Chapter 17 - LDR #18

"Ayo kita turun," ajak Beryl.

"Tapi aku gak bawa kerudung, gak enak kalau ke makam gk pake kerudung."

Beryl yang langsung mangambil kerudung di jok belakang semakin membuat Diandra sangat heran..

"Apa sudah di persiapkan segitu matangnya." Batin Diandra.

Beryl langsung memakai kan kerusung di kepala Diandra.

"Makasih," ucap Diandra.

Beryl yang sudah keluar dari mobil, berniat mau membeli bunga buat nyekar ke calon mertuanya, tapi Diandra keburu menghentikannya.

"Gak usah beli bunga Beryl,cukup beli air aja." Ucap Diandra.

"Kenapa?" Tanya Beryl.

"Ntar kita beliin bunga yang bisa di tanam aja, dulu almh. Mama pernah bilang ke ayah. Kalau beliau meninggal ingin ada bunga yang hidup di makamnya, dan tidak suka ada bunga yang buat nyekar, karna buat mama pembunuhan pada tumbuhan bunga." Ujar Diandra.

"Kok kamu bisa tau?" Tanya Beryl.

"Dulu waktu mama sama ayah berbincang aku gak sengaja denger." Ucap Diandra.

" Oh yaudah kalau gitu, aku mau beli air dulu,"

Beryl dan Diandra sudah memasuki area makam blok M9.

Lagi dan lagi Diandra di buatnya terkejut dengan apa yang di liat..

"Beryl...." Panggil Diandra.

Diandra langsung berbalik ke arah Beryl, dan meloncat kedalam pelukan Beryl.

"Terima kasih," ucap Diandra dengan tulus.

"Terima kasih buat apa?" Tanya Beryl.

"Buat hari ini, kamu pasti sudah berusaha sangat keras."

"Lupakan masalah itu, ada yang lebih menarik. Ayo kita mendekat." Ajak Beryl.

Diandra yang sudah tidak bisa menahan rasa haru memandang kedua makam orang tuanya yang bersebelahan membuat dia bisa memeluk batu nisan secara bergantian.

"Ma, ayah Kirana datang nih, ,tapi gak sendirian hari ini aku di temenin bos aku," ujar Diandra sambil duduk diantara kedua makam tersebut.

Beryl yang masih betah jongkok di belakang Diandra hanya mendengarkan dengan seksama atas semua keluh kesah Diandra selama jauh dari tempat kelahirannya.

"Baru kali ini aku liat kamu selemah ini," batin Beryl.

Aku gak bakaln sia siain kesempatan hari ini sebelum aku pergi, kamu harus jadi milikku.

Beryl yang berjalan memutari makam menyamakan posisi dengan Diandra sehingga dia berhadapan dengan wanita cantik tersebut.

Tangan kanan Beryl yang memegang batu nisan  alm. Ayah Diandra dan tangan kirinya yang memegang batu nisan almh. Mama Diandra hanya bisa menunduk, bingung memikirkan kira kira Diandra akan menjawab apa.

"Om, tante, seperti ucapan saya beberapa hari kebelakang ini, kalau saya mau melamar Diandra jadi tunangan saya,saya berjanji akan menjaga dan merawat dia sebaik mungkin.

Diandra yang mendengar ucapan laki laki yang ada di depannya membuat memandangnya tak henti henti.

"Ada apa pak Beryl bicara seperti itu? Beberapa hari lalu? Berarti dia udah sempat kesini duluan?" Batin Diandra.

Jangan banyak berpikir,cepet kasih jawaban atas pertanyaanku." Kata Beryl.

"Pertanyaan apa."  Kata Diandra.

Beryl yang terdiam mengingat kata katanya.

"Emang aku belum nanya?" Tanya Beryl.

Diandra yang melihat ekspresi Beryl, ingin ketawa, tapi di tahannya.

"Lucu ya ampun," batinnya.

"Kamu kenapa liat aku kayak gitu." Tanya Beryl.

"Gak ada pengen aja." Jawab Diandra.

"Kamu mau gak jadi tunanganku?" Tanya Beryl.

Diandra yang sejak tadi diam langsung mngangguk tanpa sadar,tapi aku gak bisa jadi sempurna, jadi jangan berharap lebih dari aku.

