Chapter 6 - 6th

Suasana dalam kamar rawat yang tengah ditempati Keyra saat ini sangat sepi. Vino remaja tanggung yang tadi ditemui Keyra sedang tidak ada dikamar rawat ibunya, menuruti perintah Keyra untuk pergi mencari makan agar ia bisa merawat ibunya dalam keadaan sehat.

"Nak Keyra ada apa kesini" Terkejut dengan suara wanita paruh baya yang tengah berbaring di ranjang pasien, Keyra pun menghampiri wanita paruh baya itu lebih dekat.

"Ibu sudah bangun? Gimana keadaan ibu? Ada yang sakit? Mau Key panggilakn dokter atau perawat? Sebentar ya bu, Key panggilkan dulu"

Rentetan pertanyaan Keyra membuat wanita paruh baya itu hanya tersenyum sambil menggapai tangan Keyra yang hendak bangkit memanggilkan dokter. "Ibu ndak apa apa nak, kamu ada apa kesini?" Tanya ibu Mirah.

"Tadi Vino wa Key bu, katanya ibu pingsan dan ada dirumah sakit ini, jadi Key segera kesini tadi" Nada khawatir senantiasa melekat pada setiap kata yang terucap dari bibir Keyra.

"Mbok yaa Vino itu ndak usah bilang ke kamu, ibu loh ndak apa apa, kamu kesini apa ngga repot nduk?"

"Ibu" Keyra menjeda ucapannya kemudian menggenggam tangan wanita paruh baya yang menatapnya

"Key ngga merasa direpotin sama sekali kok bu, bagi Key ibu dan Vino juga keluarga Key, jadi ibu ngga usah sungkan kalau ada apa apa ibu bisa bilang Key, kalau Key bisa akan Key bantu bu" Jelas Keyra, sendu menatap paruh baya didepannya ini.

Ibu Mirah hanya bisa menggenggam lebih erat tangan anak gadis yang sudah lama ia jaga.

Wanita paruh baya itu benar benar tidak merasakan bagaimana dulunya bayi perempuan yang ia gendong dan ia besarkan sekarang sudah menjadi gadis cantik yang selalu mengkhawatirkannya.

"Ibu sudah sadar mbak?" Suara dari arah pintu kamar rawat menyadarkan ibu Mirah dari lamunannya dan beraluh menatap remaja tanggung yang mendekati mereka dari arah pi tu masuk.

"Vin, besok besok ngga usah hubungin mbakmu toh, kasihan ini mbakmu pasti baru pulang sekolah langsung kesini, pasti capek" Seragam putih abu abu yang masih dikenakan Keyra tentu saja menjadi bukti bahwa gadis itu belum pulang kerumahnya dan mengganti seragamnya.

Walaupun tadinya Keyra masih menggenakan jaket bomber kebesaran dibadannya, tetapi karena didalam kamar rawat, Keyra melepasnya dan meletakkannya sandaran kursi. Wajah lelah Keyra juga tidak bisa diabaikan oleh ibu Mirah.

"Vino cuma mengabari mbak Key aja bu, nggak minta mbak kesini"

"Yaah, mbakmu mana tega ninggalin kamu disini sendirian sama ibu Vin Vin" Ibu Mirah hanya gelemg geleng kepala melihat tingkah laku anak lanangnya, yang menurutnya tak bisa lepas dari Keyra yang sudah dianggapnya sebagai 'mbaknya'.

"Kamu nggak pulang nduk? Mama Papamu pasti nyariin kamu, sudah malam juga loh, ndak baik anak wedok pulang malem malem" Ucapan ibu Mirah menyadarkan Keyra jika hari sudah malam dan dia tadi tidak meminta izin keluarganya untuk menjenguk ibu Mirah terlebih dahulu.

"Kamu anterin mbakmu sana Vin, jangan pulang sendirian nduk, biar dianterin Vino"

"Ayok mbak, gue juga mau pulang dulu abis itu balik lagi kesini mbak, mau ambil baju ganti"

"Ibu nggak apa apa ditinggal sendirian?" Tanya Keyra memastikan, jujur saja Keyra masih khawatir meninggalkan wanita paruh baya ini sendirian.

