Chereads / I R R E P L A C E A B L E / Chapter 14 - 14th

Chapter 14 - 14th

Bertepatan dengan Jessica yang membuka pintu ruang BK. Ketua OSIS Adhitama SHS juga membukanya. Mereka berdua saling bertatapan sampai Jessica angkat bicara.

"Telat lo kesini bapak ketua OSIS yang terhormat! Mau ngapain kesini? Mau bela kelaluan toxic guru guru lo ini?" Jessica memjeda ucapannya. "Gausah ikut campur deh karena dimata kalian semua kita cuma sampah kan!" Sentaknya kemudian mendorong Rayndra, ketua OSIS Adhitama SHS.

Langkah Jessica diikuti oleh teman temannya tanpa menghiraukan Rayndra yang masih mencoba membaca situasi. Sesampainya didepan ruang BK mereka berempat diserbu oleh teman sekelas mereka tentang apa yang terjadi didalam sana tadi.

"Yok bisa yok lari lapangan yok!" Teriak Seno membuat semua anak kelasnya pun tau jika didalam ruang BK tadi tidak berjalan sesuai harapan mereka.

"Anjir! Kesel gue!" Ungkap Jessica mati matian menahan kesalnya pada guru guru didalam tadi.

"Udah udah yok lari lapangan yok, biar cepet pulang juga kita kitanya!" Raditya dengan cepat berlari menuju lapangan disusul oleh Seno.

Jessica dan Keyra saling tatap sebelum akhirnya ikut menyusul kedua temannya itu menuju arah lapangan.

Awalnya selama 5 putaran pertama hanya mereka berempatlah yang berlari dilapangan sepak bola yang luasnya minta ampun. Tak lama satu persatu anggota kelas X IPA 2 pun ikut berlari bersama mereka berempat.

Suasana lapangan yang sebelumnya terasa menjengkelkan, berubah menjadi menyenangkan karena banyaknya canda tawa yang mereka lakukan demi memotong waktu agar tidak berasa seperti sedang menjalankan hukuman mereka.

Kejutan lain pun menanti mereka saat suara dari berbagai kelas yang terlihat dari lapangan ikut menyemangati mereka dari balik jendela kaca.

"Semangat woi!"

"Kalian ngga salah! Ngga usah takut!"

"Semangat dek!"

"Ngga usah didengerin tuh guru! Percaya diri kalian sendiri!"

"Jangan nyerah woi! Kita bakal bantuin kalian!"

Sorak sorakan itu membuat siswa siswi X IPA 2 kembali tersenyum dan segera berlaru secepat kilat memutari lapangan sepak bola itu.

Tawa mereka pun tak dapat dihindari ketika salah satu dari mereka mengeluh capek atau bahkan terjatuh. Seolah saat inu mereka sudah melepas beban penat yang tadi ada dibahu mereka.

30 menit selepas mereka mengelilingi lapangan yang luas nya tak kira kira. Mereka semua pun berbaring di tribun dekat lapangan. Tidak ada satupun dari mereka yang membawa air minum sehingga mereka memutuskan beristirahat dulu sebelum pergi kekantin.

Suara ketua OSIS Adhitama SHS membuat fokus mereka yang masih ngos ngosan menatap kearah Rayndra. "Radit, kita perlu bicara"

"Apasih Ray, gua lagi cape nih"

"Penting!"

Ck. Radit berdecak. Dia bangkit dari rebahannya dan menghampiri Rayndra yang duduk tidak jauh dari tribun yang mereka tempati.

"Paan"

"Yang sopan bodo! Gue juga kakak kelas lo disini!"

"Lah? Lo juga kakak gue dirumah mana pernah gue sopan sama lo!" Walaupun tidak mirip seperi saudara kandung yang lain, Rayndra dan Raditya adalah adik kakak kandung.

Mereka tidak pernah speak up jika mereka adalah saudara kandung, tapi jika ada yang tau pun mereka tidak akan menyembunyikannya.

"Serius Raditya!"

"Ini gue serius Rayndra! Paan deh! Capek tau gue!"

"Soal bu Damayanti itu"

"Dah males gue sama itu guru!"

"Dengerin dulu duh!"

"Iye iye paan?"

