Pukul 10.00 p.m. kediaman Atmaja yang sebelumnya tenang, menjadi agak gaduh setelah suara mesin mobil aston martin berwarna hitam tiba dipelataran kediaman Atmaja.
Jayandaru Wisnu Atmaja, langsung keluar mobil. Seperti sednag menahan amarah, ia lamgsung masuk rumahnya, membanting pintu utama dengan keras dan melempar tas kerjanya disofa.
Berteriak keras, hingga Rizal turun dari lantai dua dan menghampiri Papanya yang sepertinya sudah amat sangat marah.
"Buat masalah apa lagi anak sialan itu?!" Lantang, suara Jayandaru begitu menggema hingga membangunkan Keyra yang tengah teridur didalam kamarnya.
"Papa tenang dulu, kita ngomong baik baik" Rizal, selaku anak pertama mencoba menenangkan Papanya.
"Tenang tenang maksud kamu apa?!" Bentak Jaya pada anak pertamanya. Segera ia naik kelantai dua, tempat kamar anak anaknya.
Di pertengahan menuju kamar Keyra, Aulia membuka pintu dan mencoba menghentikan Papanya.
"Papa tenang dulu, kita ngomong juga sama Mama, tadi Mama pamit ke Aul mau keluar sebentar. Kita tunggu Mama dulu ya Pa?" Aulia berkata sambil menahan lengan Papanya.
Urat tangan Jaya terasa jelas ditelapak tangan Aulia, menghempaskan tangan putri nya, sampai Aulia tersungkur. Jayandaru meneruskan langkahnya menuju kamar Keyra.
Ceklek..
Bunyi pintu dibuka membuat Keyra gemetaran. Keringat dingin membasahi keningnya. Ia tau nanti akan terjadi seperti ini, tapi ia masih merasa takut jika kejadian yang ia pikirkan benar benar terjadi.
"Anak sialan kamu!? Bikin masalah apa lagi kamu hah!?" Nada marah dan murka terdengar dari teriakan Jayandaru kepada putrinya.
Rizal yang barusan selesai menelphone Mamanya agar segera kembali karena Papanya sangat murka mendengar Keyra membuat masalah disekolah, ia segera berlari menuju kamar adik bungsunya.
Aulia pun sama, setelah beberapa lama ia termenung karena pusing, ia segera bangkit dan menuju kamar adik bungsunya.
Sedangkan didalam kamar Keyra, Jaya yang tidak menerima sama sekali jawaban dari mulut putrinya menjadi geram. Ia layangkan satu tamparan di pipi kanan putrinya.
Plaakk..
Keyra yang sebelumnya sudah bangkit dari ranjangnya, tersungkur dilantai kamar yang dingin setelah ditampar keras oleh Papanya. Pening terasa dikepala Keyra membuat Keyra hanya bisa diam dan merasakan rasa sakit di pipinya.
Bunyi berdengung pun bisa didengar oleh Keyra, namun bunyi yang alon seolah ikut berdengung, membuat fokusnya hilang.
Bertepatan dengan tamparan yang dikenakan Jaya kepada putri bungsunya, Keyra. Rizal dan juga Aulia menyaksikannya, mereka hanya terdiam menatap adik bungsunya yang tersungkur dilantai, dibawah kaki Papanya.
Sedangkan Papanya, masih murka karena Keyra belum menjawab pertanyaannya sama sekali. Menarik kerah baju tidur Keyra. Menariknya hingga terpaksa Keyra harus bangkit.
Pening masih melanda kepalanya. Tanpa sadar ia meneteskan air mata. Rizal segera menarik Papanya agar melepaskan cengkraman dikerah Keyra.
"Udah Pa, udah! Kita bicara dulu! Jangan gini!" Ucao Rizal, setelah berhasil melepaskan cengkraman Jaya dikerah Keyra.
Keyra kembali merosot dilantai dengan berlinang air mata. Aulia segera menghampiri adiknya. Tidak memeluk atau apapun ia hanya menepuk nepuk punggung adiknya.
"Anak sialan kayak kamu itu selalu bikin masalah!? Lihat kedua kakak mu bisa lulus dari sana tanpa buat masalah!? Sedangkan kamu? Baru jelas 10 sudah bikin malu keluarga!? Bisa mu apa hah!?"
Keyra diam, ia tak mau membuang kata katanya hanya demi membela diri, karena seberusaha apapun ia, menurut keluarganya itu bukan pembenaran untuk tindakannya.
"Bisu lo? Papa tanya lo! Jawab kek! Punya mulut dipake!" Aulia membisikkan kata katanya ditelinga Keyra.
