Chapter 14 - LDR #14

Beryl yang masih mengawasi Diandra dari jauh, melihat dia sedang bermain ponsel pintarnya, entah dia sedang ngapain.

Tanpa berpikir lagi Beryl langsung melajukan mobilnya menuju arah Diandra sedang berdiri.

Tin.....tin....tin.....

Siapa sih berisik banget tan tin tan tin aja, norak banget kayak baru punya mobil.

Tiba tiba Diandra di cegat mobil yang dari tadi nglakson dirinya.

Seseorang berpakaian rapi, pake setelan jas hitam dan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya,rambut rapi di tambah pakai pomade keluar dari mobilĀ  menghampiri dirinya.

Deg

"Bos gila?" Ucap Diandra tanpa sadar.

"Apa!" Beryl yang mendengar ucapan di depannya pengen marah.

Flashback off

"Semenjak itu Ko aku nanya nanya ke dia,kenapa betisnya merah dan penampilannya berantakan," kata Beryl.

"Terus hubungannya sama kamu apa?" Tanya Riko.

"Intinya mau gak bantuin aku?" Tanya Beryl.

"Ya kamu pasti tau lah jawabanku," jawab dengan entengnya Riko.

"Aku cuma pesan, jangan sia saiin dia kalau emang kamu suka." Kata Riko.

Setelah drama dua laki laki tampan tersebut berakhir, jam pulang kantor pun tiba.

"Hey tunggu, ngopi yuk," ajak Riko ke Beryl yang baru saja keluar dari ruangannya.

"Sorry gak bisa, lu tau sendiri tadi daddy nyuruh aku menghadap ke dia pulang kerja," ucap Beryl.

"Oh iya, sayang banget padahal hari ini Diandra juga ke cafe buat ngopi," sindir Riko.

Beryl yang mendengar ucapan Riko langsung.

"Ayo kita ngopi," ajak Beryl.

"Katanya mau ketemu Daddy?" Tanya Riko.

"Daddy mah gampang, ntar aja pulang ngopi."

"Dasar giliran denger nama Diandra aja langsung gercep." Ujar Riko.

Butuh 20 menit untuk menuju cafe tempat yang dimaksud Diandra dan kawan kawan,

"Kamu tumben ngajak ngopi, apalagi sampai tau detail soal Diandra."

"Riko gitu loh, apa sih yang gak bisa aku cari tau soal seseorang." Kata Riko sambil menepuk dada bidangnya.

"Cihhhh....iya deh percaya." Sahut Beryl.

"Kalau gak salah sih Diandra selalu pergi ke cafe yang kita tuju setiap tanggal 8 tapi aku gak tau kenapa dan alasannya." Kata Riko.

"Serius kamu?" Tanya Beryl.

"Iya ngapain aku bohong sama kamu." Sambung Riko.

Tak terasa perjalanan dari kantor terasa cepat karena sepanjang perjalanan mereka ngobrolin apapun yang mereka rasa cukup menarik.

"Mau private room dong mba," ujar Beryl ke salah satu waiters di cafe.

"Lu gila ya, cafe minta private room," bisik Riko.

"Emang kenapa?" Tanya Beryl.

"Kalau kamu pesen private room buat apa kita ke cafe, ke restoran aja kenapa, lagian kita kesini buat ngeliat Diandra, bukan mau ngadain forum diskusi." Ejek Riko.

"Gak enak lah, kan enakan di privatr room," ujar Beryl.

"Terserah deh, aku gak bakalan ngasih info lagi, kalau kamu kayak gini."

Beryl yang mendengar telak dari Riko, langsung.

"Fine terserah kamu." Sungut Beryl.

"Nah gitu dong, kalau gini kan lebih asyik, ayo kita ke sebelah pojok belakang, biasanya Diandra bakalan reserve tempat di meja no8." Sambung Riko.

"No8?" Tanya Beryl.

"Iya." Jawab Riko.

" Ada apa sih sama tanggal dan no8?" Tanya Beryl.

"Aku juga gak tau jelas yang aku tau dari orang suruhanku cuma gitu, makanya aku ajak kamu kesini hati ini siapa tau bisa nemuin petunjuk dikit dikit."

"Eh nunduk, dia datang," ucap Riko.

