Chereads / Pelangi dihidup Bara / Chapter 5 - Berdamai.

Chapter 5 - Berdamai.

Dengan cepat, Aditya langsung menarik tangan istrinya. Tidak ingin membiarkan masalahnya berlarut - larut. Ia yakin, ini hanya kesalah pahaman saja. Bukan inginnya membuat Aranya kesal, akibat percintaan panas yang harus mereka hentikan sebelum keduanya mencapai pelepasan.

"Lepaskan?" cercah Aranya dengan sinis. 

"Tunggu sayang, kau salah paham." Aditya mencoba memberikan pengertian namun Aranya masih tersulut emosi.

"Aku bilang, lepaskan!" bentak Aranya, membuat Aditya takut, ini kali pertama dirinya melihat Aranya begitu emosi. Aditya sungguh tidak kuasa melihat amukkan sang istri, ia begitu takut. Jika bayi yang di dalam perut istrinya kenapa - napa. 

"Sayang, maafkan aku. Sungguh kau salah paham." bujuk Aditya kembali. 

"Apa perkataanku kurang jelas?" tanya Aranya dengan penuh penekanan. Ekspresinya begitu dingin, seperti seorang pemburu yang sedang melihat mangsa. 

"Sayang.., ku mohon, dengarkan aku."Aditya begitu takut, jika terjadi hal buruk pada istri dan anaknya. Melihat Aranya yang begitu di penuhi amarah. Tidak adanya respon dari Aranya membuat Aditya langsung merengkuh tubuh ramping sang istri, tidak perduli lagi dengan sorotan beberapa pasang mata yang mengarah pada sepasang suami istri itu. Berontak, pasti sudah Aranya lakukan, namun tenaganya tentu saja tidak sekuat lelaki kekar yang kini mampu mendekapnya dengan begitu eratnya. Malu, pasti Aranya rasakan. Namun, kenyamanan juga mampu meredam emosinya. Ya mungkin, hanya pelukan hangat dari sang suami yang begitu ia harapkan. 

"Ayo kita pulang." ajak Aditya tentu saja dibalas anggukan kecil oleh istri kesayangannya itu dan Aditya menuntun Aranya untuk ikut pergi bersamanya. Sepanjang perjalanan, tidak ada suara yang keluar dari mulut keduanya. Hanya saja sesekali Aditya melirik ke arah sang istri, memastikan kalau dia baik-baik saja. Namun, kemudinya tetap fokus pada jalanan. 

***

Kini keduanya sudah berada di kawasan rumah elite dengan beberapa pengawasan dari para penjaga keamanan. Bukan sombong atau agar terliha keren, namun Aditya lebih memilih lebih baik mencegah dari pada mengobati, mungkin itu pribahasa yang cocok untuk kehidupannya. Aditya hanya ingin menjaga keluarganya agar terhindar dari para musuh di dalam pekerjaan.

Aranya lebih memilih masuk ke dalam kamarnya,  memilih membersihkan tubuhnya yang terasa begitu lengket akibat aktifitasnya hari ini yang sangat menguras emosi sedangkan Aditya harus kembali keruang kerjanya. Memilih mengecek pekerjaannya hari ini yang sengaja ia tinggalkan demi untuk berbaikan dengan sang istri. Setelah sibuk dengan laptonya, Adityapun membersihkan diri kemudian berjalan masuk menuju kamarnya. 

Saat pintu kamar sudah tertutup dan di kunci oleh pemiliknya, Aditya melihat sosok tubuh sang istri yang kini sudah berbaring di atas ranjang dengan balutan kain tipis yang menampakkan kulit putih Aranya membuat Aditya tersenyum tipis dan mempunyai ide untuk menggoda sang istri. Tidak perduli jika Aranya akan kembali marah padanya. Namun, hasrat kerinduannya begitu besar, terharap Aranya. Membuat sesuatu yang berada di balik resliting celananya pun ikut terbangun. 

Aditya kini sudah berada di atas ranjang yang sama dengan istrinya. Memilih untuk memperhatikan wajah pulas sang istri ketika tertidur dan sesekali terdengar sedikit suara dengkuran halus dari Aranya. "Sayang, kau begitu cantik saat sedang tertidur, sungguh kehadiranmu selalu menjadi penyemangat dalam hidupku." ucap Aditya sambil mengelus pelan pipi sang istri, menyelipkan sedikit rambutnya ke daun telinga Aranya yang menutupi wajah sendunya. Tidak berhenti sampai di situ, kini Aditya mulai mengecup satu persatu wajah Aranya, membuat sang empu yang merasakan sesuatu pada area wajahnyapun langsung membuka matanya pelan, melihat dengan jelas wajah suaminya yang sudah menciumnya tanpa izin. Tentu saja, hal itu sudah menggangu acara tidurnya. 

