Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Pelangi dihidup Bara

Qie_Batubara
--
chs / week
--
NOT RATINGS
53.8k
Views
Synopsis
Bayi mungil yang berparas cantik itu bernama Pelangi Arhania Darma. Kehadirannya sangat dinantikan. Namun, justru kelahirannya menjadi malapetaka bagi keluarga Darma. Dimana hari kelahiran Pelangi justru membuat perpecahan keluarganya terjadi. Aranya sang ibu yang mengalami depresi setelah kelahiran Pelangi, Aditya yang di nyatakan meninggal oleh dokter membuat Aranya sangat merasa bersalah akan hal itu. Kehidupan yang bergelimang harta, seharusnya mampu membuat semua orang bahagia. Tapi, tidak dengan Pelangi. Kehidupannya sungguh begitu pahit, begitu banyak rintangan yang harus ia lalui untuk bertahan hidup dan merasakan kebahagiaan yang selalu ia impikan. Di pertemukan dengan seorang pria yang mampu membuat hari-harinya penuh dengan kenangan manis, namun semua itu harus berakhir kareba sebuah kenyataan. Hingga takdir membalikkan segala kepahitan itu menjadi manis, saat dirinya di pertemukan oleh Bara.
VIEW MORE

Chapter 1 - Kabar Bahagia

"Sayang..," panggil manja Aranya pada suaminya yang masih terbaring di kasur kesayangan mereka. Aditya Darma hanya menggeliat, membuka matanya dengan sipit lalu tersenyum dan memejamkan matanya kembali. Aranya terus saja menggoda sang suami,  dari yang sekedar menggelitik hingga jurus andalannya pun ia keluarkan. Yaitu mengecup setiap sudut wajah lelaki tercintanya itu. Tentu saja, itu yang sangat dinantikan Aditya.

"Kau selalu saja membuat dia bangkit sayang," ucap Aditya dengan suara serak khas bangun tidurnya. Yang kali ini sudah mendekap erat tubuh wanita yang menjadi candu di hidupnya. 

Aranya tersenyum, menyembunyikan wajah meronanya di dada bidang Aditya. "Hei, kenapa harus malu? kita bahkan sudah sering melakukannya." goda Aditya yang gemas melihat tingkah istrinya. 

"Atau kau mau melakukan olahraga pagi ini denganku?" tanya Aditya dengan menaik turunkan sebelah alisnya sambil tersenyum menggoda. 

"No."  jawaban singkat, padat dan jelas dari Aranya membuat Aditya mengernyitkan keningnya. "Ayolah sayang.., kau yang sudah menggodaku. Jadi, kau harus bertanggung jawab terhadapnya." bujuk Aditya dengan mata yang sudah mengarah pada kejantanannya. 

"A-aku." ucap Aranya terbata. Adityapun langsung merubah posisinya dan kini dirinya duduk diatas ranjang dengan menatap bingung pada wanita tercintanya.

"Sayang, apa terjadi sesuatu padamu?" tanya Aditya yang mulai penasaran, mengapa Aranya begitu bingung. Aranya hanya menatap sendu pada suaminya. Rasanya, ia ingin sekali mengatakan apa yang terjadi padanya. Namun, ini belum saatnya. Dirinya hanya ingin membuat momen yang begitu spesial dan tidak akan pernah keduanya lupakan. 

"Mandilah, aku akan menyiapkan keperluanmu." titah Aranya sambil tersenyum dan bangkit dari posisinya. Namun, tangan kekar milik suaminya mampu menghentikan langkah kaki Aranya. Aranyapun kembali menoleh dan tersenyum. "Aku akan ke kantormu jam makan siang. Sekarang, kau bersiaplah jika tidak ingin terlambat ke kantor." pinta Aranya yang kini sudah berhasil pergi meninggalkan suaminya dengan kebingungan yang memenuhi isi kepala sang suami. 

"Kenapa dia berubah?" pikir Aditya. "Sok misterius." ucapnya kembali. Adityapun menjalankan ritual paginya. Setelah selesai, ia justru tidak melihat sosok istrinya di kamar, di ruang makan bahkan di dapur juga tidak ada sosok wanita yang begitu ia rindukan. Padahal baru juga beberapa menit Aditya tidak melihat pujaan hatinya. Tapi, rasa rindu begitu cepat hadir dalam dirinya. 

"Ini tuan, nyonya menitipkan surat ini pada saya," ucap ijah, asisten rumah tangga di keluarga Aditya Darma dan memberikan sepucuk surat padanya, "Ya sudah, kamu boleh kembali ke belakang," titah Aditya dan menerima surat dari istrinya. 

"Tuhkan, mengapa dia bersikap misterius seperti ini? Kan ada ponsel, mengapa dia tidak langsung menelponku saja," batin Aditya dan segera membuka surat itu.

