"Jangan berlarut dalam sedih ya bro, mending kita berdoa buat yang terbaik," ucap Beryl.
"Bener kata Beryl kamu harus kuat, kan masih ada daddy sama mommy Rik," ucap Anggasta.
Setelah sekian lama Riko diam akhirnya dia mengeluarkan kata kata.
"Papa sama mama pasti baik baik aja kan dad, Riko takut sendirian." Ucap Riko sambil menangis tersedu.
"Daddy gak tau Rik, tapi semoga aja papa sama Riko baik baik aja," ucap Anggasta untuk membuat Riko lebih tenang.
Sebenarnya Anggasta mendapat telfon dari timsar sebelum kerumah Riko, bahwa papa sama mama Riko sudah di temukan dan nyawanya tidak tertolong, Anggasta berbohong ke Riko karna tidak mau membuat Riko kaget dengan kabar ini.
"Sekarang Riko ikut daddy,mommy sama Beryl ya kerumah daddy,"
"Engga dad, nanti kalau ada kabar dari papa sama mama gimana kalau Riko gak ada dirumah," ucap Riko..
"Daddy udah bilang ke timsar kalau Riko ada dirumah daddy, jadi kamu jangan khawatir, daddy pasti akan melakukan semua yang terbaik, kan orang tua kamu adek daddy,"
Sekian lama membujuk Riko akhirnya dia mau ikut Anggasta dan keluarganya,selama perjalanan pulang Riko hanya diem saja meskipun yang di sampingnya sangat bawell dan ada saja topik yang di buat ngobrol.
"Ko....kita main ps ya kalau udah nyampek rumah, atau kita hang out bareng ke tempat cafe langganan kita."
"Engga Ryl aku mau tidur aja, aku gak pengen ngapa ngapain sekarang, aku hanya pengen ketemu mama sama papa." Ujar Riko.
Anggasta dan Sakya yang mendengar perkataan Riko membuat mereka semakin tidak tega untuk memberi tau keadaan yang sebenarnya.
Beberapa menit akhirnya sampai di kediaman Anggasta Rabbani.
"Riko mau sekamar sama Beryl?" Tanya Anggasta.
"Dad kalau boleh, aku pengen kamar sendiri, itupun kalau daddy gak keberatan, aku pengen nenangin diri dulu." Ucap Riko.
"Yaudah nanti daddy suruh mbak di dalam siapin kamar buat Riko," jawab Anggasta
"Sebelum Riko istirahat, kamu harus makan dulu, mommy yakin kamu belum makan, ayo sekarang kita makan dulu." Ajak Sakya.
"Engga mom, aku gak lapar," jawab Riko.
"Riko tau kan kalau mommy orangnya gak suka di bantah, jadi kamu harus makan dulu."
"Tapi mom aku gak lapar," ujar Rko.
"Yaudah kalau kamu gak mau makan, kamu gak mommy kasih kamar sendiri, mending sekamar sama Beryl, biarin dia gangguin kamu sepanjang waktu." Titah Sakya.
Beryl yang melihat ancaman mommy sedikit kesal.
"Apa aku sebawel itu mom" pikirnya.
Beryl yang ngambek langsung naik ke lantai 2 menuju kamarnya.
Anggasta dan Sakya yang tau Beryl lagi merajuk membiarkan anak kesayangannya itu pergi dulu ke kamarnya.
Beberapa saat Riko berpikir akhirnya dia menyetujui buat makan dari pada dia harus sekamar dengan Beryl yang amat bawel tersebut.
"Iya mom aku mau makan asal aku gak sekamar dengan Beryl."
"Anak pintar," jawab Sakya.
Sakya yang langsung menggandeng Riko ke meja makan dan duduk di samping Riko membuat Anggasta menyusul dan berdiri di belakang Riko sambil mengusap rambut anak remaja yang sudah menjadi yatim piatu semenjak beberapa jam yang lalu.
Anggasta menangis berada di belakang Riko, dia teringat akan adek kesayangannya yang harus meninggal karna kecelakaan.
Flashback off
*****
Rabbani group
Tidak banyak yang berbeda di kantor hari ini, Diandra dan teman temannya yang satu ruangan lagi berkumpul disalah satu meja temannya, untuk sekedar bergosip kalau Beryl dengar dengar mau di jodohkan, tapi entah isu dari mana, sehingga satu kantor menjadi heboh dengan berita hot atasannya itu.