"Ndak apa apa nduk, disini ada suster juga nanti, kamu pulang dulu sana, Vino hati hati bawa motornya, jangan ngebut ngebut kasihan mbakmu"

"Kalau begitu Key pamit dulu ya bu, besok Key kesini lagi"

"Ndak usah nduk, nanti kamu capek bolak balik kesini, ibu sudah ndak apa apa kok"

"Ndak bu, pokoknya besok Key bakal kesini lagi" Menghela nafas pasrah, ibu Mirah hanya mengangguk melihat betapa keras kepala gadis didepannya ini.

"Kalau begitu Key pamit ya bu"

"Vino anterin mbak Key dulu ya bu, nanti kalau perlu apa apa, panggil suster ya bu kalau Vino belom kesini"

"Iya Vin, sana gih keburu malem"

Vino dan Keyra pun keluar dari kamar rawat ibu Mirah. Berjalan pelan membuat Keyra tertinggal Vino, kaki panjang seolah selalu menjadi musuh terbesar Keyra, padahal disini Keyra yang lebih tua dari Vino, tapi kenapa kaki Vino lebih panjang dari punya Key!

"Vin tungguin kek!" Teriak Keyra di lobby rumah sakit.

"Ngga usah teriak juga sih mbak, malu maluin aja" Segera Vino menggeret Keyra agak berada disampingnya, jika tidak pasti Keyra akan tertinggal lagi. "Lo sih mbak, pendek banget"

Berniat mengerjai Keyra dengan nada usil dikalimatnya, Vino malah mendapat cubitan maut dipinggangnya, yah siapa lagi pelakukany kalau bukan Keyra.

Saat Vino masih mengelus elus pinggangnya yang mendapat cubitan maut dar Keyra, Keyra sendiri malah berjalan cepat mendahului Vino kearah parkiran rumah sakit.

"Tungguin dong mbak" Berlari menghampiri Keyra yang sudah memasang wajah cemberut, dan Vino memperhatikan wajah mbaknya ini.

"Jelek lo mbak pakek cemberut cemberut segala" Keusilan setiap kali Vino berdekatan dengan Keyra tidak pernah bisa ia tahan.

"Lamaa kamu Vin, ayok ini udah malem" Masih dengan nada merajuk, Keyra berkata sambil menghentak hentakkan kakinya disebelah motor trail warnah hijau kepunyaan Vino.

Walaupun masih SMP, Vino sudah mulau bekerja sebagai pegawai kafe disekitar lingkungan  sekolahnya sejak berusia 15 tahun. Karena memilili badan yang tinggi dan agak tampan, tidak seperti umurnya, dia pun diterima bekerja sebagai pelayan.

Motor trail yang dimilikinya pun dia beli dari kerja kerasnya sendiri. Selain bekerja sebagai pelayan di kafe, Vino juga kadang juga bekerja sebagai kuli bangunan.

"Naik mbak, pakek nih helm"

"Sebentar Vino, pakek jaket dulu dingin"

"Gue nggak pernah tau kalau lo punya jaket bomber kayak gitu mbak"

"Iyalah Vin, orang iniloh bukan punyanya mbak"

"Terus?"

"Punya temen mbak tadi yang nganterin kesini"

"Lo? Punya temen mbak? Jaket bomber beneran nih?" Smirk jahil muncul kembali diwajah tampan Vino. "Temen apa temen mbak" Goda Vino.

"Kalau biasanya nih mbak, yang punya jaket bomber tuh cowok mbak, jangan jangan nihh" Karena ucapannya, Vino kembali mendapat hadiah dari Keyra, kali ini tentu saja bukan cubitan maut.

Tetapi geplakan di punggung Vino, sangat keras tangan mungil Keyra menggeplak punggung Vino didepannya sampai terdengan suara tulang Vino.

"Sakit anjir mbak, kecil kecil tenaga lo boleh juga"

"Makanya ngga usah banyak omong kamu Vin, ayo gih udah malem, nanti kamu balik kesininya malah kemaleman"

"Siap bosque, pegangan ya mbak, ntar jatuh gue males nyariin" Dan Vino kembali mendapat geplakan dari Keyra.

Mesin motor Vino menyala, melaju keluar area parkir rumah sakit dan mulai membelah jalanan ramai dimalam hari.

Menurut Keyra agak dingin hawa malam hari dijalan raya, tapi jaket bomber yang dipakainya cukup mampu menghangatkan badannya.

Sambil menikmati perjalanan, Keyra bersenandung pelan, tanpa tau apa yang akan menanti dirumahnya.