"Kita pergi aja yuk," ajak Diandra.
"Kok pergi kan belum makan, katanya kamu lapar?" Tanya Beryl.
"Kita makan di tempat lain aja, aku gak mau buat kamu emosi kayak tadi." Kata Diandra.
"Kamu????"
"Iya aku liat semuanya dari awal sampai akhir." Ucap Diandra.
"Terus kenapa kamu gak keluar?" Tanya Beryl.
"Karna aku tau kamu pasti bisa menghadapi dia tanpa aku". Ucap Diandra
"Udah yuk manja manjanya,aku laper," rengek Diandra.
"Huft baiklah, baru juga di peluk tunangan." Keluh Beryl.
"Dasar genit, yaudah yuk kita makan di warung tenda deket deket sini aja, aku lagi pengen makan pecel lele." Ujar Diandra.
"Jauh gak dari sini?" Tanya Beryl.
Beryl yang sudah melajukan kendaraannya pelan pelan sesuai arahan Diandra.
"Masih jauh?" Tanya Beryl.
"Engga depan situ, deket perempatan, dulu aku sering makan disana sama ayah dan mama."
"Oh berarti favorit keluarga dong," ujar Beryl.
"Bisa di bilang gitu heheheh," kara Diandra.
"Aduh gimana nih kenapa dia harus ngajak makan di emperan pinggir jalan, mana dia ngajak makan apa tadi, pecel lele?" Batin Beryl.
"Kita parkir disini aja ya, kita jalan ke warungnya." Kata Diandra.
"Baiklah sayang," sambungnya.
Setelah beberapa menit pesanan mereka berdua sudah datang.
Diandra yang sudah mulai ritual makannya dengan muka happy karna dia bisa bernostalgia dengan makanan kesukaan keluarganya dulu.
Berbeda dengan Diandra, Beryl yang tampak bingung antara mau makan apa engga lalu hanya melihat Diandra makan.
"Beryl." Panggil Diandra.
Beryl yang mendengar panggilan Diandra, langsung mengerucutkan bibirnya.
"Tetap aja gk bisa berubah." Kata Beryl.
"Hmmmm marah ni ceritanya, padahal awalnya aku mau nyuapin makan, yaudah deh kalau ngambek." Goda Diandra.
Beryl yang mendengar ucapan Diandra, langsung memasang muka kusut,
Sedangkan Diandra yang melihat muka Beryl ngambek semakin gemas, semakin ingin menggoda Beryl.
"Yakin masih mau ngambek?" Tanya Diandra.
"Iya!" Jawab Beryl ketus.
"Oh yaudah aku mau telfon temen aku yang ada sekitar sini aja buat nemenin aku makan disini." Sindir Diandra.
"Laki laki apa perempuan?" Tanya Beryl kepo.
"Laki laki lah, masa perempuan." Kata Diandra.
"Gak boleh." Ucap Beryl.
"Kenapa gak boleh? Kamunya ngambek," ucap Diandra.
"Aku gak ngmbek, gak suka aja kamu panggil aku nama, kan aku udah bilang panggil sayang." Kata Beryl.
"Iya sayang maaf, mau makan gak?" Tanya Diandra.
"E.....anu aku....."
"Ayo sini aku suapin, aku tau kamu gak pernah makan di tempat kayak gini,"
"Sok tau," jawab Beryl gengsi.
"Emang aku tau, dari pak Riko." Jawab Diandra.
Beryl yang mendengar nama Riko langsung memicingkan alisnya sebelah.
""Riko?" Tanya Beryl.
"Iya emang kenapa?"
Beryl yang diam tak mengerti maksud Diandra.
"Udah jangan bahas orang lain dulu, kita makan dulu, ayo sini lebih dekat, biar aku gak susah nyuapinnya." Perintah Diandra.
Beryl yang langsung mendekat membuat Diandra tersenyum.
"Anak baik," ucap Diandra.
"Sayang."
"Ok baik kita diam, kalau kita berdebat terus kapan makannya." Sambung Diandra.
Suapan pertama Beryl ragu, mau memakan makanan yang ada di suapan tangan Diandra, tapi Diandra meyakinkan kalau itu enak.
"A....a....a...ayo dong coba dulu," perintah Diandra.
