Chapter 13 - LDR #13

"Ada apa dad, kok kayaknya serius banget,"

Anggasta yang terkesan acuh ke Beryl membuat dia heran ke dirinya sendiri kenapa dia bisa semarah itu, tau kelakuan anaknya yang sebenarnya.

"Padahal sebelum sama wanita kantor yang tadi dia biasa aja." Batin Anggasta.

"Pulang kantor kamu temuin daddy di ruang kerja," ucapnya dingin.

"Ada apa dad?" Tanya Beryl.

"Datang aja dulu kita bahas nanti," lanjut Anggasta.

"Iya dad, ntar pulang kerja aku langsung temuin daddy," jawab Beryl.

"Hmmm,"

"Pulang yuk mom," ajak Anggasta.

"Bentar dad," tolak Sakya.

Beryl dan Riko saling lempar pandang, sama sama mencari jawaban.

"Beryl,,,,,," panggil mommy sambil membentangkan kedua tangannya minta di peluk.

"Come on mom, ini dikantor," ucap Beryl.

Sakya yang ngambek, pindah arah membentangkan tangannya ke Riko.

"Riko..." Panggilnya manja.

Riko yang mengerti akan kemauan mommynya, langsung mendekat ke arah mommy, dan langsung memeluk mommynya.

"Mommy ku satu ini paling bisa ya manja sama anak anak gantengnya," ujar Riko.

"Big no, hanya kamu, gak ada yang lain." Teriak Sakya.

Beryl yang melihat tingkah mommynya hanya bisa menghembuskan nafas kasar.

"Fine, aku nyerah kalau masalah sindir menyindir mommy yang menang," ucap Beryl.

Beryl yang tidak mau buat mommynya marah langsung membentangkan tangannya juga.

"Mom...sorry....hug me," ucap Beryl.

Mommy yang baru saja melepas pelukan dari Riko melihat ekspresi Beryl sebenarnya tidak tega tapi,dia ingin ngasih pelajaran buat Beryl.

Mommy yang langsung berbalik membelakangi Beryl dan Riko,langsung menggandeng tangan Anggasta buat pulang menuju lobby.

"Mommmmm...." Teriak Beryl.

"Mommy I'm sorry, please," lanjut Beryl.

"Mom anak kamu manggil loh, apa kamu yakin mau diemin dia?" Tanya Anggasta.

"Biarin aja sekali kali harus dikasih pelajaran dia dad," ucap Sakya.

"Yaudah terserah mommy aja," ujar Anggasta.

Beryl yang merasa di abaikan langsung lari mencegat ada di depan mommynya, dan langsung memeluk mommynya biar sang mommy gak marah sama dia.

"Sorry....." Bisik Beryl.

Sakya yang merasa menang tersenyum puas saat memeluk anaknya.

"Makanya kalau mommy minta peluk jangan nolak,"

Beryl yang tidak sadar akan banyak orang yang melihat,membuat yang melihat pemandangan disana jadi semakin mengagumi sosok Beryl.

"Ternyata di balik sikap dingin pak Beryl dia anak manja ya," ujar salah satu karyawan Beryl.

Masih ada beberapa ucapan ucapan atas kekaguman mereka.

Beryl yang mulai menyadari akan pegawainya yang melihat,membuat dia melepas pelukan dari mommynya.

"Balik kerja!" Teriak Beryl.

Semua karyawan yang awalnya asyik melihat adegan ibu dan anak, sekarang malah mendengar titah dari orang dingin dan paling di takuti di Rabbani group selain Anggasta.

"Mommy sih, banyak yang liatin aku kan jadinya,"

"Emang kenapa kalau mereka tau Beryl manja?" Tanya mommy.

"Mommy...!"

"Haaaaaahaha udah jangan marah, mommy sama daddy pulang dulu," pamit Sakya.

Beryl yang sudah melihat kedua orang tuanya memasuki mobil. Langsung balik ke ruangan untuk melanjutkan kerjaannya.

Sampai di ruangan Beryl mengambil gagang telfon yang ada disana.

"Ko....kesini," perintah Beryl.

Seperti biasa, tanpa mendengar jawaban dari sebrang Beryl sudah menutup telfonnya.

Tok tok tok

"Masuk," ujar Beryl.

"Ada yang bisa saya bantu pak," tanya Riko.