"Gue tadi mewakili kalian, karena gue tau kalian pasti kalah kalau debat sama mereka ntuh. Dan yah gue ngga sendiri tentunya, gue bawa komite buat nanganin permasalahan kalian"

"Terus?"

"Ada kabar baik dan kabar buruk buat kalian selepas diskusi singkat tadi"

"Kabar baik? Gue ragu itu kabar baik" Raditya memicing menatap kakaknya menghela nafas panjang.

"Jadi, sekolah bakal kasih keadilan buat kalian. Itu kabar baiknya dan mereka bakal hukum bu Damayanti dengan pecat dia dari sekolah ini karena tadi juga ada anak yang ngirim kertas manila yang isinya tanda tangan siswa siswa yang juga memprotes sikap bu Damayanti selama mengajar"

"Petisi maksud lo? Terus kabar buruknya?"

"Yah semua yang gue sebutin tadi bakal dilakukan sama sekolah kalau kalian bisa ngebuktiin di ulangan harian sejarah indonesia minggu depan kalian semua, ngga terkecuali harus dapet nilai minim 90 atau lebih"

Rayndra menghela nafas kembali dan melanjutkan perkataannya. "Kalau engga kalian semua bisa dapet poin 50 setiap anak, lo tau sendiri poin 50 itu uda banyak banget, kalau dapet 100 poin kan peraturan sekolah kita siswa itu bakal dikeluarin, makanya gue bilang ini kabar buruknya"

"Anjir? Apa apaan! Yang salah sono kok yang harus berjuang gue sama temen temen gue!" Protes Raditya tidak terima. "Terus masalah hp yang tadi dibanting sama ntuh guru gimana? Iphone anjir maen banting aja!"

"Iyah, bu Damayanti bakal tanggung jawab, tenang gue sendiri yang bakal mintain iphone baru sama ntuh guru. Sekarang mending lo sampein ke temen temen lo, karena ini juga menyangkut soal mereka"

"Oke, thanks bang udah bantuin gue sama temen temen gue"

"Santai, gue balik dulu"

Seperginya Rayndra, teman teman Raditya segera mengerubungi Raditya. Terutama fans garis keras Rayndra yang tidak menyangka Raditya teman mereka yang sangat kocak ini ternyata bersaudara dengab ketua OSIS Adhitama SHS yang kalemnya minta ampun.

"Anjir dia kakak lo Dit?"

"Ngga nyangka ternyata selama ini adik ipar gue itu lo dit!"

"Kok lo sama bang Ray beda sih Dit?"

"Bacot ye lo semua. Ada info yang lebih penting daripada gue ternyata aditnya bang Ray!"

"Paaan?"

Raditya pun menjelaskan tentang apa yang tadi disampaikan kakak nya. Dari awal hingga akhir tak terlewat satupun. Raditya sendiri juga mengajukan untuk diadakan kerja bersama agar mereka bisa mencapai nilai maksimal dalam ulangan harian di mata pelajaran sejarah indonesia minggu depan.

Respon teman temannya pun beragam, ada yang tidak terima ada yang terima terima saja dan ada yang cemas jika dirinya tidak bisa mendapatkan nilai sesuai persyaratan yang diajukan untuk mereka.

Raditya memperhatikan tingkah teman temannya. Dia sadar jika teman temannya ini ketakutan karena ini juga menyangkut masa depan mereka. Namun Raditya juga percaya bahwa sebenarnya mereka semua pintar namun hanya malas untuk menunjukkan kepintaran mereka.

Raditya kembali menyemangati mereka. "Gue tau, mungkin sebagian besar dari kalian bakal takut buat ambil tantangan ini. Namun ini juga salah satu cara buat ntuh guru dipecat dari sekolah kita! Jadi kita kudu coba dong! Jangan nyerah kelas lain banyak yang nggasih suport ke kita

"Kita aja muterin lapangan ini bareng bareng bisa cuma 30 menitan selesai, padahal kalau dirasa rasa muterin lapangan seluas ini 50kali ngga bakal mungkin dilakuin dalam 30 menit. Ayo dong kita harus buktiin kalau kita bisa!"

Seruan Raditya membuat semangat teman temannya pun berkobar, meskipun masih ada beberapa yang cemas namun sebagian besar dari mereka siap menerima tantangan untuk membuktikan diri mereka sendiri.