Diandra yang selalu menaruh rasa kesal, sehingga seperti acuh ketika mendengar tentang atasannya itu.
Iseng iseng Diandra melihat ponselnya ternyata ada nomor baru chat dia.
{Hai} 081236888***
"Siapa?" Balas Diandra.
Sejam dua jam tapi tetap gak ada balasan, jadinya Diandra hapus pesan dari nomor tak di kenal itu,.
Hampir sebulan lamanya dia gak pernah bertemu dengan Beryl selama di kantor.
""Kok aku gak pernah liat bos gila itu ya," pikirnya.
"Ah palingan dia sibuk, ngapain juga aku kepo dasar, siapa aku coba." Ujar Diandra.
Setiap jam pulang kantor Diandra merasa kesedihannya di mulai, dia selalu merasa sedih dan tertekan setiap kali di suruh tunangan.
Tinggal menghitung hari detik detik tunangan itu akan segera tiba, pamannya juga tidak bisa berbuat apa apa buat Diandra meskipun sebenarnya sang paman juga tidak rela kalau keponakannya itu tunangan atau sampai nikah sama anak preman kampung disana.
Tak terasa sudah sampai di depan gang rumah bibinya, sampai sampai dia harus di tegur sopir angkot karna melamun.
Langkah gontai menemaninya menuju rumah bibinya.
"Assalamualaikum," ucap Diandra dengan nada lemas.
Diandra yang melihat banyak sembako di ruang tamu menjadi bingung.
"Kok banyak banget bibi kalau belanja, biasanya juga gk sebanyak ini."
" Bi.....bibi," panggil Diandra.
Merasa tak ada sahutan Diandra mencari ke setiap ruangan, tapi hasilnya nihil,.
"Kemana bibi pergi," gumam Diandra.
Yaudah lah biarin aja, mending aku mandi dan bersih bersih dikamar, terus istirahat,
Diandra yang baru saja terlelap di kagetkan dengan pintu yang di buka secara kasar.
"Di....Diandra.....dimana kamu!" Panggil bibi.
Diandra yang mendengar teriakan bibinya langsung bangun dan berlari ke arah bibinya.
"Ada apa Bi?" Tanya Diandra.
"Liat ni kalau kamu jadi sama Zidan, kamu bisa mensejahterakan kehidupan paman dan bibi mu" ucap Bibi.
"Pokoknya aku gak mau sama dia." Teriak Diandra.
"Jangan jadi anak pembangkang kamu!" Bentak bibi.
Terjadi perdebatan antara Diandra dan bibi sampai berakhir dengan tamparan yang cukup keras di pipi Diandra.
*****
Pagi ini Diandra tidak menyiapkan sarapan karna dia terlanjur kesal sama bibinya, bagaimanapun dia juga punya hak atas dirinya sendiri dan kebahagiannya..
"Mau kemana kamu," bibi yang sudah berdiri dipinggir sofa sambil membawa ikat pinggang laki laki.
"Kantor," jawab Diandra ketus.
"Gak ada ke kantor hari ini, kamu harus beres beres rumah dan cuci setrikaan banyak."
Diandra yang baru memakai sepatu kerjanya melangkah pergi,tiba tiba di cambuk dengan ikat pinggang yang di pegang bibinya,
Cambuk.an pertama kena bokong Diandra, Diandra yang mau lari, tapi sayang udah kena cambuk.an kedua di bagian betis langsung membekas merah, apalagi Diandra yang memakai rok pendek diatas lutut, membuat cambukan itu keliatan jelas di kulit putih Diandra.
"Kembali kamu!" Teriak bibi.
Diandra yang tidak menghiraukan panggilan bibinya terus saja berlari keluar gang untuk berangkat kerja,
10 menit berjalan dari gang, Diandra masih belum mendapat angkot atau ojek. Di apk ojek juga lagi susah,
"Apes banget sih hari ini," pikirnya sambil mengusap air matanya
Tin.....tin....tin.....
Siapa sih berisik banget tan tin tan tin aja, norak banget kayak baru punya mobil.
Tiba tiba Diandra di cegat mobil yang dari tadi nglakson dirinya.
Seseorang berpakaian rapi, pake setelan jas hitam dan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya,rambut rapi di tambah pakai pomade keluar dari mobil menghampiri dirinya.
Deg