" Aku mau bicara soal masalah pribadi bukan kerjaan,jadi panggil aja Beryl."

"Ada apa?" Tanya Riko.

"Kamu cari tau semua tentang Diandra,aku penasaran,"

"Jadi kami sama dia?* Tanya Riko.

"Apaan sih, aku penasaran soalnya, tadi pagi aja  dia habis di siksa, tapi bilangnya terpleset," cerita Beryl.

"Kamu ketemu dia dimana?" Tanya Riko yang mulai kepo.

Flashback on

Pagi pagi aku berangkat lebih pagi dari biasanya karna ingin mencari alamat Diandra tanpa bantuan kamu, nyampek daerah rumah Diandra aku tanya sama seseorang.

"Permisi numpang tanya," ucap Beryl.

"Iya, ada apa mas," jawab ibu ibu gang.

"Rumah Diandra dimana ya bu?" Tanya Beryl.

"Rumah paling ujung mas cat merah,tapi kayaknya lagi marah marah lagi deh Bibinya, mending jangan kesana dulu." Ujar ibu ibu.

"Emang sering ribut bu?" Tanya Beryl.

"Iya mas, kasian Diandra sering di siksa, semua tetangga sini juga pada tau, gimana kelakuan bibinya ke dia." Ujar ibu ibu gang.

"Oh gitu, makasih ya bu, saya permisi dulu," pamit Beryl.

Beryl yang awalnya mau meneruskan langkahnya menuju rumah Diandra diurungkan. Karna mengingat kata kata tetangga Diandra tadi.

Tapi rasa penasaran Beryl lebih besar terhadap apa yang di omongin ibu tadi, setelah mendekati rumah Diandra,langkah Beryl terhenti.

"Mending aku balik aja deh," batinnya.

Belum sempat Beryl memutar balik langkahnya, tiba tiba terdengar suara teriakan dari rumah Diandra yang tak jauh dari Beryl berdiri.

"Mau kemana kamu," bibi yang sudah berdiri dipinggir sofa sambil membawa ikat pinggang laki laki.

"Kantor," jawab Diandra ketus.

"Gak ada ke kantor hari ini, kamu harus beres beres rumah dan cuci setrikaan banyak."

Diandra yang baru memakai sepatu kerjanya melangkah pergi,tiba tiba di cambuk dengan ikat pinggang yang di pegang bibinya,

Cambuk.an pertama kena bokong Diandra, Diandra yang mau lari, tapi sayang udah kena cambuk.an kedua di bagian betis langsung membekas merah, apalagi Diandra yang memakai rok pendek diatas lutut, membuat cambukan itu keliatan jelas di kulit putih Diandra.

"Kembali kamu!" Teriak bibi.

"Jadi benar apa yang dikatakan oleh ibu tadi," batin Beryl.

"Mending aku tunggu di mobil, dari pada kedatanganku semakin membuat kacau." Ujar Beryl.

Hampir 40 menit Beryl menunggu di depan gang, tapi belum ada tanda tanda wanita itu keluar dari gang.

Beryl yang tidak sengaja melihat kaca spionnya melihat ada seseorang yang berada di balik pihon seperti mengintai seseorang.

"Kok kayaknya aku gak asing ya sama mukanya," ujar Beryl.

Saat Beryl hendak mau keluar dari mobil, tiba tiba laki laki di balik pohon itu berlari ke sebrang jalan dan langsung mengendarai motor bututnya.

"Sayang banget aku gk bisa liat plat nomornya," kata Beryl.

Saat Beryl sedang fokus ke laki laki di balik pohon, ternyata dia tidak menyadari kalau orang yang dia tunggu sudah keluar dari gang rumahnya.

Beberapa detik Beryl melihat Diandra dari atas sampai bawah, sampai dia tidak menyadari kalau sedang memuji habis habisan Diandra, matanya terhenti menjadi melotot saat melihat penampilan wanita cantik itu sedikit berantakan, di tambah betis yang merah akibat dari cambukan Bibinya tadi.

Beryl yang masih mengawasi Diandra dari jauh, melihat dia sedang bermain ponsel pintarnya, entah dia sedang ngapain.

Tanpa berpikir lagi Beryl langsung melajukan mobilnya menuju arah Diandra sedang berdiri.