"Hai Gi, boleh aku duduk di sinikan?" sapa Raino yang sudah berada di hadapan Pelangi, dirinya kini bahkan sudah duduk tanpa Pelangi menjawab perttanyaannya. Pelangi hanya menoleh kesumber suara.
"Mbak, nasi goreng satu ya, sekalian sama es tehnya," pesan Raino sambil berteriak pada pemilik kantin.
"Tehnya gak usah pake es mbak, hangat aja." protes Pelangi, mengganti pesanan Raino, sungguh berani, bukan? sementara semua siswa dan siswi yang berada di kantin menoleh ke arah keduanya. Bahkan para siswi sudah menatap sinis pada Pelangi, merasa ketidaksukaan mereka melihat ada siswi yang dekat pada Raino dan bahkan terkesan mengatur pesanan Raino. Namun,justru sang pemilik pesanan hanya menatap bingung pada Pelangi, tanpa berniat untuk melayangkan protesannya.
"Ini pesanannya jadi nasgor sama teh hangatkan? Takutnya mbak salah buat," tanya mbak Ranti pada Raino.
"Ia mbak," jawab Raino, membuat Pelangi mengukir senyum pada sang pemesan makanan
"Gi, pulang bareng aku ya?" tanya Raino menawarkan
"Gak bisa deh kayaknya,"
"Kenapa?" tanya Raino dengan kening mengerut.
"Aku di jemput, mungkin lain kali,"
"Janji ya?"
"Tapi ada syaratnya,"
"Syarat apaan? kayak mau ngelamar anak gadis aja, pake syarat segala," canda Raino
"Hahaha, ya latihan dulu aja, biar entar kamunya gak canggung pas beneran ketemu camer."
"Lo bisa aja, trus syaratnya apa?"
"Kamu kenalan dulu ama bunda aku, trus izin deh ke dia. Soalnya bunda overprotektif banget." jelas Pelangi
"Oke," jawab Raino tanpa berani protes dan kini tangannya sudah mengambil sendok dan garpu yang sudah ada di meja kantin dan segera menyantap hidangannya yang baru saja di antar mbak Ranti. Pelangi seperti termukau akan sikap Raino, belum pernah ada seseorang yang menjadi temannya, bahkan semua seolah menjauh atau Pelangi yang memang sengaja menutup diri, karena kehidupannya yang sungguh menyedihkan.
Entah apa yang ada di dalam hati dan pikiran Raino saat ini, yang jelas dia merasa sangat nyaman bila berada di dekat Pelangi, sebelumnya Raaino bahkan tidak pernah dekat dengan seorang wanita selain omanya dan bahkan Raino juga selalu menutup diri bila ada wanita yang ingin dekat dengannya. Raino pasti akan menolaknya, tanpa sedikit berbasa basi. Kehadiran Pelangi, menghadirkan warna di hidupnya. Bahkan Raino maupun Pelangi kini mampu tertawa lepas seperti tidak ada beban dalam kehidupan mereka berdua.
Sherly sudah menunggu Pelangi di parkiran, bukan tidak percaya pada supir. Namun, ini hari pertama Pelangi bersekolah dan Sherly ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang ibu yang baik. Sherly juga sudah mendambakan hal ini sejak lama, bisa merasakan menjadi seorang ibu. Bahkan Sherly berani berbohong pada Meli, jika Pelangi sudah meninggal akibat kecelakaan, sehingga dirinya pindah ke kota ini. Untuk menghilangkan kesedihannya karena kehilangan Pelangi, itu sebabnya Sherly mengganti semua identitas Pelangi dan membuat dokumen palsu tentang kematian Pelangi, semua sudah ia rencanakan sedari dulu dan tersusun dengan begitu rapi.
"Siang tante," sapa Raino dan itu membuat Sherly sedikit terkejut.
"Siang, kamu siapa?"
"Aku Raino tan, temen baru Anggi," jawab Raino memperkenalkan diri, entah mengapa Sherly tidak sedikitpun mengenali Raino. Karena sejak kelahiran keduanya, saat itulah hari pertama dan terakhir Sherly melihat Raino dan bahkan nama Aslinya Raino saja Sherly tidak tahu.
"Oh, Raino. Salam kenal ya, panggil aja tante Megumi."
