Keluar dari kediaman Atmaja dengan berpakaian baju tidur dan sandal rumahan, rambut kusut, wajah memar dan bengkak dan jangan lupakan bekas air mata yang masih tertinggal diwajahnya.
Bukanlah hal yang diinginkan Keyra. Ia hanya muak dengan semua ini. Ketika diam dia disalahkan, dan ketika dia bicara dia kembali dicaci. Lantas ia harus bagaimana?
Berharap tidur tenang tanpa masalah memang menjadi harapan mustahil Keyra malam ini. Nyatanya sekarang ia berjalan pelan, menyusuri trotoar yang entah akan membawanya kemana.
Dia memiliki keluarga, namun tidak ada satupun yang peduli padanya. Membiarkan dirinya berkeliaran sendirian ditengah malam yang dingin ini.
Dia mengusap tangannya, rasa dingin menjalar begitu cepat. Sesekali ia akan duduk disalah satu tempat duduk di trotoar. Tak lama lagi ia bangkit. Dan kembali berjalan.
Malam semakin larut dan jalanan yang dilalui Keyra semakin sepi. Bunyi jangkrik terdengar jelas ditelinganya. Dingin kembali menyusup ringan, membuat dia harus menggosok gosokkan tangannya kembali.
Tiba tiba pikirannya kosong, melewati waktu dimana ia ditampar dan disiram saat itu. Terduduk di trotoar jalan. Ia menelungkupkan kepalanya ditangan.
Menyembunyikan wajahnya yang kembali meenteskan air mata. Menangisi nasibnya yang tidak seberuntung kakaknya Rizal ataupun Aulia. Yang sangat disayangi orang tuanya.
***
Jeffery baru saja keluar dari supermarket setelah tadi ia dari rumah sakit menjenguk Regantara. Ia berpisah dari teman temannya.
Jeffery membeli beberapa kaleng cola, roti tawar dan juga sebungkus sigaret. Jeffery memakai helm full facenya, dan kemudian menaiki motor sport kesayangannya. Namun ada hal yang mengganggu dirinya.
Diseberang jalan, ia melihat seorang gadis. Menggenakan baju tidur dengan sandal berkepala kucing dan juga rambut acak acakan tengah duduk diam disalah satu bangku trotoar.
Sesekali gadis itu menghela nafas kasar. Menatap datar jalanan yang masih ramai kendaraan berlalu lalang. Kemudian tak lama ia bangkit dan berjalan pelan.
Jeffery menyalakan motor sportnya, dan berniat pulang. Namun melihat gadis acak acakan tadi, ia jadi agak gundah mungkin? Ntahlah ia sepertinya mengenal gadis acak acakan itu.
Memutuskan untuk mengikuti pelan gadis itu, Jeffery mengendarai motor sportnya sangat pelan. Menjaga jarak agar gadis itu tidak merasa diikuti. Gadis itu berjalan dengan pelan dan sesekali mengusap tangannya.
Yah Jeffery akui udara malam memang dingin, ia sendiri masih bisa merasakan dinginnya udara malam padahal ia sudah menggunakan jaket.
Jeffery tak tau motifasi apa yang membuat diirnya mengikuti gadis itu. Hanya saja ia merasa harus memastikan bahwa gadis yang terlihat sangat berantakan itu harus pulang kerumahnya dengan selamat.
Setelah lama dia mengikuti gadis itu, lama kelamaan jalanan yang dilewatinya semakin sepi. Karena sudah bukan termsuk jalan raya lagi. Dan masuk kedaerah pedesaan. Tiba tiba gadis itu bergenti berjalan.
Jeffery khawatir gadis itu merasa ia diikuti dan akan berteriak bahwa ada yang menguntit dirinya. Namun pemikiran Jeffery sama sekali tidak terjadi. Gadis itu diam dan duduk dengn kasar ditrotoar yang dipastikan Azka kotor.
Menenggelamkan kepalanya dilipatan tangan. Gadis itu hanya diam disana. Sesekali Jeffery melihat gadis itu sesenggukan disana. Sebuah motor melewati Jeffery, dengan kecepatan diatas rata rata ia berkendara.
Dan yap, genangan air dibawah kaki gadis itu tentu saja membuat cipratan kasar yang membuat bajunya ternoda. Pengendara itu tak berhenti dan melanjutkan perjalanannya dengan kecepatan sama.
"Shit!" Umpat Jeffery.
