Chereads / I R R E P L A C E A B L E / Chapter 11 - 11th

Chapter 11 - 11th

"AAAAA GILAAAA, KAK AZKAA UDA BALIK AJAA"

"KAK AZKA BALIK BALIK NAMBAH GANTENG AJA SUMPAH"

"HUEEE NGGA SANGGUP GUE LIAT BETAPA GANTENGNYA KAK AZKA"

Teriakan membahana itu membuat para penghuni kelas X IPA 2 yang sudah anteng langsung menutup telinga mereka masing masing.

"Berisik Nin!" Sentak Raditya.

"Syirik bilang sahabat!" Tandas Nindy

"CHA, RA, KEY, LO HARUS TAU KAK AZKA YANG GANTENGNYA KEBANGETAN UDAH BALIK LAGI KESEKOLAH KITA" Tanpa menghiraukan Raditya yang menatap Nindy tajam, Nindy dengan santainya berjalan kearah mejanya dan berteriak memberikan info kepada teman temannya tentang kedatangan Azkara.

"Nin, bisa engga volumenya kecilin dikit, kuping aku sakit tau!" Protes Rahmah.

"Tau lo! Berasa dihutan aja!" Tambah Icha.

"Yeeuu, suka suka gue dong, mulut mulut gue kenapa lo yang repot" Balas Nindy.

"Tapi kuping gue yang dengerin budeg ntar Nindy bolot"

"Bodo amat Icha pinter"

"Tumben lo ngakuin gue pinter?"

"Iya pinter cuman yaa masih pinteran Key lah" Nada songong pada perkataan Nindy membuat Icha mendengus, padahal yang pinter Keyra, kenapa Nindy yang songong jadinya.

"Tapi sumpah duh, tadi gue papasan sama kak Azka di lorong, ihh ganteng banget, gue ngga kuat mau pinksun aja deh rasanya"

"Tau tau Nin, tadi kita juga papasan sama mereka kok" Ucap Rahmah.

"Walaupun Azka balik nih, tahta cowok ganteng di Adhitama nomor 1 tetep aja dipegang sama kak Airlangga, udah pinter ganteng, beuh idaman mama gue" Puji Icha mengingat betapa tampannya sosok Airlangga.

"Mana ada, ya gantengan Azka kemana mana laah" Bela Nindy tidak terima terhadap pernyataan Icha temannya.

"Hust berantem mulu! Ganteng semua, mereka mana ada yang ngga ganteng sih!" Lerai Rahmah yang mulai jengah dengan pertengkaran kedua temannya.

"Iyaa tauu, tapi menurut lo Ra, kak Azka sama kak Air gantengan siapa?" Tanya Nindy menatap tajam teman sebangkunya itu.

"Gantengan kak Jeff"

"Huuu pilihannya apa sama apa malah jawab apa si Rahmah" Protes Icha. "Kalau menurut lo Key, kak Air sama Kak Azka gantengan siapa?"

"Eeuumm, aku belum tau kak Azka Azka itu, jadi untuk sementara aku pilih kak Airlangga boleh? Tapi menurutku juga temen temennya kak Airlangga semua ganteng deh" Ucap Keyra sambil mengingat ingat rupa setiap makhluk yang dia temua waktu di WARDI kemaren sore.

"Sip Key! Lo temen gue!" Ucap Icha langsung memeluk Keyra yang ada disampingnya.

"Gaasik lo Key, awas aja klo lo terkesima sama gantengnya kak Azka" Yap! Saat ini Nindy tengah gondok dengan teman temannya karena tidak ada yang membelanya.

"Gibah mulu lo! Gurunya uda dateng tuh!" Ucapan Raditya sontak membuat keempat gadis yang tadinya mengobrol itu sontak menoleh kedepan dan tidak ada siapa pun di meja guru membuat Nindy dan Icha segera bangkit dan langsung menghajar Raditya habis habisa.

"AWAS  YA LO RADITYA LESMANA!!" Teriak Icha dan Nindy beberengan.

Selama lebih dari 5 menit Nindy dan Icha mengejar Raditya yang terus terusan melarikan diri dengan berputar putar disegala penjuru kelas. Membuat dua gadis itu lelah dan akhirnya duduk kembali di kursi mereka tanpa bisa merealisasikan harapan mereka untuk memghajar Raditya habis habisan.

Rahmah dan Keyra saling pandang setelah beberapa saat memperhatikan tingkah laku teman temannya dan mereka pun kemudia tersenyum geli mengingatnya.

