"Mbak mu ngga jadi kesini Vin?" Tanya bu Mirah, yang barusan melihat anaknya masuk kamar rawatnha.
"Tadi aku chat mbak Key, katanya mbak Key lagi capek bu. Mungkin lagi banyak kegiatan sekolah" Jawab Vino sambil menghampiri ranjang ibunya, kemudian duduk disampir ranjang sambil memijat kaki ibunya.
"Yaudah, jangan diganggu mbak mu, kasihan ibu itu Vin kalau liat mbak mu, sama nyonya sama tuan, mbak mu seperti" Bu Mirah tidak melanjutkan ucapannya, namun Vino paham apa yang dimaksud ibunya.
Sambil tak henti memijat kaki ibunya, Vino pun berkata. "Kita doain ajanya bu, supaya mbak Key segera disayang sama nyokap bokapnya mbak Key"
"Iya Vin, ibu juga cuma bisa kasih doa aja. Lah tadi kamu dari mana Vin? Berangkatnya bawa bubur kok pulangnya ngga bawa? Buburnya kamu taruh mana?" Tanya bu Mirah.
"Oohh, bubur tadi kan rencana Vino buat mbak Key bu, tapi mbak Key nya ngga bisa dateng, yaudah sama Vino kasiin temen Vino dikamar sebelah sana bu" Jelas Vino, masih memijat kaki ibunya.
"Loh? Kamu dua hari baru disini kok udah ada teman aja Vin?" Tanya bu Mirah dengan nada penasaran.
"Hehehe, bisa dong bu, kan ini Vino" Bangga Vino kepada ibunya.
"Kamu ini! Oh ya habis ini kan kamu lulus smp, mau sekolah kemana kamu Vin?" Tanya bu Mirah.
"Kalau bisa Vino mau ambil beasiswa ditempatnya mbak Key bu, biar bisa barengan sama mbak Key juga" Melihat raut wajah ibunya yang agak cemas, Vino merasa bersalah dan kembali berkata. "Tapi kalau Vino nggak bisa ambil beasiswa, Vino sekolah di sekolah biasa aja bu Vino ngga apa apa" Ucap Vino menenangkan ibunya.
"Maafin ibu ya nak" Ucap bu Mirah sambil mengelus rambut hitam putranya.
"Ngga apa apa bu, Vino baik baik aja kok" Jawab Vino.
"Udah nak, sana kamu maen sana, ibu mau tidur dulu"
"Kalau ada apa apa telp, Vino ya bu! Vino pergi dulu"
"Hati hati nak" Ucap bu Mirah melihat punggung anaknya sudah keliar dari kamar rawatnya.
Sebenarnya bu Mirah merasa bersalah karena tida dapat membiayai sekolag yang ingin ditempuh oleh anaknya. Apalagi sekarang ia tengah sakit dan malah neyusahkan putranya.
Padahal Vino sendiri tak pernah berpikir bahwa ibunya yang tengah sakit ini akan menyusahkannya.
Sejak kecil Vino sudah dituntut untuk dewasa dan mandiri. Oleh karena itu dia sejak kecil sudah mulai bekerja serabutan dan akhirnya bisa membeli motornya berkat usahanya sendiri.
Selain itu sejak Vino kecil, Vino selalu mendapatkan beasiswa disekolahnya, sehingga ibunya dan dirinya tak pernah pusing memikirkan anggaran biaya Vino.
Karena gaji bu Mirah sebagai asisten rumah tangga hanya cukup untuk makan dan kontrakan, lebihnya pun tidak banyak namun bu Mirah tetap menabung gajinya untuk biaya Vino kuliah.
Dan bahkan, ditahun pertama Vino smp. Berkat kecerdasannya ia dapat loncat kelas dan hanya memakan waktu 2 tahun untuk lulus dari smpnya.
Keinginan Vino untuk sekolah di sekolah Keyra bukan semata untuk gaya gayaan karena sekolah mbaknya itu adalah salah satu sekolah favorit bertaraf internasional di daerah Jakarta Selatan.
Tapi disana ia ingin belajar sekaligus menjaga mbaknya yang sangat ia sayangi itu. Vino memgetahui keadaan mbaknya dan keluarganya yang tidak terlalu akrab itu, makanya ia ingin sekali menjaga dan memberi rasa aman pada mbaknya.