"Ia tan, hm.., apa aku boleh main kerumah tante? atau sekedar mengantar Anggi pulang?" begitulah Raino, tidak pernah ada sedikitpun basa basi dalam hidupnya, apapun yang ingin dirinya lakukan, dengan senang hati ia lakukan. Dan jika dia tidak menyukai suatu hal, dengan tegas dirinya akan menolak hal itu.
"Hmm.., langsung to the point kamu ya? kamu naksir anak tante?" Sherly justru terperangai dan menggodai Raino dan juga Pelangi, Pelangi yang melihat Sherly begitu menikmati perkenalannya dengan Raino. Tidak menyangka, jika Sherly akan sebegitu bahagianya, terlihat jelas di wajahnya.
"Tentu saja, ini kartu nama tante, dan kamu bisa langsung mengantar Pe- maksud tante Anggi, pulang. Kebetulan tante ada urusan hari ini. Kamu gak keberatankan?" sedikit saja Sherly salah bicara, mungkin akan bermasalah jadinya. Untung saja Sherly cepat sadar akan ucapannya dan meralatnya secepat mungkin.
"Tentu aja bisa dong, tan. Tante hati-hati ya, dan makasih udah percaya sama aku tan." terlihat kebahagiaan terpancar dari wajah keduanya, Pelangi yang melihatnya begitu bingung. Namun, sedikit merasa bahagia, walau ada rasa was-was di pikirannya.
Sherlypun pamit dan pergi meninggalkan keduanya, meski ada sedikit kecurigaan dalam hatinya tentang Pelangi yang akan membongkar segala perlakuan buruknya ataupun identitasnya, secepat kilat Sherly memberikan sebuah pesan chat pada Pelangi, tentunya berisi sebuah ancaman yang akan membuat kebungkaman pada mulut ranum Pelangi.
"Sudah ku duga," batin Pelangi saat membaca pesan Sherly
"Ayo kita berangkat?" ajak Raino yang kini sudah siaga di atas motor sportnya.
"Ayo," balas Pelangi
Sepanjang perjalanan keduanya asik bercerita, Pelangi baru pertama merasakan setenang ini dalam hidupnya, seperti tidak ada beban berat dalam hidupnya selama ini. Begitu juga dengan Raino, dia merasakan dunianya sekarang hidup tidak seperti biasanya yang selalu menyibukkan diri dengan apapun yang, membuatnya melupakan segala kesedihan tentang keadaan ayah yang seperti mayat hidup.
"Kita ngapain kesini?" tanya Pelangi saat Raino memarkirkan motornya di depan sebuah toko.
"Beli cabe, ya gaklah.., kamu liat di depan toko apa?" tanya Raino dan menunjuk toko di depannya. Kemudian Pelangipun tersenyum dan mengikuti arah langkah kaki Raino.
"Kamu pilih aja yang kamu sukai, karna aku gak tau selera cewek gimana?" tawar Raino, menyerahkan sepenuhnya pilihan pada Pelangi.
"Ok," Pelangi merasa begitu di hargai, hal yang memang baru pertama kali dirinya rasakan, tentu saja itu semua masih dalam pengawasan Sherly yang sejak tadi telah membuntutinya.
"Ini aja gimana?" tanya Pelangi saat memberikan sebuah helm bermotif hello kitty.
"Bagus," ucap Raino. Kemudian mereka ke kasir dan membayarnya.
"Tapi, kenapa kamu beli helm ini?" tanya Pelangi bingung
"Ya karna mulai hari ini, aku akan selalu menjemput dan mengantarmu pulang sekolah," jawab simple Raino membuat Pelangi semakin bingung,
"Udah, gak usah kebanyakan mikir, intinya aku beliin kamu helm ini, biar kita gak di tilang polisi,"
"Iya deh,"
Melihat tidak ada gelagat yang aneh antara keduanya, Sherlypun pergi dan kembali pulang kerumah sembari menunggu kepulangan Pelangi dan juga Raino.
"Mau singgah makan?" tanya Raino
"Gak usah deh, kita langsung pulang aja, gak enak juga sama bunda. Yang ada nanti kamu dilarang lagi antar aku pulang."
"Baiklah.., pegangan ya," kebahagiaan yang terjadi di diri Raino membuat dirinya selalu bisa mengukir senyum berbeda saat belum mengenal Pelangi, sungguh ikatan batin keduanya begitu terasa, sehingga kenyamanan selalu mereka rasakan.
Bruuukkk....