Berita tentang permasalahan antara kelas X IPA 2 dengn bu Damayanti sudah menyebar diseluruh kawasan Adhitama Senior High School. Banyak dari mereka yang dengan terang terangan membela kelas X IPA 2 karena mereka juga korban dari bu Damayanti.
Pembicaraan seputar sikap bu Damayanti sewaktu mengajar dikelas mereka masing masing pun berhasil di up karena saking keterlaluannya guru satu itu jika sudah bermain 'playing victim'.
Bahkan saat ini, atas permintaan sebagian besar siswa siswi Adhitama SHS. Ketua OSIS Adhitama SHS diminta turun tangan mengatasi masalah yang menimpa kelas X IPA 2.
Namun walaupun sebagian besar siswa Adhitama SHS membela kelas X IPA 2 ada juga yang merasa bahwa kelas mereka jelas jelas cari perhatian karena tidak bisa mendapatkan perhatian dari prestasi merekapun membuat kontroversi.
Suasana yang tidak kondusif membuat beberapa guru membubarkan kelas mereka dan memilih mencari informasi lebih lanjut tentang pertengkaran itu.
Dan didalam ruang BK pun saat ini Seno dan Jessi sedang beradu sengit dengan bapak ibu guru didalamnya. Karena bu Naurah selaku wali kelas X IPA 2 tidak bisa hadir karena izin cuti. Mereka pun hanya bisa berdiri dikaki mereka sendiri karena tidak ada yang bisa diharapkan untuk membela mereka.
"Bapak memanggil ketua kelas kami, karena ibu Damayanti yang terhormat ini memangis setelah keluar kelas kami?" Seno agak menekan kata 'bu Damayanti yang terhormat' ketika berbicara pada pak Sutris yang tepat berada didepannya.
"Lantas kenapa bapak tidak bertanya apakah kami juga merasa sakit terhadap perlakuan bu Damayanti kepada kami?" Lanjutnya.
"Apa maksud kamu Seno? Bu Damayanti hanya memberi kalian nasihat dan kalian membully-nya!" Bentak pak Bambang yang masih menatap tajam Seno, Seno sendiri bukannya merada takut. Tapi enek sendiri melihat kelakuuan para pendidik disekolah ini.
"Bukti dari mana bapak berkata bahwa kami membully bu Damayanti?" Kali ini Radit yang berbicara.
"Apakah bukti tangisan bu Damayanti itu tidak cukup untuk kalian?! Bahkan saat ini bu Damayanti masih sesenggukan dan kalian terus saja melawan!" Sentak bu Puspita sambil mengelus elus pundak bu Damayanti, menenangkan.
"Kalau tangisan sekarang dapat dijadikan bukti bahwa kami membully bu Damayanti" Sejenak Keyra menjeda ucapannya. "Maka ribuan pemerkosa, perampok, begal, pencuri atau banyak penjahat yang lain sudah dapat diadili karena korbannya menangis" Lagi, Keyra menjeda ucapannya.
"Namun sayangnya sebatas tangisan tidak bisa dijadikan bukti konkret bahwa ia adalah korban ataupun penjahat, karena bahkan pengadilan saat ini bisa menetapkan penjahat menjadi korban hanya dengan dalih lemah pikir karena apa? Tangisan buaya" Jelasnya.
"MAKSUD KAMU SAYA PENJAHAT DISINI HAH!!" Bu Damayanti angkat bicara mendengar ucapan Keyra.
"Saya tidak bilang ibu penjahatnya" Ucap Keyra masih tenang. "Jika saya menangis disini ada 8 orang saksi bahwa ibu telah membully saya dan membuat saya menangis" Jelasnya lagi.
"MANA ADA! DISINI SAYA YANG KORBANNYA! SAYA YANG KORBANNYA KENAPA HANYA KARENA SAYA BERTANYA SAYA YANG HARUS MENJADI PENJAHATNYA!!" Nada marahnya tak pernah hilang dari setiap perkataan yang diucapkan bu Damayanti.
"Lantas saat dikelas tadi, saat kami hanya membuat pembelaan terhadap diri kami sendiri, kenapa jadinya kami harus jadi penjahat dimata ibu dan bapak sekalian?" Pertanyaan telak dari Keyra mampu membungkam mulut bu Damayanti dan bapak ibu guru lain yabg berada diruang BK tersebut.
"Lalu pembelaan diri apa yang kalian lakukan hingga membuat bu Damayanti menangis?" Setelah beberapa menit ruang BK sunyi, pertanyaan dari pak Sutris kembali memancing atensi mereka pada 4 siswa siswi yang tengah disidang itu.