Keyra menatap tak percaya kakak perempuannya. Ia hanya bisa tertawa miris. Sekilas keadaan saat ini bisa digambarkan, dua orang kakaknya sednag membelanya.
Kakak laki lakinya mencegah Papanya untuk melukainya. Dan kakak perempuannya mencoba menenangkan dirinya. Namun kenyataannya berbeda jauh.
Benar, kakak laki lakinya memang menahan Papanya agar tidak menyakitinya. Namun itu karena ia tidak ingin skandal kekerasan dalam keluarga terjadi seperti kejadian masa lalu.
Wajah kakaknya pun terlihat jengah dan malas menatap dirinya yang masih tersungkur dilantai kamarnya yang dingin.
Dan kakak perempuannya, sama sekali tidak menenangkannya. Ia hanya menyaksikan bagaimana Papanya akan memperlakukan adik bungsunya ini karena perbuatannya.
Sekali lagi, seorang Jayandaru yang memiliki kesabaran setipis benang, kembali kesal karena tidak ada reaksi apapun dari putri bungsunya. Segera ia melepaskan cekalan putranga dan mengambil segelas air putih yang terletak di nakas meja.
Menyiramkannya diatas kepala putri bungsunya yang hanya menunduk tanpa mau melihat ataupun membalas ucapannya.
Cipratan air putih itu mengenai sebagian baju Aulia, dan ia mendecak kesal. Segera ia bangkit dan menunggalkan adiknya yng masih terdiam.
Rizal pun hanya melihat, bersandar didinding kamar Keyra, dan menatap datar adik bungsunya.
'Sekali kali biar dia dikaish pelajaran sama Papa' Batin Rizal.
"Anak sialan seperti kamu seharusnya sadar diri!? Kamu bahkan nggak pantas menyandang nama Atmaja karena kelakuanmu yang selalu memalukan!?"
"Terus aku harus gimana Pa?" Suara lemah dan serak akhirnya keluar dari mulut Keyra. Setelah beberapa saat pita suaranya seolah mencegah dia membalas, akhirnya ia bisa berkata walau dengan suara lemah dan serak.
"Aku membela diriku sendiri pun Papa tetap nyalahin aku. Seolah semua yang aku lakuin bener bener bikin malu Papa"
"Karena kamu memang memalukan Keyra!" Ucap Jayandaru disertai desis seperti menahan umpatan dan amarah.
"Papa nampar sama nyiram aku. Karena aku memalukan keluarga Papa? Papa nggak malu melihat perbuatan Papa sendiri? Apa disini aku bukan keluarga Papa? Kenapa Papa engga pernah sekalipun ngertiin aku!?
"Aku punya alasan atas semua tindakan aku! Harusnya sebagai ayah aku Papa tanya kenapa aku bersikap begitu! Tapi Papa malah nampar aku? Aku anak Papa atau bukan!?"
Nada Keyra naik 1 oktaf disetiap kalimat yang dia ucapkan. Air matanya kembali mengalir dia sesenggukan setelah menyampaikan keluh kesalnya pada Papa yang sangat dia banggakan.
Harusnya seorang Papa menjadi cinta pertama putrinya, namun sayangnya bagi Keyra, cinta pertamanya sudah mati sejak Papanya mulai main tangan kepadanya.
Seolah itu semua tidak cukup. Sekali lagi Jayandaru menampar pipi kanan Keyra. Rizal tak menyangka akan terjadi seperti ini. Keyra dengan pembelaannya, dan Papanya dengan murkanya.
Semua terjaid begitu cepat hingga Keyra maupun Rizal tak sempat untuk menghentikan dan menghindari kejadian itu.
"Kalau kamu bertanya, kamu anak saya atau bukan, maka saya akan beri tahu kamu. Kamu itu.."
Belum selesai Jayandaru berkata, suara Nadia mengintrupsi dan menghentikan pertengkaran ayah dan anak itu.
"Cukup Pa! Dan kamu Keyra! Bisa tidak kamu diam mendengarkan saja Papa mu ini?! Jangan membantah dan membuat Papa mu menjadi lebih marah Keyra!?" Bentak Mamanya.
Tersenyum masam, Keyra menatap Mama dan Papanya. Kemudian beralih menatap Rizal yang maish kebingungan namun wajahnya tetap terlihat datar.
"Aku benci kalian semua" Ucap Keyra sebelum keluar kamarnya.
Senyum masam itu, masih tercetak rapi dalam ingatan Rizal. Dan juga dua orang paruh baya yang hanya bisa diam ditempat.