"Ngapain harus nunduk sih, biasa aja kenapa?" Tanya Beryl.

"Kamu kesini mau nyari tau apa mau mergokin dia?" Tanya balik Riko.

"Dua duanya, gimana dong?"

"Untung kamu ya masih saundara,kalau bukan udah aku kirim santet kamu." Ujar Riko.

"Emang masih ada gituan?" Tanya Beryl.

"Stop!!!!! Kalau aku ngeladenin kamu yang ada gak ada habisnya.kita kesini mau nyari tau soal Diandra bukan bahas masalah santet." Kata Riko dengan sedikit emosi.

Diandra yang menuju meja no8 langsung ditinggalkan kedua temannya, mereka akan ngasih waktu buat Diandra sendiri untuk sementara waktu.

"Kenapa teman temannya pisah meja?" Tanya Beryl.

"Aku juga gak tau," sambung Riko.

"Cantik cantik kok aneh." Gumam Beryl.

"Aneh aneh gitu juga kamu suka." Goda Riko.

"Ssssssttt." Sahut Beryl dengan mimik muka yang sudah tidak bersahabat.

Setelah lama di cafe tersebut, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 23.00 wib.

Riko yang sudah mulai ngeluh gara gara Beryl yang tak bergeming sedikitpun,karna masih betah memandang wanita pujaan hatinya meskipun dari sudut cafe yang hampir jarang di jamah oleh orang.

Beryl sengaja pindah tempat duduk karna tidak mau Diandra berpikir yang macam macam atau pun berpikir kalau Beryl sedang menguntit.

"Pulang yuk," ajak Beryl.

"Bentar lagi, jangan macem macem ngajak pulang kalau dia belum pulang!" Titah Beryl.

"Tau gitu tadi aku gak ngasih tau kamu soal rencana Diandra hari ini." Gumam Riko.

"Oh jadi kamu menyesal?" Tanya Beryl.

""Ehmmmm engga kok," jawab Riko kikuk.

Riko dan Beryl sama sama menoleh ke arah meja Diandra dan melihat teman teman Diandra tempati mulai dari tadi, tapi naas, meja mereka sudah kosong tidak ada wanita cantik yang dari tadi di lihatnya mulai jam pulang kerja tadi.

Beryl dan Riko saling adu pandang.

"Gara gara kamu!" Bentak Beryl.

Riko yang sudah melihat aura horor dari tatapan Beryl langsung berlari meninggalkan meja dan langsung keluar dari cafe.

"Rikooooooooooo.......!!!!!!??" Panggil Beryl.

Riko yang sudah tidak mengindahkan bos sekaligus saudaranya tersebut langsung lari terbirit birit, dan dia baru inget kalau dia gak bawa mobil

"Shiiiiittttt.....kenapa aku sekarang bego, kan tadi aku kesini sama Beryl jadi otomatis....." Riko berdiri dengan kaki yang lemas.

Beryl yang baru saja keluar cafe,melihat Riko yang sedang bersandar di mobil mewahnya.

"Ada apa tuan?" Goda Beryl.

"Gak usah pura pura kamu Beryl, pasti kamu tau apa yang aku maksut." Sambung Riko.

"Tunggu pembalasannku.!!!!!" Batin Beryl.

"Oh yaudah ayok masuk," ajak Beryl.

Riko yang langsung membuka pintu dan baru saja duduk.

Terdengar suara bariton Beryl terdengar menggema di dalam mobil.

"Ko, tolong kamu lihat mesinnya, kok gak bisa nyala ni mobil." Perintah Beryl.

"Bagus mobilnya, tapi sayang lupa servis, alhasil nyusahin yang nebeng juga." Sindir Riko.

"Oh yaudah kalau gk mau aku bisa nyari taksi, tapi kamu ttep urusin ni mobil."

Riko yang kembali menuruni mobil di tengah cuaca dingin.nya malam.

Beryl yang merasa berhasil mengelabuhi Riko yang sudah turun dari mobilnya, langsung menstater ulang mobilnya dan tancap gas.

"Bye Riko tin tin," ejek Beryl dari dalam mobil.

Riko yang masih bengong melihat Beryl yang sudah pergi jauh meninggalkannya membuat dia sedikit mengumpat dalam gumamannya.