"Bapak" Keyra menjeda ucapannya, mengambil nafas dalam sebelum melanjutkan ucapannya. "Bisa hilangkan kata 'membuat bu Damayanti menangis'? Jika bapak terus terusan mengatakan hal seperti itu, maka permasalahan ini bukan menjadi permasalahan kami. Tapi permasalahan bu Damayanti sendiri. Kenapa beliau menangis hanya karena kami membela diri kami sendiri saat beliau bermain playing victim kepada kami?"
"Selain itu, apa menurut bapak disini hanya bu Damayanti yang terluka? Kami yang sedang duduk didepan bapak juga terluka pak. Seluruh teman sekelas kami juga terluka akibat perkataan bu Damayanti, tapi sedikitpun bapak tidak ada menanyakan perasaan kami" Penjelasan yang keluar dari mulut Raditya membuat bu Damayanti mengebrak meja didepan Raditya.
Brakk
"Maksud kamu apa?! Saya kan hanya menasihati kamu!?"
"Menasihati dengan cara membandingkan kami dengan anak yang lebih cerdas dan pintar maksud ibu?"
"Tentu saja! Saya ingin memotivasi kalian dengan cara itu!!"
"Memotivasi tidak harus dilakukan dengan cara seperti itu bu. Jika sekali ataupun dua kali kami masih menerima ibu mengatakan hal tersebut. Namun sejak kami masuk kelas pun ibu selalu mengungkit ungkit hal itu. Apalagi yang ibu katakan? Selain membandingkan ibu juga sering menghina kami mengatai kami, apakah menurut bapak dan ibu sekalian itu sikap seorang pengajar?" Argumen Raditya telak, sudah lelah dia mengurusi guru caper didepannya ini.
"Mana ada saya pernah mengatai dan menghina kalian! Kalian memfitnah saya!" Masih menyangkal, Jessica yang sedari tadi diam pun menyahuti.
"Ibu tidak usah mengelak lagi deh bu!
'Jadi anak kok bandelnya minta ampun!' 'Kalian itu bodoh! mau belajar ngga belajar ya emang segini kemampuan kalian! Nggak seperti kelas sebelah!' 'Nantang terus mau jadi apa kalian preman pasar hah!'
"Apa perlu saya putar seluruh type record ini? Kita bisa sama sama denger bagaimana ibu yang seorang pendidik menghina dan mengata ngatai kami?"
Yaa, suara itu adalah suara bu Damayanti sendiri yang dengan sengaja direkam oleh Jessi setiap harinya. Berharap ada hari dimana ia bisa memutarkan seluruh isian record ini dan hari ini pun impian Jessi akhirnya terkabul.
"Kalian!" Bu Damayanti sudah tidak bisa berkata kata lagi. Dengan muka merah padam ia menuju hp Jessica dan membantingnya keras membuat hp berlogo apple itu pecah layarnya dan langsung menggelap.
"Anjir! Lo kira beli hp gue ngga mahal apa anjir! Siapa lo dengan seenaknya banting hp gue!?" Jessica mengamuk, ia berdiri dan mencengkram kerah kemeja bu Damayanti yang sama sama berdiri.
"Jadi menurut ibu bapak disini, apakah seperti jni sikap seorang pendidik kepada anak didiknya?" Keyra yang melihat ada peluang untuk memenangkan permasalahan ini pun angkat bicara. "Membanting barang bukti seperti itu? Miris"
"Bu Damayanti sudah bu!" Lerai bu Puspita menghampiri bu Damayanti dan juga Jessi yang tengah jambak jambakan.
"Memang kalian itu bodoh! Sudah bodoh kebanyakan gaya! Tidak berguna!" Masih terus menyangkal, itulah yang dilakukan bu Damayanti saat ini.
"See? Bahkan ibu guru Damayanti yang terhormat ini berkata sedemikian dihadapan ibu bapak? Apakah pantas seperti itu?" Raditya berdiri hendak menahan Jessica yang akan membuat botak guru itu.
"Sudah cukup, kita semua sudah tau permasalahannya, walaupun bu Damayanti salah kalian juga salah karena menentang bu Damayanti! Kalian saya hukum lari keliling lapangan 50 kali! Tidak ada penolakan!" Ucap pak Sutris yang melihat kondisi ruang BK sudah tidak kondusif.
"See? Kolot sekali pemikiran bapak. Saya terima hukuman bapak namun saya juga menuntut bu Damayamti untuk dihukum dan menggantikan hp saya yang dia banting. Permisi!" Jessica pergi dengan membanting pintu diikuti teman temannya yang lain.