Chereads / I R R E P L A C E A B L E / Chapter 12 - 12th

Chapter 12 - 12th

Seperginya bu Damayanti dari kelas mereka. Suasana kelas X IPA 2 pun sepi seketika. Tidak ada yang berani berbicara apapun, mereka cenderung terdiam, meski ada beberapa anak yang langsung keluar kelas untuk ke kantin karena gurunya 'ngambek'. Sebagian besar nya hanya terdiam ditempatnya masing masing.

Sampai sebuah pengumuman terdengar keras dari pusat pengumuman sekolah membuat mereka langsung berdiri dan menatap Raditya cemas.

'Diumumkan kepada siswa kelas X IPA 2 atas nama Raditya Purwo Lesmana diharapkan untuk segera menuju ruang bimbingan konseling'

Walaupun belum jelas alasan kenapa Raditya yang notabennya bukan anak nakal atau badung dipanggil ke ruang BK? Sebagian dari merrka pasti karena bu Damayanti Raditya dipanggil keruang BK.

Raditya yang melihat wajah cemas teman temannya yang kini menatapnya pun hanya tersenyum menenangkan teman temannya.

"Santai aja kali ah, ngga bakal mati gue, percaya deh" Ucap Raditya

"Sorry Dit, gara gara kita engga ada yang mau ulangan lo jadi harus dipanggil BK"

"Biasa aja kali Cha, gue aja santai nih, engga usah dibawa beban"

"Woi Dit! Kagak terima gue temen gue gara gara masalah macem ini sampe dipanggil BK! Gue ikut pokoknya Dit!" Seno berucap agak marah.

"Engga usah lah Sen, kek gue perawan ajalah ke BK pake lo ikutin segala" Raditya agak begidik ketika membayangkan dirinya pergi ke ruang bimbingan konseling dan teman temannya mengawal dirinya.

"Iyaa! Kita semua harus ikut, karena ini juga permasalahannya kelas kita! Bukan cuma Radit doang!" Seruan dari Jessica langsung membuat siswa siswi IPA 2 heboh dan dengan segera keluar kelas meninggalkan Raditya yang masih menatap cengo teman temannya. Dan tentu saja Raditya ditinggalkan oleh teman temannya.

"Woi! Tungguin gue anjir!" Teriak Raditya yang bergegas menyusul teman temannya yang terlihat seperti akan berdemo didepan ruang BK.

Ruang Bimbingan Konseling terletak agak jauh dari deretan kelas X IPA. Dibuat seperti itu agar jika terjadi permasalahan di ruang BK diharapkan tidak ada yang terganggu.

Namun sayangnya permasalahan yang dialami oleh kelas X IPA 2 menarik minat kelas lain yang kelasnya dilewati oleh gerombolan anak kelas X IPA 2. Saat ini belum ada yang mengetahui apa permasalahan kelas itu sehingga seluruh anggota kelasnya keluar padahal yang dipanggil hanya ketua kelasnya saja.

Celetukan celetukan yang disorakkan oleh siswa kelas X IPA 2 yang notabennya nakal namun memiliki jiwa solidaritas yang tinggi, akhirnya menjawab pertanyaan siswa kelas lain yang mendengarkan celetukan celetukan itu.

Dipimpin oleh Jessica yang memang bandelnya kelewatan, mereka menyuarakkan protes disepanjang lorong menuju ruang BK. Persis seperti pendemo yang meminta kenaikan gaji.

"Guru guru apaan yang ada masalah bukannya diselesein malah manggilnya BK!"

"Guru guru apaan dikasih pendapat malah ngamuk keruang BK!"

"Guru guru apaan diajakin debat eh kaburnya keruang BK!"

"Guru guru apaan pake segala ngambek ngambekan!"

Kira kira seperti itulah celetukan celetukan yang disorakkan untuk menyindir guru mereka. Raditya yang mendengar mereka agak pusing, yah memang benar guru itu seperti itu tapi sekarang tingkah laku teman temannya sudah persis seperti pendemo saja.

Apalagi dibarisan depan yang dipimpin Jessica, sudah persis sekali seperti pendemo karena mereka sambil angkat angkat tangan padahal tidak membawa apa apa.

