"Siapa kau, berani masuk kekamarku?" tanya Aranya histeris, dengan lampu kamar yang padam.
Aditya meringis kesakitan, sambil mengusap usap bagian tubuhnya yang sakit, akibat benturan karena terjatuh dari ranjang king sizenya yang di akibatkan dorongan kuat dari sang istri.
"Au...," suara ringisan dari Aditya menyadarkan dirinya akan kehadiran sang suami. Aranya pun dengan cepat ke tepi ranjang dan melihat kelantai. Benar saja, dugaan Aranya tepat sekali. Aditya masih setia berada di lantai sambil mengelus bokongnya sendiri.
"Sayang.., maafkan aku?" suara manjanya terdengar memelas di telinga Aditya dengan memperlihatkan puppy eyesnya membuat kekesalan Aditya melunak.
"Ia sayang, maafkan aku juga yang sudah mengagetkanmu?" jawab Aditya yang kini sudah bangkit dan duduk di samping istri tercintanya.
"Kenapa kau pulang selarut ini? kenapa tidak menunggu sampai besok saja? meski aku begitu khawatir, tapi sangat bahaya jika kau pulang selarut ini, sayang." omel Aranya merasa khawatir terhadap suaminya.
"Apa kau tau aku begitu merindukanmu, sehari tidak melewatkan waktu denganmu, semangatku langsung hilang. Aku sungguh tak bersemangat sayang..," suara manja Aditya membuat Aranya terenyuh, merasa begitu bahagia karena memiliki suami yang begitu mencintainya. Aditya kini menangkup wajah istrinya, kemudian mengecup singkat bibir tipis sang istri.
"Sayang, mau kemana?" tanya Aranya manja, karena dirinya begitu merindukan lelaki kekarnya. Yang tiba tiba bangkit dari sampingnya.
"Sebentar sayang, tunggulah disitu. Aku akan segera kembali." ucap Aditya yang kini keluar dari ruangan terfavorit mereka. Aranya dengan senantiasa menunggu Aditya kembali tanpa bangkit dari tempatnya. Tiba tiba saja, pintu kamar terbuka dan lampupun sengaja dinyalakan Aditya. Betapa terkejutnya dia dengan dekorasi kamar yang begitu indah. Pantas saja, saat pertama kali Aditya masuk ke kamar mereka, aroma kamarnya berubah. Aditya hanya menyangka, Aranya mengganti pewangi ruangannya. Namun ternyata, istrinya bukan mengganti parfumnya. Melainkan mendekor kamar dengan sangat indah, membuat Aditya takjub tidak menyangka, yang membuat Aditya bingung dengan hiasan huruf di dinding kamarnya. SELAMAT DATANG Daddy. Aditya langsung menoleh pada wanita yang masih, duduk manis di ranjang.
"Surprise..." ucap Aranya riang. Sementara Aditya masih belum mengerti maksud dari ini semua. Adityapun berjalan mendekati sang istri. Namun, tangannya tidak lupa untuk menutup pintu, sebelum ia benar benar berada di samping Aranya. Aranya tersenyum bahagia, sambil tangannya mengelus perutnya yang masih rata.
Aditya mulai berfikir dengan tingkah istrinya, "Itu artinya...?" tanya Aditya masih tidak percaya dengan pikirannya sendiri. Aranya menjawabnya dengan anggukkan membuat Aditya berhambur memeluk istrinya.
"Makasih sayang, akhirnya aku akan menjadi seorang ayah dan kita akan menjadi orang tua, sayang." ucap Aditya begitu bahagia dan mengecup perut rata istrinya. perasaan bahagianya, sungguh tidak bisa lagi di ungkapkan. Ini merupakan momen terbahagia dalam hidupnya, meski ia awalnya harus pusing karena pekerjaannya dan kehilangan milyaran rupiah akibat penggelapan dana yang di lakukan Panji. Namun, ada berkah dalam musibah yang ia alami, setelah menunggu hampir setahun, akhirnya Aranya dinyatakan hamil. Kehamilan yang begitu dinantikan pasangan dua sejoli yang saling mencintai.
