Sehabis selesainya siswa siswi X IPA 2 melaksanakan lari dilapangan, mereka kemudian beranjak untuk pergi ke kantin sekolah. Menuntaskan dahaga mereka.
Beberapa siswa dan siswi memilih kembali kekelas mereka setelah membeli minuman, dan beberapa lainnya memilih nongki nongki di kantin sekolah sambil makan siang.
Nindy, Icha, dan Rahmah memilih kembali kekelas karena mereka ingin beristirahat. Merasa lelah karena sehabis ini mereka harus fokus terhadap tantangan yang ditujukan kepada kelas mereka.
Keyra pun memilih mengikuti teman temannya kembali kekelas dan mengistirahatkan dirinya juga. Ia memikirkan bahwa saat ini ia harus bisa membagi waktu antara pembelajaran dengan teman sekelasnya dan pembelajarannya dengan Airlangga.
Memilih mengistirahatkan badan dan pikirannya mereka berempat pun tenggelam pada mimpi mereka masing masing. Posisi tidur mereka yang kurang nyaman sebenarnya menjadi nyaman bagi mereka karena mereka benar benar lelah.
Tidur dengan badan membungkuk dan meja menjadi bantalannya, itulah yang mereka lakukan.
Sedangkan dikantin, suasana ribut ribut tak bisa dielakkan ketika datangnya para pemegang tahta pangeran di Adhitama yang biasanya memilih gofood sekarang tengah berada disalah satu pojok meja kantin. Tengah makan dan mengobrol tentunya.
"Apa selama gue di Jepang sekolah ini tiap hari ada masalah?" Tanya Azkara sambil menyuap sesendok nasi goreng dalam mulutnya.
"Enggak sih Ka, tenang tenang aja nih sekolah, tapi yaa gitu. Lo inget kan sama yang namanya Damayanti? Baru kali ini ntuh guru di up sama siswa siswi sini, udah keterlaluan kali yah ngajarnya sampe adek kelas yang nge up malah kena masalah" Bara menjelaskan singkat sambil ikut makan kentang goreng di piring Theo.
"Punya gue!" Theo memukul tangan Bara yang hendak menyuap kentang goreng lagi. "Gue salut aja sih sama mereka, berani buat bicara gitu, walaupun guru guru sini gada yang belain mereka sama sekali" Lanjutnya.
"Maklum lah, pada takut sama ntuh guru, dia kan anaknya donatur sekolah sini juga" Jeffery pun angkat bicara.
"Tapi kalau sama keluarga gue kayaknya, keluarga siapa tadi? Yanti? Kalah deh" Ucap Azka.
"Aduh si bos mulai sombs ya nih, yaa emang kalau sama kaluarga lo ya kalah jauh ntuh guru, sama keluarganya Air, Jeff juga kalah ntuh guru makanya selama kita kelas X dulu dia ngga berani macem macem sama kita" Ucap Bara lagi, kali ini dia mencomot tahu krispi milik Airlangga.
"Gue bilang om gue aja kali ya? Biar langsung dikeluarin tuh guru?"
"Om lo mah kudu barengan sama om nya Air kalo mau nyingkirin tuh guru Jeff, kecuali om nya Azka yang bisa langsung depak ntuh guru! Kesel gue sama ntuh guru kalo diinget inget!" Cerocos Bara kali ini memgambil jamur krispi yang ada didepan Jeffery.
"Lo kok nyomot muluk sih dari tadi Bar?! Sana kek lo pesen, kan dibayarin Azka nanti"
"Males ah Yo, rasa nyomot itu lebih enak daripada bayar sendiri!"
"Sok sokan bilang gitu dikasih gratisan doyan kan lo" Airlangga yang dari tadi diam pun angkat bicara dan menatap tajam Bara yang tak henti hentinya nyomot makanan milik teman temannya.
"Hehehe, rejeki ngga boleh ditolak atuh bang Air" Bara hanya menyengir dan melanjutkan aksi nyomot nyomot makanan milik temannya.
Jeffery yang sudah selesai makan dahulu, menyesap es jeruk nya. "Nanti kita jengukin Regan?"
"Heem, kemaren gue udah wa Regan, katanya dateng sorean aja, jangan bolos katanya"
"Regan abis kecelakaan otaknya uda pada bener, ngga kayak lo berdua, kecelakaan ngga kecelakaan tetep aja gaada benernya"
Airlangga menunjuk Bara dan Theo yang sedang rebutan sedotan, padahal itu adalah minuman Bara, tapi Theo yang tidak terima makanannya dari tadi dicomot oleh temannya satu ini pun balas dendam dengan mengambil minuman Bara.
