanti aja pak," sambung Diandra.

"Kenapa? Aku nyuruhnya sekarang bukan nanti," ujar Beryl.

"Gak apa apa pak, nanti aja," lanjut Diandra.

Beryl yang memicingkan mata dan alisnya sebelah membuat dia curiga.

"Jangan bilang kamu belum makan?" Tanya Beryl.

Diandra yang langsung menunduk malu, karna ketauan sang bos gara gara belum makan."

"Ya ampun, kenapa dia begitu kuat Tuhan," batinnya.

Beryl langsung melajukan mobilnya untuk menuju ke langganan bubur keluarga Rabbani.

Sampai di tempat jual bubur, Beryl langsung turun meninggalkan Diandra di dalam mobil,

Diandra yang melihat Beryl sedang menghampiri bubur di grobak membuatnya selama ini salah berpikir tentangnya.

Terlihat senyum Beryl yang sedang ngobrol bareng tukang buburnya. Tak lama Beryl sudah kembali ke dalam mobil sambil membawa dua bungkus bubur....tentengan di kresek putih itu di kasikannya ke Diandra.

"Banyak banget pak?" Tanya Diandra.

"Iya, satu buat kamu, satu buat aku, setiap kesini aku gak bisa kalau gak makan," jawab Beryl.

"Langganan bapak?" Tanyanya.

"Iya. Keluarga sih tepatnya, mulai dari papa sama mama." Terangnya.

Diandra yang cuma manggut manggut mengerti tidak berniat untuk makan.

"Makan jangan diem aja, kamu harus cepat makan dan minum obat," perintah Beryl

"Tapi pak,"

"Apa mau aku cium?" Godanya.

"Mesum," lanjut Diandra.

Diandra yang membuka satu bungkus bubur, mulai mengaduk aduk buburnya, maklum Diandra tim bubur diaduk, biar terasa bumbunya kata Diandra.

"Kamu tim aduk juga kalau makan bubur?" Tanya Beryl.

"Iya pak, lebih enak diaduk," jawabnya.

"Sama dong, kalau gak diaduk hambar jadinya," ujar Diandra.

" Iya bener banget," jawab Beryl.

Beberapa menit saling hening, tak ada pembicaraan apapun, Diandra yang lagi menikmati makan bubur hanya memandang sesekali ke arah Beryl.

"Bapak mau?" Tawarnya.

"Boleh, kalau gak keberatan," jawab Beryl.

"Ngapain keberatan pak, gak lagi angkat beban kok," jawab Diandra.

Beryl yang langsung tertawa terbahak bahak mendengar ucapan Diandra barusan.

"Kamu ini ada ada aja," ucap Beryl.

"Yaudah aku bukain satunya aja,ini bekas aku." Ujar Diandra.

"Itu aja kalau emang gak keberatan, aku tadi habis sarapan, cuma nyicip dikit aja." Kata Beryl.

"Bapak gak jijik bekas aku?"tanya Diandra.

"Engga, kecuali kamu punya penyakit Rabies," jawab Beryl sekenanya.

"Ih bapak apaan sih, engga dong....." Jawab Diandra.

A.....aaa buka mulutnya, Diandra yang menyuapi Beryl dengan telaten membuat Beryl semakin mengagumi Diandra,

Beberapa kali suapan Beryl merasa begah.

"Udah Di,kenyang," ucapnya.

"Sayang pak tinggal dua lagi, kamu aja yang habisin, kamu kan gak sarapan tadi," perintah Beryl.

"Yaudah, "

"Alhamdulilah kenyang," ucap Diandra sambil mengelus perutnya.

"Jangan lupa obatnya di minum yang teratur, biar cepet sembuh." Ujar Beryl.

"Iya pak maksih atas semuanya, jangan cerita ke siapapun ya pak, kalau aku dikasih tumpangan bapak,takut fans fans bapak marah dan neror aku," terang Diandra.

Beryl ngakak ketika mendengar kata "fans"

"Kenapa bapak malah ngakak?" Tanya Diandra.

"Gak apa apa aneh aja denger kata fans," ucap Beryl.

"Emang bener kok," jawab Diandra.

"Iya terserah kalian aja deh, " jawab Beryl.

" Pak aku turun di pertigaan selatan kantor aja, lanjutnya biar aku jalan, ke gedung," ucap Diandra.

"Engga, kamu harus bareng aku, karna ini sudah telat 20 menit dari jam kantor."

Diandra yang tidak bisa berbuat apa apa hanya bisa mengikuti kemauan sang boss.

Di lobby Diandra mendadak menjadi pusat perhatian karna bareng sang presdir Rabbani group.

Diandra yang tidak melihat kalau Beryl berhenti melangkah, membuat Diandra menabrak punggung pria ganteng yang ada di depannya tersebut.

Brugggggh