Kecupan dan elusan dari tangan Aditya pada perut Aranya membuat Aranya geli, gelak tawa sudah dari tadi keluar dari mulutnya, membuat kebisingan di dalam ruangan suami istri yang sedang di mabuk asmara. Hingga akhirnya, tangan Aditya menangkup wajah mulus istrinya, perlahan Adityapun mendekatkan wajahnya, mengecup bibir Aranya dengan begitu lembut membuat Aranya terbuai, dengan perlakuan suaminya. Bukannya bibir, bahkan kini Aditya sudah semakin memperdalam ciumannya ke leher jenjang milik Aranya, dan semakin dalam membuat dua insan itu mendesah tidak beraturan. Kini Aditya sedang asik bermain dengan aset nan menggoda milik Aranya. Aditya bagai seorang bayi yang sedang kehausan, tangannya juga tidak tinggal diam. Jari jemarinya asik memainkan aset kembar milik istrinya. Aditya begitu lembut memperlakukan sang istri sehingga Aranya terus mengeluarkan desahannya.
"Aahhh.., sayang..." suara Aranya mendesah di telinga Aditya membuat dirinya semakin bersemangat untuk melepas rasa rindunya. Kini Aditya semakin memperdalam permainannya membuat Aranya semakin terlena.
"Sayang.., mau kemana lagi?" tanya Aranya yang bingung akan tingkah suaminya yang kini pergi meninggalkan dirinya sendiri di atas ranjang.
"Maaf sayang, perut aku sakit." balas Aditya yang sudah berhambur ke kamar kecil meninggalkan istrinya yang sedang begitu bergairah. Tentu saja, hal itu membuat Aranya mengutuk lelaki yang sudah tega meninggalkannya di saat dirinya sedang ingin menuntaskan kerinduannya.
"Maafkan aku sayang, aku begitu takut menyakiti anak kita." batin Aditya yang sedang bersembunyi dibalik tembok sambil memperhatikan kegelisahaan istrinya.
***
"Morning.., sayang." sapa Aditya dengan menarik kedua sudut bibirnya. Senyum yang mampu membuat semua wanita terpikat jika melihatnya. Tapi, tidak berlaku untuk Aranya pagi ini. Justru wanita yang paling Aditya cintai itu membuang wajahnya dari hadapannya. Tidak ada senyum cantik yang menghiasi wajah istrinya yang ada hanya wajah jutek penuh amarah.
Aditya cukup tahu, mengapa pagi ini Aranya berlaku cuek padanya. Bahkan, Aranya meninggalkan sarapan yang sengaja Aditya siapkan untuknya. Setelah selesai dengan rutinitas paginya, Aranya melengos keluar kamar, meninggalkan Aditya sendiri. Padahal dirinya cukup tahu, jika Aditya sengaja menunggunya dan ingin turun bersama seperti biasanya.
"Sayang.., ayolah. Jangan marah padaku." bujuk Aditya sambil mengekori istrinya. Seperti anak ayam yang sedang meminta makan pada induknya. Sementara Aranya tidak bergeming sedikitpun. Entah itu karena hormon ibu hamil yang suka tidak stabil atau karena Aranya terlalu kesal pada suaminya.
"Sayang, maafkan aku. Ayolah sayang, aku bisa mati karena tidak melihat senyummu. Apalagi jika kau sengaja mendiamiku seperti ini." rengek Aditya, sedikit menggoyahkan pertahanan Aranya. Tapi, segera ia tepis, dirinya terlalu kecewa, pas lagi tinggi tingginya, justru Aditya meninggalkannya. Ibarat pasangan yang di tinggal pas lagi sayang sayangnya, pasti sakit sekali rasanya.
***
Setibanya di kantor, Aditya langsung memasuki ruangannya. Mengabaikan setiap karyawan yang menegurnya. Bahkan Rifinpun bingung dengan tingkah bosnya pagi ini, biasanya meskipun Aditya bersikap dingin. Namun, masih ada senyum yang sesekali terlihat. Entah itu karena membayangkan istrinya atau hanya sekedar membalas sapaan karyawannya.
"Kosongkan semua jadwalku hari ini." titahnya pada Rifin.
"Tapi, Pak. Hari ini kita ada meeting dengan Pak Harjasa dari Anugrah grup. Kita juga sudah beberapa kali mengubah jadwalnya."
"Apa perkataanku kurang jelas?" ucapnya dengan tatapan membunuh.
"Ba-baik, Pak." balas Rifin gugup, ia begitu takut jika sudah melihat ekspresi bosnya yang seperti ingin menerkamnya saja. Rifinpun bergegas keluar dari ruangan Aditya yang sepertinya butuh waktu sendiri.