Wajah sembab terlihat oleh Jeffery begitu gadis itu mengangkat kepalanya. Yah, akhirnya Jeffery mengenali gadis itu. Gadis itu melihat lengan dan bajunya basah, rambutnya pun ikut terkena cipratan kasar itu.
Lagi dan lagi seolah semesta benar benar tak berpihak kepadanya. Ia menatap langit. Biru gelap memandang dirinya. Setetes air mata kembali turun dari genangan dibawah matanya.
"Kenapa semua nggak ada yang berjalan lancar tuhan!" Teriaknya frustasi, mengacak rambutnya dan memukul kepalanya.
Jeffery hendak menghentikannya, ia turun dari motor sportnya. Namun melihat 5 laki laki berpenampilan seperti preman tengah menatap gadis itu dengan sangat minat membuat Jeffery mengurungkan niatnya.
Segera ia menyalakan motor sportnya kembali dan melaju menuju gadis yang masih memukul kepalanya. Ia berhenti disana.
Keyra, gadis itu menatap aneh motor sport yang tidak dia kenali itu. 'Bukan milik kakak' batinnya. Ia mendongak dan menemukan wajah yang agak familiar menurutnya. Hanya matanya yang terlihat karena ia menggunakan helm fullface.
"Naik! Disana ada preman yang mau gangguin lo!" Ucap Jeffery tanpa menunjuk para preman yang sepertinya terlihat marah mangsanya dimangsa orang lain.
Bukannya takut, tapi Jeffery lagi malas untuk berantem karena ia belum istirahat sama sekali dari tadi.
Keyra melihatnya, namun ia menatap laki laki itu bimbang. Melihat hal itu Jeffery kembali berkata. "Gue nggak akan jahatin lo, lo kenal gue" Ucapnya.
Dengan agak ragu Keyra naik ke motor sport besar itu. Jeffery membantunya. Keyra belum menyamankan diri dimotor sport itu, Jeffery dengancelat melajukan motornya karena ia melihat para preman itu menuju arahnya.
Kerya yang belum siap otomatis kaget dan langsung mengeratkan tangannya dipinggang Jeffery. Jeffery tak masalah karena ia sudah sering membonceng pacar pacarnya.
Setelah dirasa aman, Jeffery menghentikan motornya. Keyra pun langsung turun dan terbatuk muntah. Ia agak pusing karena Jeffery membawa motornya sangat cepat.
Jeffery tidak ikut turun dari motor. Ia hanya membuka jaketnya dan melemparkannya tepat mengenai punggung Keyra.
"Pake" Ucap Jeffery.
Keyra tidak menolak karena ia amat sangat kedinginan saat ini, terlebih setelah dibonceng Jeffery. Dengan cepat ia memakainya. Sekarang ia berhutang 2 jaket. Milik Ailangga dan milik laki laki ini. Karena Keyra masih belum mengenali Jeffery.
"Rumah lo" Ucap jeffery datar.
"Apa?" Tanya Keyra.
"Rumah lo dimana? Gue anter karena sekarang uda tengah malem lebih" Jelas Jeffery.
Keyra hanya diam, dia tidak ingin pulang, sungguh, dia hanya ingin keluar dan menenangkan dirinya sendiri saat ini.
"Bisu lo?" Jengah dengan Keyra yang masih terdiam, Jeffery merutuki ucapannya meliha gadis didepannya ini kembali memjamkan mata dan meneteskan air mata.
"Shit! Mau lo apa?" Nada bicara Jeffery turunkan, demi menenangkan gadis ini.
"Makasih kak, udah selamatin aku dari preman tadi. Kakak pergi aja, aku mau jalan jalan sebentar"
"Sebentar mata lo! Sekarang uda tengah malem bodoh!" Bentak Jeffery.
"Oke, lo ngga mau balik kerumah lo?" Tanya Jeffery perlahan. Dan anggukan dari Keyra membuat asumsinya benar kalau gadis ini tengah ada masalah denga keluarganya.
"Terus lo mau kemana? Rumah temen lo?" Tanya Jeffery lagi.
Gelengan dari Keyra membuat Jeffery kembali mengumpat. Keyra sadar saat ini sudah tengah malam dan dia tak ingin merepotkan teman temannya.
Tak ada pilihan lain, Jeffery akan membawanya kesana, semalam sepertinya tidak apa apa? Lagi pula saat ini sudah pukul 01.30 a.m. sudah pagi, dan sepertinya sekali saja tidak apa apa.
"Naik lo! Cepet" Ucapnya.