Chapter 8 - 8th

Makasih ya Vin, udah anterin mbak"

"Santai lah mbak, harusnya Vino yang makasih mbak udah mau jengukin ibu tadi"

"Iya Vin ngga apa apa"

"Kalau gitu Vino duluan ya mbak"

"Iya Vin, hati hati kamu"

Vino hanya memberi isyarat jempol sebelum dia menyalakan kembali motor trailnya dan meninggalkan halaman depan rumah Keyra.

Setelah melihat Vino yang mulai menghilang dari pandangannya, Keyra berjalan masuk kedalam rumahnya. Membuka pintu dan menemukan Papanya tengah berada di ruang tamu dan ada juga Mamanya yang menemaninya disana.

"Jam berapa kamu baru masuk rumah Keyra?" Nada dingin dari Papanya membuat Keyra langsung menghentikan langkah kakinya dan menatap Papanya.

"Maaf Pa"

"Papa tanya kamu jam berapa kamu baru masuk rumah Keyra?" Ulang Papa Keyra kembali dengan nada yang bertambah datar"

"Jawab Papamu Keyra" Tambah sang Mama yang ikut menatapnya dingin.

"Jam delapan Pa"

"Sudah berani pulang malam tanpa izin Papa?"

"Maaf Pa, tadi Keyra ke rumah sakit dulu, ibu Mirah masuk rumah sakit Pa"

"Dan dengan pulang malam tanpa kabar? Apakah itu hal yang Papa ajarkan Keyra?"

"Enggak Pa, Keyra janji nggak akan ngulangin lagi Pa, Ma, maafin Kerya ya" Keyra berusaha menahan tangisnya dengan menggenggam erat rok seragam putih abu abunya.

"Darimana kamu meniru kelakuan seperti itu Keyra? Papa, Mama dan kedua kakakmu tidak pernah mengajarkanmu seperti itu ingat?"

"Iya Pa, maafin Keyra Pa"

"Jangan nangis! Kamu berani pulang malam tanpa izin dulu dan sekarang kamu nangis?!" Bentakan Papa Keyra membuat Keyra kembali sesenggukan setelah tadi sempat menahan tangisnya, air matanya pun tanpa dipaksa keluar membasahi pipinya yang dingin terkena angin malam.

"Dan itu jaket siapa hah!"

"Jangan jangan alasan kerumah sakit jengukin bu Mirah bohong kali Pa, itu dia pake jaket cowok, abis pacaran kali ya" Suara remaja perempuan dari arah tangga membuat Keyra kembali menggelangkan kepalanya kuat kuat.

"Enggak Pa, aku beneran dari rumah sakit jengukin bu Mirah" Air mata Keyra seolah tak membuat amarah dalam diri Papanya untuk meluap, namun air mata Keyra seolah menjadi bensin yang makin membuat amarah Papanya bertambah.

"Terus itu jaket siapa Keyra! Jawab Papa!"

"Ini jaket teman Keyra Pa"

"Katanya tadi dari rumah sakit, eh temennya juga dirumah sakit nih?" Pancingan dari putri pertama keluarga Atmaja yang sepertinya merasa senang ketika adiknya mendapat amarah dari Papanya.

"Masuk kamar Keyra" Ucap Mama Keyra pada akhirnya karena melihat putri bungsunya sudah menangis sesenggukan dan suaminya yang sudah tidak biaa menahan amarahnya.

Dengan langkah perlaham Keyra menaiki tangga dimana kakak perempuannya tengah tersenyum culas menatapnya. Melewati kakak perempuannya dengan menunduk, yah hanya itu yang bisa Keyra lakukan.

Saat hendak masuk kedalam kamarnya, dia kembali berpapasam dengan cowok jangkung yang menatapmya sinis. Sebelum pintu kamarnya sepenuhnya tertutup, Keyra mendengar percakapan singkat kedua kakaknya.

"Ngapain lagi?"

