Chapter 6 - LDR #06

Istirahat kantor

Ketika Diandra dan kedua temannya mau keluar dari ruang kerjanya tiba tiba salah satu dari teman satu ruangan mereka memanggil Diandra

"Di....kata pak Riko sekertaris Bos kami di panggil bos suruh datang ke ruangannya habis selesai istirahat kantor,"

"Oh gitu thanks ya," ucap Diandra.

"Ada apa ya Bos manggil aku, apa gara gara kejadian tadi pagi," batin Diandra.

"Heh ngelamun aja ayuk jadi makan gak kita?" Tanya Keyra.

"Jadi kok, ayuk," ajak Diandra.

"Key kamu berani gak kalau seandainya aku ajak taruhan?" Tanya Embun.

"Taruhan apa?" Tanya Keyra.

"Taruhan kalau Diandra sama bos berjodoh, minimal pacaran lah," ucap Embun.

Diandra yang mendengar ucapan temannya langsung melotot kearah Embun.

"Apa apaan kamu sih, jangan asal bicara Embun!" Bentak Diandra.

"Aku gak asal bicara Di, kalau diliat liat bos itu cocok loh sama kamu," prediksi Embun.

Sekali lagi kamu bicara yang engga engga aku plester mulut kami," ucap Diandra.

Keyra yang melihat kedua sahabatnya hanya bisa geleng geleng kepala.

Beberapa menit berlalu mereka juga sudah menghabiskan makanan mereka, sesaat setelah adu argumen antara Diandra dan Embun akhirnya Diandra memutuskan untuk kembali ke kantor lebih cepat dari biasanya.

Udah lah aku mau cabut dulu, mau ke ruangan boss.

"Ruangan bos apa ruangan calon," ledek Embun.

Keyra yang melihat Diandra yang semakin jengkel mukanya malah ikut ikutan.

"Bukan calon Mbun," celetuk Keyra.

"Terus siapa dong?"tanya Embun.

"Suamiku," jawab Keyra.

Diandra yang sudah tidak mau mendengar omong kosong teman temannya langsung meninggalkan mereka berdua.

Setelah menaiki lift menuju lantai yang di tuju, Diandra yang masih tidak percaya bisa memasuki lantai tersebut, sampai lupa kalau kesini tujuannya adalah menemui sang Presdir.

Tok....tok....tok

Diandra yang beberapa kali mengetuk pintu tapi, tidak ada sahutan dari dalam akhirnya memutuskan untuk balik ke ruang kerjanya,belum sempet dia membalikkan badannya dengan sempurna tiba tiba ada yang menarik tangannya dari balik pintu.

"Aaauuuu....,"jerit Diandra.

Beryl yang mendengar teriakan Diandra reflek membekap mulutnya, tatapan keduanya bertemu ketika tangan Beryl masih betah membekapnya.

"Cantik," batin Beryl.

"Kenapa aku selalu tenang jika memndang manik mata ini," batin Diandra.

Beberapa saat mereka terdiam dalam pikiran masing masing, tanpa Beryl duga kakinya di injak keras oleh Diandra

"Aaauuu sakit dasar cewek sinting, kamu mantan pegulat ya, kuat banget kalau nginjak," ucap Beryl.

"Apa bapak bilang?" Tanya Diandra.

"Kenapa?" Balas Beryl.

"Lupakan!" Sahut Diandra.

"Kata sekertaris Riko bapak manggil saya?" Lanjutnya.

" Ada apa bapak manggil saya kesini," tanya Diandra.

"Saya pengen kamu tanggung jawab atas apa yang kamu lakuin," ucap Beryl

"Lakuin apa? Emang bapak ada kerugian?" Tanya Diandra.

"Enak aja minta ganti rugi gitu aja," gumam Diandra.

" Eh asal kamu tau ya, kamu tau kan saya siapa?" Tanya Beryl.

"Laki laki tengil, sombong dan dan sok kecakepan," gumam Diandra.

"Apa kamu bilang?" Tanya Beryl

Diandra melongo saat Beryl ternyata, mendengar gumamannya.

"Kita cuma bertemu dua kali kamu bisa ngejudge saya seenaknya?" Tanya Beryl.

"Dua kali kata bapak?"tanya balik Diandra.

"Mobil hitam yang tengah malam hampir nabrak wanita di pinggir minimarket mobil siapa?" Tanya lagi Diandra.

"Apa maksut kamu?" Tanya Beryl.

"Asal bapak tau ya, orang yang hampir bapak tabrak itu saya,

Apa bapak waktu hampir menabrak saya bapak keluar untuk sekedar minta maaf atau bertanya keadaan saya?" Lanjut Diandra.