"Sayang, aku sudah menyiapkan semua keperluanmu. Aku juga sudah memasak sarapan pagi ini untukmu. Maaf, jika rasanya tidak seenak masakan bibik. Tapi, aku sungguh sudah sangat berusaha untuk memasaknya dengan begitu enak. Setelah sarapan, kau pergilah ke kantor dan ingat, harus selalu hati hati. Aku pergi sebentar dan jangan khawatir. Sampai ketemu di jam makan siang sayang," 

Cium sayang. 

Aranya Wilman. 

Aditya sungguh merasa ada yang janggal dengan sikap istrinya pagi ini. Biasanya Aranya tidak pernah sekalipun menolak dirinya. Dia juga tidak akan berani pergi tanpa pamit, apapun yang terjadi pada dirinya, akan selalu Aranya ceritakan, bahkan sebelum Aditya bertanya. "Kenapa sekarang kau begitu misterius sayang. Bahkan saat aku menelponmu juga, sengaja kau abaikan," pikir Aditya. 

Aditya bergegas pergi ke kantor. Dirinya bukan tidak ingin mencari tahu keberadaan sang istri saat ini, bahkan informasi keberadaan istrinya itu sangat mudah sekali ia dapatkan. Tapi, kali ini Aditya ingin menunggu kejutan apa yang akan siang ini Aranya berikan padanya. Dirinya tidak ingin mengetahuinya lebih dulu, karena pasti akan membuat kejutan Aranya gatot, alias gagal total. 

"Kosongkan semua jadwalku siang ini. Kau harus mengaturnya ulang untuk besok," titah Aditya pada Rifin, asistennya. "Baik, Pak." balas siaga Rifin dan pergi meninggalkan ruangan atasannya itu. 

Pagi ini, Aditya begitu sibuk. Banyak meeting penting dengan petinggi petinggi perusahaan lain yang bekerjasama dengannya. Sejujurnya Aditya begitu kewalahan hari ini. Tapi, mengingat akan ada kejutan dari sang istri siang ini, membuat Aditya begitu bersemangat bahkan dirinya sudah begitu tidak sabar untuk bertemu dengan jam makan siang.

"Permisi, Pak. Maaf mengganggu, saya hanya ingin menyampaikan jika salah satu proyek kita yang berada di luar kota sedang mengalami masalah, Pak." penjelasan Rifin sungguh membuat Aditya prustasi, pasalnya hanya menunggu 1 jam lagi untuk kehadiran sang istri yang begitu penting dan dia nantikan. Namun, masalah proyeknya juga tidak bisa ia abaikan begitu saja. 

"Apa tidak ada yang bisa mengatasinya disana?" marah Aditya dengan suara keras. 

"Ti-tidak, Pak. Masalah proyek ini, harus Bapak sendiri yang turun tangan." ucap Rifin dengan begitu hati hati. 

"Kau tau kan, siang ini aku sudah membuat janji dengan istriku. Tapi, kenapa masalah itu tidak bisa kau tangani." murka Aditya. 

"Maaf, Pak. Tapi, kita harus segera kesana. Sebelum semua masalahnya semakin parah, Pak." ucap Rifin dan kali ini tanpa menunggu persetujuan dari Aditya, Rifin pun segera pergi meninggalkan ruangan bosnya itu. Dirinya cukup tau, jika Aditya akan murka dengan apa yang terjadi hari ini. 

Sementara di tempat lain, Aranya begitu bahagia dengan hasil tesnya, tanpa sengaja, bulir air mata bahagia pun menetes, membasahi pipinya. Sudah cukup lama ia dan juga suaminya menunggu kabar bahagia ini. Aranya kini bergegas menuju kantor suaminya, rasanya ia begitu tidak sabar memberitahukan kabar bahagia ini pada Aditya. Dengan bekal yang sudah ia siapkan untuk di santap bersama dengan lelaki tercintanya. 

Sesampainya di kantor, Aranya tidak lagi mendapati tubuh kekar sang suami, yang begitu sangat ingin ia temui. Aranyapun langsung mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya. Betapa terkejutnya ia, begitu banyak panggilan masuk dari Aditya, pikirannya pun langsung khawatir dan tangan lentiknya membuka sebuah pesan. 

"Maafkan aku sayang, sepertinya aku tidak bisa menemuimu jam makan siang kali ini. Sungguh aku sangat ingin sekali kita menikmati makan siang bersama. Tapi, ada masalah dengan proyek di luar kota dan harus aku sendiri yang turun tangan. Aku janji, jika semua sudah selesai, aku akan langsung pulang." Isi pesan chat Aditya, melalui salah satu aplikasi sosial media.

Aranya akhirnya bisa bernafas lega, setelah tahu apa yang terjadi dengan suaminya. Padahal ia begitu khawatir dengan melihat ratusan panggilan tak terjawab dari Aditya. Karena dirinya memang sengaja men-silent ponselnya saat konsultasi dengan dokter.

"Mungkin bukan hari ini Papa mengetahui kehadiranmu sayang, kamu jangan marah ya, kita bisa menunggu hingga pekerjaan papa selesai." ucap Aranya sambil mengelus lembut perutnya.