Beryl mulai mengunyah makanan yang baru saja masuk kedalam mulutnya,awal mengunyah dia sedikit memejamkan mata, takut kalau makanannya tidak cocok di lidahnya. Tapi, setelah suapan ke sekian kalinya Beryl semakin menjadi lebih lahap, sampai Diandra kualahan yang menyuapinya.
"Pelan pelan dong sayang." Ucap Diandra.
"Habisnya enak banget, kenapa gak dafi dulu aku kenal makanan kayak gini, ya meskipun tempatnya kurang enak sih." Gumam Beryl.
"Emang kenapa sama tempatnya, layak kok." Ucap Diandra.
"Ya paling gak jangan di trotoar kek,"
"Ya namanya juga warung tenda sayang." Ucap Diandra.
Diandra yang baru makan 2 suap tidak kebagian, karna Beryl yang terlalu lahap makannya sampai sampai dua porsi miliknya dan milik Diandra di embatnya juga.
"Boleh nambah gak sayang?" Tanya Beryl.
"Stop, kamu udah makan dua porsi,next time kita kesini lagi," ujar Diandra.
"Yaudah aku pesen buat kamu aja satu lagi, ntar kalau kamu gak habis aku yang makan," kata Beryl dengan santainya.
Diandra yang langsung melotot ke arah Beryl, membuat Beryl langsung gelagapan.
"Engga kok, cuma bercanda." Ucap Beryl.
"Enak banget ya sampai kamu ingin nambah lagi?" Tanya Diandra.
"Ah bukan lagi sayang ini makanan luaran paling enak yang pernah aku makan selama ini." Kata Beryl.
Diandra makan porsi pengganti yang dimakan Beryl tadi, sedangkan Beryl hanya bisa memandangi Diandra makan, karna dia gak ada niatan sedikitpun untuk menawarinya lagi.
"Jangan habis dong," batin Beryl.
" jangan pernah berharap untuk aku gak habis ya," sindir Diandra.
"Engga, ge-er banget, aku cuma liat kecantikan kamu." Ngelak Beryl.
"Meskipun aku baru jadi tunangan kamu, tapi aku cukup tau yang kamu pikirkan tuan muda Beryl Hamizan Rabbani."
Seketika muka Beryl memerah karna malu.
"Udah ah ayuk cepet, kita lanjut jalan lagi, aku mau menghabiskan waktuku buat kamu hari ini, gak boleh ada waktu yang kita sia siain.
Setelah membayar Diandra hanya mengikuti langkah Beryl yang lebih dulu ada di depan Diandra.
"Kamu kira aku bos kamu,pake acara jalan di belakangku" ujar Beryl.
"Hehehehh ya engga, habisnya kamu, langkahnya panjang banget." Kata Diandra.
Berjalan bareng membuat Beryl merasakan benar benar mempunyai pasangan yang sempurna, karna sebelum sama Diandra dia hanya menjadi Atm berjalan dan bodyguard para ceweknya yang selalu meminta bawakan belanjaan dan di suruh bayar belanjaan mereka.
Diandra yang merasakan langkah Beryl yang berhenti membuatnya menoleh dan menatap laki laki yang sudah membuatnya jatuh cinta, entah mulai kapan hatinya terpaut pada laki laki yang dikenal seperti kutub di tempatnya kerja tersebut.
"Ada apa kok berhenti?" Tanya Diandra.
Beryl yang tanpa aba aba langsung menyandarkan tubuh Diandra ke mobil dan membelai rambut panjang nan lembut itu dengan pelan.
"Tetaplah menjadi seperti ini, jangan pernah berubah sampai kapanpun." Ucap Beryl pelan.
"Kamu kenapa?" Tanya Diandra.
"Aku gak apa apa," kata Beryl.
"Kok agak aneh, tiba tiba bilang kayak gitu." Ucap Diandra sambil kedua tangannya memegang pinggang Beryl.
"Emang kenapa? Aku cuma lagi banyak bersyukur aja bisa dapat wanita secantik dan sebaik kamu,"
"Mulai gombalnya?"
"Aku gak suka gombal, apalgi kamu tau sendiri aku terkenal dingin di mata karyawan, harusnya kamu bersyukur dong bisa jadi wanita yang aku gombanlin." Goda Beryl.
"Kan.....katanya tadi gak gombal." Kata Diandra.
"Ya kamu yang nuduh aku duluan." Sambung Beryl.