"Apa mungkin orang yang hampir aku tabrak adalah dia?" Batin Beryl

Flashback on

Sebenarnya aku males mau datang ke acara pesta ulang tahunnya Malik, tapi mau gimana lagi dia salah satu teman baikku juga.

Satu jam perjalanan kerumah Malik akhirnya sampai juga.

Beryl yang baru saja turun dari mobil membuat semua mata wanita yang ada disana tidak berkedip karna melihat kegantengannya.

"Ah membosankan" batin Beryl.

"Hei sendirian aja?" Tanya wanita cantik bertubuh seksi tersebut.

Beryl yang hanya melihat sekitar tidak mempedulikan wanita yang baru saja datang.

"Ni minum buat kamu," sambil menyodorkan segelas koktail.

"Trima kasih," balas Beryl.

Selama pesta berlangsung tidak terasa Beryl sudah menghabiskan beberapa gelas minuman beralkohol,

Dan tidak di sangka wanita yang tadi nyamperin Beryl datang untuk menawarkan pulang bersama.

"Mau aku antar pulang?" Tanya wanita itu.

Beryl yang hanya melihat sekilas dan menanggapi dengan hanya memicingkan alis sebelahnya membuat dia jengah.

"Aku balik dulu ya Malik," pamit Beryl.

"Kamu jangan pulang sendiri, kamu agak mabuk bro," ucap Malik.

"Ntar aku minta jemput sopir kok, nitip mobil disini ya," ijin Beryl

"Ok bro, hati hati," sambung Malik.

Beryl yang mulai sempoyongan berjalan menuju mobilnya sambil merogoh saku mengambil benda pipih yang ada didalam saku celananya.

"Halo pak somat bisa jemput aku, ntar aku share lock," perintah Beryl.

"Maaf Den pak Somat sudah dirumah, istri pak somat sakit, jadi saya ijin pulang cepet Den," jawab orang dari sebrang.

"Yaudah deh, aku pulang sendiri," ungkap Beryl.

Tanpa menunggu jawaban dari sebrang Beryl mematikan telfon sepihak.

"Yaudah lah aku nyetir sendiri," gumam Beryl.

Setengah perjalanan Beryl merasa sangat mengantuk.

Sampai dia mulai oleng ke kanan dan ke kiri tak beraturan.

Meskipun kecepatan sedang tetep aja bisa membahayakan nyawa.

Tak disangka pas di depan minimarket ada  wanita yang mau menyebrang jalan, dan Beryl yang kaget akan hal itu langsung membanting setir untuk menghindari kecelakaan.

Tanpa berhenti Beryl hanya menoleh dari dalam mobil, karna Beryl takut di masa warga apalagi kalau warga tau dia dalam keadaan mabuk.

Flashback off

"Kenapa kamu seyakin itu kalau itu mobil aku?" Tanya Beryl ke Diandra

"Saya hapal plat nomornya pak, B 37 IL,"

"Dan saya tadi pagi liat kalau mobil itu ada di depan kantor," ucap Diandra.

"Kamu jangan ngarang, bukan hanya aku yang punya mobil model gitu, dan masalah plat, kali aja kamu salah." Bela Beryl.

"Apa plat bapak sangat pasaran? Sampai ada yang sama?" Bela Diandra

"Aku emang orang miskin pak, tapi aku gak bodoh," ucap Diandra.

"Kalau bapak masih mau aku ganti rugi, aku juga bakalan minta ganti rugi ke bapak atas kejadian malam itu," kata Diandra.

"Ok aku ngaku, emang aku yang hampir nabrak orang di depan minimarket itu," ujar Beryl.

"Tapi aku gak tau kalau kamu adalah pegawai Rabbani group," cerocos Beryl.

"Gimana deal?" Tanya Diandra.

"Deal apaan? Enak aja, aku gak setuju," ucap Beryl.

"Oh yaudah aku bakalan bilang ke orang orang kalau pewaris Rabbani group nabrak orang gak mau tanggung jawab!" Ucap Diandra dengan lantang.

"Heh dasar sialan, kamu berani ngancam aku?" Tanya Beryl.

"Aku gak pernah ngancam siapa siapa, aku hanya bicara fakta," teriak Diandra.

Beryl yang kesal atas perkataan Diandra, langsung mendorong Diandra kebelakang sampai jatuh ke sofa yang ada di ruangan itu.

Diandra yang mulai panik atas perlakuan Beryl langsung berlari menuju pintu, tapi sayang dia kalah cepat.

Beryl sudah mengunci pintu ruangan itu memakai remot dari meja kerjanya.

"Tolong....tolong....." Teriak Diandra.

sambil menggedor pintu dari dalam ruangan.