"Siapa juga yang berharap lebih, aku itu mau sama kamu apa adanya, bukan nuntut kamu jadi orang lain," ucap Beryl.

Beryl yang lega dengan ucapan Diandra langsung memeluk batu nisan orang tua Diandra secara bergantian.

"Cuma mama sama papa nih yang kamu peluk? Akunya enggak." Ucap Diandra.

"Sini aku udah lama pengen peluk kamu secara sadar bukan karna paksaan." Kata Beryl.

"Ayo kita nyari tempat buat bicara," ajak Diandra setelah di peluk Beryl.

Mereka berdua sudah berada di salah satu rumah makan.

"Beryl aku mau nanya sama kamu." Ujar Diandra.

"Nanya apa?" Kata Beryl.

"Kenapa kamu hari ini beda banget, tiba tiba ngelamar aku, tiba tiba ngasih surprise. Lagian kenapa kamu gak ngajak pacaran?" Tanya Diandra.

"Simpel aja alasannya. Aku sayang sama kamu dan yakin kamu bakalan jadi istri aku, makanya aku gk mau ngajak pacaran lagi," ucap Beryl.

Diandra hanya terdiam mendengar ucapan Beryl yang sangat menyentuh,

"Hei jangan diem aja, oh ya Di, kamu mau janji satu hal gak sama aku?" Tanya Beryl.

"Janji apa?"

"Janji apapun yang terjadi sama kita nanti, kamu gak bakalan ninggalin ataupun putusin aku." Ucap Beryl dengan menunduk dan nada serak menahan tangis.

Diandra yang merasa kalau suara Beryl berubah, langsung mendekati dan memeluk laki laki yang baru saja resmi menjadi tunangannya itu.

"Kenapa kamu mau nangis?" Tanya Diandra.

"Aku cuma takut aja kalau kamu dapat tekanan dari beberapa orang, kamu bkalan ninggalin aku." Sambung Beryl.

"Mana Beryl yang aku tau, CEO angkuh dan dingin, masa baru gini aja udah nyerah?" Tanya Diandra.

"Aku gak nyerah Di, aku cuma takut kehilangan wanita yang aku sayang, dan juga aku takut kehilangan wanitaku.karna aku gak setiap saat ada di samping kamu.

"Beryl." Kedua tangan Diandra menangkup kedua pipi Beryl bersamaan.

Beryl yang hanya mendongak sambil melihat kedua mata Diandra sangat terharu betapa beruntung dirinya bisa mendapatkan wanita secantik dan sebaik Diandra.

"Aku besok harus pergi, untuk waktu yang sedikit lama." Ujar Beryl di tengah tengah kesunyian antara dirinya dan Diandra.

"Kemana?" Tanya Diandra.

Lama Beryl tidak menjawab membuat Diandra sedikit merenggangkan tangkupan di pipi Beryl.

"Apa ini ada hubungannya dengan hubungan kita? Apa ini sebabnya kamu melamar aku sekarang?"

Setelah mengumpulkan keberanian Beryl cerita ke Diandra.

Waktu aku duduk di taman daddy nyamperin aku, aku gak pernah liat daddy semarah ini sebelum sebelumnya..

Flashback on

"Jauhin wanita itu atau kamu akan tau akibatnya." Ucap Anggasta.

Beryl hanya menoleh keasal sumber suara.

" Aku gak mau pa, aku sudah yakin sama Diandra, dan aku ingin serius sama dia." Ucap Beryl.

"Bagus....sekarang sudah mulai berani membantah daddy ya?" Tanya Anggasta.

"Bukan gitu dad, kalau emang daddy ngasih tau mslah apa yang sudah terjadi. Dan apa ada hubungannya sama Diandra?" Tanya Beryl.

"Kamu gak perlu tau, yang penting kamu putuskan dia atau kamu harus pergi ke Belanda, supaya hidup dia gak berantakan disini!" Ucap Anggasta.

Beryl yang terdiam membuat Anggasta semakin mendesak meminta keputusan Beryl.

"Maaf dad, aku gk bisa jauhin dia, jadi...."

"Baik kalau itu keputusan kamu, kamu kemasi barang barang kamu, lusa kamu berangkat ke Belanda." Ucap Anggasta.