Dibarisan tengah ada para cowok, dari yang nakal, jenius, sampai pendiam mereka juga ikut menyeru nyeru seperti yang dilakukan Jessi. Bahkan Nindy yang biasanya bergelud dengan Jessi pun tau tau sudah berada di barisan paling depan bersama Jessica ikut bersorak sorak.

Sedangkan dibarisan terakhir ada dirinya dan Keyra, Rahmah dan Lilya. Tiga gadis pendiam dikelasnya itu tidak ikut bersorak namun mengikuti teman temannya saja. Walaupun jelas dimata mereka, mereka menahan amarah karena permasalahan ini.

Sesampainya mereka di ruang BK. Jessi menghentikan Raditya ketika ia akan masuk sendiri keruang BK. "Yang jago speak up mending ikut Radit kedalem" Ucapnya.

"Kagak usah lah Jes"

"Yah usah lah anjir, lo engga liat didalem itu semuanya pada jadi pembela bu Damayanti, bisa kalah lo kalau masuk sendiri!" Sentak Jessica.

Tak lama kemuadian Seno maju da menawarkan diri untuk menemani Raditya. "Walaupun gue ngga jago jago amat speak up, gue mau bantuin Radit, gue juga wakilnya si Radit kurang adil kalau Radit dipanggil dan gue cuma duduk duduk disini doang"

"Oke, jadi yang masuk kedalem Radit, Seno, gue sama siapa? Kita perlu satu lagi orang pinter"

"Duh, sayang banget orang pinter pinter dikelas kita pada pendiem"

"Bener! Gimana dong Jes?"

"Key! Lo ajadeh! Walaupun gue gedeg sama lo, tapi ini demi harga diri kelas kita! Ayo kita masuk!" Ajak Jessica yang kemudian diikuti oleh Seno dan Radit.

Sedangkan Keyra masih terdiam. "Kok aku sih"

"Udah sana lo! Semangat!" Kata Nindy.

Keyra pun hanya bisa pasrah dan akhirnya ikut masuk menyusul ketiga temannya yang sudah masuk terlebih dahulu, dilihatnya dari 5 guru yang berada di ruang BK ini 4 guru lainnya memandang tajam kearah mereka. Sedangkan seorang guru masih anteng ditempat duduknya.

Benar kata Jessica tadi, jika Raditya masuk sendiri sudah diperkiraan Raditya akan 'babak belur' dicecar para pembela bu Damayanti ini.

"Jadi tujuan pemanggilan saya kemari karena apa ya bapak ibu?" Raditya mengawali pembicaraan, karena sejak tadi para bapak ibu guru didepannya ini hanya memandangnya tajam dan sinis mungkin.

"Kenapa kamu tidak tahu alasan kamu dipanggil kemari? Dan kenapa kamu segala pakai bawa bawa teman seperti ini?" Pertanyaan yang menjengkelkan ini bukan datang dari bu Damayanti, tapi salah satu anteknya yaitu bu Puspita.

"Karena kami tidak merasa bersalah sampai harus membuat ketua kelas kami terkena masalah bu" Jawab Seno.

"Anak jaman sekarang memang enggak pernah mau mengakui kesalahannya" Cibir pak Bambang, guru pengampun mata pelajaran seni lukis yang juga tidak menyukai kelas X IPA 2.

"Kalau begitu, apa bapak dan ibu sebagai pendidik mengajarkan kami apa itu mengakui kesalahan padahal bapak dan ibu sendiri sering kali mencari permasalahan kepada kami?" Jika kalian berpikir yang berucap adalah Jessi, maka kaliam salah besar. Karena yang berucap adalah Keyra yang notabennya siswa pendiam yang enggan berdebat.

"Kamu! Kenapa kalian terus membantah jika diberitahu?!" Pak Bambang kembali akan mengamuk jika tidak ditenangkan oleh pak Sutrisno, yang sejak tadi kalem duduk ditempatnya.

"Tenang pak, kita kemari untuk menyelesaikan permasalahan, bukan menambah permasalahan" Terang pak Sutris. "Jadi kalian tidak tahu kenapa kalian dipanggil kemari?" Tanya pak Sutris memastikan.

Mendapat anggukan dari keempat siswa yang sedang disidang itu membuat pak Sutris lamgsung menjelaskan titik permasalannya. "Apa yang kalian lakukan kepada ibu Damayanti? Karena selepas ibu Damayanti keluar kelas kalian beliau menangis kemari. Apakah kalian mengerjai ibu Damayanti?"