Namun karena gerakan Bara yang gesit mencegah Theo mengambil minumannya, saat ini pun mereka berdua akhirnya rebutan sedotan yang ada digelas minuman Bara.
"Wuuiisss bang Air ada apanih dari tadi ngomelin kita mulu"
"Tau ini, bantuin gue kek, Bara kayak kingkong anjir tenaganya"
"Lepasin ajadeh Yo, musuhan sama Bara ancur badan lo yang kayak kepiting ini diduduki Bara" Jeffery menengahi pertengkaran Theo dan Bara dengan mengambil minuman yang mereka perebutkan dan menghabiskannya hingga tandas.
"Udah kan lo pada makannya?" Tanya Jeffery yang diangguki oleh Azka dan Airlangga. "Cabut yuk" Kemudian mereka bertiga bangkit dari duduknya dan segera berjalan.
Meninggalkan Bara dan Theo yang masih menatap minuman yang diperebutkannya tadi sudah dihabiskan oleh Jeffery sampai tak tersisa. Memandang cengo punggung temannya yang sudah jauh berjalan.
Bara dan Theo kemudian saling tatap. "Kok kita gubluk ya Yo?" Ucap Bara.
"Lo aja anjir yang gubluk! Gue ngga mau!" Theo kemudiam ikut bangkit." Tungguin anjir! Lo bertiga maen tinggal tinggal aja!"
"Gue juga tungguin Yo!"
Theo dan Bara yang sudah berhasil memgejar teman temannya pun langsung merangkul pundak Jeffery sambil tersenyum lebar. Membuat Jeffery agak merinding melihat senyum teman temannya itu.
"Ngapa lo? Rangkul rangkul! Gue bukan Gay!" Seolah tak mendengarkan omongan Jeffery, Bara yang badannya lebih besar dari Jeffery pun memelintir leher Jeffery didalam rangkulannya.
"Lo ngapain minuman gue anjir Jeff! Serik nih tenggorokan gue!"
"Yaaa lo juga ngapain rebutan minuman sama Theo sih Bar, kan gue gedek liatnya! Yaudah gue minum! Sakit anjir lepasin!"
"Sini lo gue pelintir sampe minuman gue keluar sendiri dari mulut lo!"
"Serem anjir! Lepasin gue bego!"
"Terusin Bar jangan kasih ampun!" Theo mengompori Bara yang tengah menyekik Jeffery.
"Ketek lo bau anjir Barata!"
"Bodo amat!"
"Kalo gue mati gue gentayangin lo sampe ikutan mati kek gue!" Bara pun langsung melepaskan cekikannya dileher Jeffery.
"Badan doang gede, sama setan aja lo takut! Cupuu!"
"Coba lo bilang lagi Jeff, gue gelindingin lo dari lantai 3 sini!"
"Bodooo"
"Yah gaasik Bara, Jeffery malah dilepasin!"
"Bacot kalian bertiga! Diem napa! Gabisa?" Azka yang capek dengan bacotan teman temannya pun memilih untuk duduk dibangkunya.
Berkat kebacotan dari Bara, Theo dan Jeffery mereka sampai tidak sadar kalau mereka sudah sampai dikelas mereka.
Jeffery yang melihat Airlangga mengeluarkan beberpa buku dan hendak keluar bertanya pada Airlangga. "Mau kemana lo?"
"Bimbingan" Jawabnya singkat.
"Sama cewek kemaren?"
"Nggak"
"Tiati lo"
"Heem" Dan Airlangga pun keluar dari kelas mereka untuk bimbingan bersama guru pembimbingnya, persiapan olimpiade.
"Gue kadang mikir"
"Kagak usah mikir! Pikiran lo sesat!" Perkataan Bara yang disela oleh Theo membuat Bara mengeplak Theo.
"Dengerin dulu!" Menghembuskan nafas kasar kemudian melanjutkan perkataannya. "Jeffery kalau sama Air mah perhatian banget, gue jadi mikir Jeff, lo gay nya cuman sama Air ya lo! Ngaku lo!"
"Udah gue bilang ga usah mikir lo setan!" Bukan hanya Theo yang mengeplak Bara, Jeffery yang sebelumnya sudah kalem pun ikut mengeplak Bara. Darimana dulu mereka menemukan Barata?