Kondisi kelas kembali kondusif setelah tidak ada lagi aksi teriak teriak oleh Nindy dan Icha yang mengejar ngejar Raditya. Raditya sendiri kembali duduk di tempatnya.

Seno, teman sebangku Raditya yang tengah memainkan game di ponsel pontarnya, melihat Raditya barusan duduk di tempatnya langsung mengatakan "Dit, mabar kuy"

"NDASMU MABAR! BENTAR LAGI MASUK SENORITA!" Masih dengan nafas ngos ngosan, Raditya kembali ngamuk kepada teman sebangkunya.

Seno yang dimarahi pun hanya mencebik dan mulai bermain dengan game nya sendiri, tentu saja tanpa Raditya yang sedang memgamuk kepadanya.

Tak lama kemudian, datanglah bu Damayanti pengampuh pelajaran sejarah Indonesia di kelas XI IPA 2.  "Selamat pagi anak anak" Sapanya.

"Selamat pagi bu" Jawab siswa siswi X IPA 2 dengan serempak.

"Hari ini kita adakan ulangan harian yah!" Ungkapan bu Damayanti sontak membuat kelas menjadi bising dengan banyaknya protesan protesan.

"Loh bu?"

"Minggu kemarin kan ngga ada pemberitahuan bu"

"Kok dadakan sih bu!"

"Engga bisa dong bu kan ibu engga nggasih tau kita kita kalau ada ulangan!"

"Minggu besok aja deh bu!"

Kurang lebih seperti itulah protesan mereka. Bayangkan saja dalam pelajaran sejarah Indonesia yang bacaannya sangat tebal dan hafalannya sangat banyak mereka diminta untuk ulangan dadakan? Tentu saja mereka menolak dengan keras!

"Sudah sudah! Kalian ini masak ulangan dadakan aja pada ngga ada yang mau!" Ucap bu Damayanti agak marah. "Lihat! kemarin saya kasih kelas X IPA 1 ulangan harian, sama seperti kalian yaah dadakan begini, tapi mereka engga ada tuh ya protes protes kayak kalian. Dan hasil ulangan mereka pun bagus bagus, bukan kayak kalian dadakan engga dadakan sama saja cuma bisa sampai kkm saja!" Lanjutnya.

Raditya, yang agaknya muak dibanding bandingkan dengan kelas X IPA 1 pun kemudian angkat tangan, sebagai ketua kelas dia akan membela kesejahteraan kelasnya. Enak saja banding bandingin kelas orang!

"Yah Raditya? Ada yang mau kamu sampaikan?"

"Mohon maaf sebelumnya ibu, tujuan ibu sering membanding bandingkan kelas kami dengan kelas sebelah apa ya bu?" Masih sopan dan segan, itulah yang ditangkap teman temannya saat sang ketua kelas berbicara.

"Tentu saja saya ingin kelas kalian seperti kelas sebelah!! Pintar pintar dan nurut nurut! Bukan seperti kalian! Yang pinter juga sedikit! Nakal semua juga!"

"Ibu, dari segi orang yang mengisi kelas saja berbeda kenapa kita harus seperti kelas sebelah? Disini kita belajar untuk mencari jati diri bukan mencontoh jati diri orang lain. Seharusnya sebagai pengajar ibu juga faham karakter dan potensi seorang anak jelas berbeda beda" Jelas Raditya, oktaf suaranya sudah naik kelevel 2.

"Kamu ini! Membantah terus! Mau jadi apa kamu dibilangin seperti ini saja sudah membantah!"

"Ibu harusnya sadar dong, kita sama kelas sebelah jelas beda dong bu walaupun mereka tetangga kelas kita. Kayak kata Radit tadi semua punya karakter dan potensi masing masing, engga bisa dong bu disamain sama mereka!" Kali ini Seno, lelaki disebelah Radit itu sangat membenci guru yang hanya menuntut kesempurnaan dari muridnya tanpa memerdulikan kekurangannya.

"Benar bu! Engga bisa begitu dong bu, mama sama papa saya sekolahin saya itu biar cari jati diri, sama potensi saya sendiri, kalau akhirnya niru jati diri dan potensi orang lain buat apa sekolah bu?" Jessi yang emosian pun juga ikut membela diri.

"Kalian ini! Dibilangin tidak bisa malah mengajak saya berdebat! Terserah kalian mau jadi apa juga kalian bukan tanggung jawab saya! Saya sudah tidak mau lagi mengajar kelas kalian! Ketua kelasnya aja bandel pantes temam temannya juga bandel!" Ucap bu Damayanti kemudian keluar kelas dengan amarah sambil menghentak hentakkan kakinya.