Vino keluar dari kamar rawat ibunya, enggan mengganggu ibunya yang tengah beristirahat. Ia pun segera turun dan menuju tempat parkir rumah sakit. Mengambil motornya, ia melajukannya menuju salah satu kafe hits didaerah Jakarta Selatan.
Kafe bernama 'Singgah' itu adalah tempat kerja Vino selama 2 tahun terakhir. Owner kafe yang sangat baio hati membuat Vino betah bekerja di kafe ini.
Kafe ini mengusung tema modern klasik, dengan pencahayaan yang agak temaram membuat suasana kafe ini terkenal sangat tenang dan damai. Pelayanan yang memuaskan pun menjadi salah satu alasan kenapa kafe ini sangat membuat betah para pelanggan yang datang.
Kafe ini juga memiliki rooftop yang juga digunakan sebagai tempat bersantai, ada juga teras didepan kafe yang berdempetan langsung dengan taman. Membuat kafe ini terlihat segar dan nyaman.
Walaupun tidak terlalu besar tapi kafe ini selalu ramai setiap hari. Selain remaja, banyak orang dewasa juga mengunjungi kafe ini, sekedar untuk bersantai ataupun untuk keperluan pekerjaan.
Vino sampai dikafe ini, terlihat teman temannya sedang sibuk sibuknya melayani pelanggan kafe malam ini. Ia pun segera turun dari motornya dan menuju pintu belakang.
Mengganti kaosnya dengan baju seragam kafe yang ia simpan dilokernya. Kemudian bergegas kekamar mandi, mencuci wajahnya kemudian membilasnya dan mengeringkannya.
Memang sebelum kerumah sakit tadi, Vino sudah izin dengan manager kafenya bahwa ia akan databg terlambat. Tapi karena ibunya bisa tidur lebih cepat ia oun segera berangkat juga dan menuntaskan kewajibannya, karena Vino adalah lelaki yang bertanggung jawab.
Keluar dari room staff, Vino disambut oleh ramainya keadaan kafe 'Singgah' saat ini, ia pun bergegas menuju salah satu pelanggan yang memanggil dirinya.
Bertanya seputar keinginan sang pelanggan dan memastikannya kembali sebelum membawa oesanan itu kedapur adalah hal yang sudah biasa Vino lakukan selama bekerja disini.
Dari satu meja ke meja lain, ia terus mengulangi kegiatannya. Mencatat pesanan, memberikan pesanan, dan mengantarkan pesanan kembali. Setelah beberpaa pelanggan meninggalkan tempat, ia pun juga membersihkan meja meja kotor agar dapat digunakan kembali oleh pelanggan yang baru datang.
Pelanggan pun silih berganti datang dan pergi. Namun sebelum jam tutup kafe, kafe 'Singgah' tetap ramai oleh pelanggan. Jam yang sudah menunjukkan pukul 09.45 membuat Vino dan teman temannya segera memasang tanda 'close' didepan pintu masuk kafe.
Walaupun masih ada beberpaa pelanggan yang masih menikmati makanan dan minuman mereka, para pegawai kafe sudah mulai membersihkan tempat kafe.
Vino kali ini kebagian menyapu, sebelum nantinya oleh mbak Ratna, partner kerjanya yang kebagian untuk mengepel lantai. Walaupun tidak memiliki jadwal piket, para pegawai sudah sepakat untuk membagi pekerjaan mereka dengan adil.
Solidaritas antara para pegawai dikafe 'Singgah' ini tidak bisa diremehkan. Walaupun terdiri dari berbagai usia yang kerja disini namun mereka tidak pernah ada yang menggunakan senioritas mereka ketika bekerja.
Hanya manager mereka, bang Andra lah satu satunya yang dihormati oleh mereka sebagai pemimpin. Dan untuk yang lainnya sudah dianggap teman sendiri oleh satu sama lain walaupun berbeda usia.
Seolah sudah mengetahui jam tutup kafe 'Singgah' pukul 10.00 para pelanggan yabg tadinya masih menikmati makanan dan minumannya pun bergegas menghabiskannya dan keluar dari kafe.
Mempersilahkan para pegawai untuk membersihkan kafe, sebelum besok pagi mereka datang kembali, menikmati kenyamanan di kafe 'Singgah'.