"Kau ini, selalu saja mengganggu tidurku." kesal Aranya dengan memanyunkan bibirnya. Membuat Aditya yang tadinya sudah berada di bagian leher sang istri kini mengangkat kepalanya, berusaha melihat wajah kesal yang menggemaskan milik Aranya. Lalu bukannya protes, Aditya kini malah mengecup singkat bibir tipis yang menjadi candunya. "Jangan ngambek-ngambek lagi ya sayang, katakan saja padaku, apa yang membuatmu marah dan sebalikknya kau juga katakan apapun keinginanmu. Sebisa mungkin aku akan menurutinya, meski kau ingin mengutukku sekalipun." begitu lembut dan teduhnya suara Aditya, membuat Aranya tersenyum sambil memberikan anggukan pelan sebagai tanda persetujuan dari Aranya. 

"Janji kau akan mengabulkan segala keinginanku." tanya Aranya memastikan. 

"Tentu saja, asal kau jangan meminta izin untuk menyukai pria lain." protes Aditya yang entah mendapat pemikiran dari mana tentang ucapannya itu. 

"Mana mungkin aku melakukan hal itu, sementara cintaku padamu aja gak habis-habis. Bagaimana mungkin, aku bisa menyukai pria lain." bantah Aranya dengan melipat kedua tangannya kedepan. Melihat protesan sang istri, membuat Aditya semakin ingin memakan wanita yang begitu menggemaskan di hadapannya. Tentu saja Aditya tidak ingin melepaskan momen ini, setelah ia sudah lebih dulu berkonsultasi dengan Sintya temannya di masa sekolah. 

"Kau yang seharusnya menjaga hatimu, mengingat kau lebih sering berada di luar dan rekan bisnismu juga banyakkan? apalagi setiap hari kau harus melihat sekertarismu yang begitu seksi itu." protes Aranya dengan mata sinisnya sambil membayangkan sekertaris yang selalu menemani suaminya selama di kantor. 

"Hei, kau cemburu sayang? sudahlah, dia hanya sekertarisku dan kau juga mengenalnya. Atau kau ingin aku memecatnya?" tanya Aditya yang tidak ingin ada kesalah pahaman lagi. 

"Bukan begitu sayang..," Aranya masih ingin melanjutkan ucapannya, namun bibir Aditya sudah lebih dulu membungkam mulutnya. Membuat Aranya terbuai dan terpaksa menghentikan ucapannya. Aditya semakin memperdalam pangutannya, tangannya menahan tengkuk sang istri untuk semakin memperdalamnya. Sesekali mereka melepaskan pangutanya untuk mengambil oksigen bersama - sama. Aditya tidak tinggal diam, tidak juga ingin menghentikan aksinya. Namun, justru ia semakin candu dan ingin melakukan hal yang seharusnya memang ia lakukan sejak beberapa hari yang lagi, dan tidak harus melihat Aranya di selimuti emosi. 

"Aaaahhhh..," terdengar suara desahan dari mulut Aranya, hal ini yang seharusnya ia rasakan beberapa hari yang lalu, karena begitu merindukan suaminya. Namun, entah apa yang ada dalam pikiran Aditya saat itu, membuat dirinya pergi meninggalkan malam panas yang seharusnya tersalurkan. 

"Sayang..., aaahhh.." suara erangan keluar dari mulut Aranya, rasanya ia begitu menikmati sore ini. Meski tidak seperti malam panas sebelumnya, namun Aranya percaya jika Aditya tengah menjaga bayinya. Tidak seperti biasanya, Aditya selalu bisa melakukan pelepasannya beberapa kali, dan sekarang sepertinya dia tidak boleh egois. Ada kehidupan baru dalam rahim istrinya yang sudah seharusnya ia jaga.

"Makasih sayang dan maafkan aku, jika kemarin aku sudah membuatmu kecewa." ucap Aditya setelah melihat tubuh sang istri kelelahan di atas ranjang, akibat ulahnya. Kemudian Aditya mengecup singkat kening Aranya dan bangkit untuk membersihkan diri. Karena dia harus segera kembali melihat laporan pekerjaan yang dikirim asistennya. Namun, tangannya tidak lupa untuk mengambil selimut dan menutup tubuh polos istrinya yang sudah terlelap tidur.