"Biasa, bungsu cari masalah"

"Ck, ngga ada kapoknya"

Didalam kamarnya Keyra kembali menangis, masih terdengar suara ribut dibawah. Sudah jelas itu adalah suara pertengkaran Mamanya dan Papanya.

Papanya yang terdengar masih marah, dan Mamanya yang berusaha menenangkan Papanya. Memilih mengabaikan betapa berisiknya keadaan dibawah sana, Keyra bergegas kekamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Sekembalinya Keyra dari kamar mandi, bekas air mata yang masih tersisa dipipinya adalah bukti bahwa dia masih menangis walaupun didalam kamar mandi. Mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur yang nyaman.

Keyra memasang penyuara telinga dan memutar musik yang berisik dan beranjak kekasurnya. Menutup telinganya dengan bantal kemudian menyeluti dirinya sampai diatas kepala, agar Keyra tidak lagi mendengar pertengkaran Mama Papanya dibawah sana. Dam perlahan Keyra tertidur, kelelahan akibat menangis terlalu lama.

Sementara itu, Vino barusan sampai kembali di rumah sakit dengan setelan kaos dan jaket serta celana jeans dan membawa seragam sekolah serta buku pelajaran esok hari.

Vino berniat menginap di rumah sakit dan berangkat sekolah dari rumah sakit setelah memastikan ibunya baik baik saja.

Suasana rumah sakit sudah sangat sepi. Tentu saja sekarang ini sudah pukul 23.10 hampir tengah malam dan para pasien pasti sudah terlelap tidur.

Namun ada yang menjadi perhatian Vino. Seorang laki laki dengan baju pasien yang sedang duduk didepan jendela kaca menghadap jalanan seolah membuat Vino tertarik dan menghampirinya.

"Loh? Masnya ngapaim disini? Kok nggak tidur mas?" Tanya Vino sambil menghampiri laki laki itu.

"Lo perawat?" Tanya laki laki itu.

"Bukan mas, gue mah disini jaga ibu gue. Masnya sendiri bukannya tidur malah begadang, minum kopi lagi"

"Jangan panggil gue mas"

"Lah terus apa dong?"

"Gausah manggil" Jawabnya jutek.

"Nama lo siapa sih kalo gitu, kayaknya nih, umur kita juga ngga jauh jauh banget"

Laki laki itu menatap Vino dengan satu alis terangkat, mengamati remaja didepannya ini. "Regan" Ucapnya.

"Nah kalau begitu kan enak, nggak dipanggil 'mas' lagi, nah sekarang gue kenalin nih, nama gue Vino"

"Hmm"

"Lo nggapain disini bang bang?"

"Ngadem"

"Emangnya dikamar lo ngga ada ac nya? Kamar ibu gue aja yang biasa ada ac nya tuh"

"Bacot"

"Serem lo ah, gaasik"

"Yaudah sana pergi"

"Nah sayangnya, disini yang ada cuman bapak bapak sama ibu ibu doang, gaada temennya gue disini. Cuman kalau mbak gue kesini gue bisa ngobrol ngobrol. Jadi yaa cuma lo nih bang Gan yang masih seumuran gue yang bisa gue ajak ngobrol ngobrol"

"Gue ngga mau ngobrol ngobrol sama lo"

"Btw nih bang Gan, lo sakit apaan?"

"Bukan urusan lo"

"Tanya doang kali, judes amat lo"

"Kecelakaan"

"Hah! Sumpah lo, anjir, tapi kayaknya lo udah mendingan nih?" Ucap Vino heboh sambil mengamati kondisi Regan yangmenurutnya sudah sangat baik bagi orang kecelakaan.

"Iyalah mendingan, kalau gue selama 3 bulan dirumah sakit ngga mendingan, bokap gue bisa tuntut nih rumah sakit" Jelas Regan agak jengah dengan remaja disampingnya ini, tapi menurutnya remaja ini cukup meghiburnya.

"Sekolah lo gimana dong bang?"

"Cuti lah bego, lo kira gue masih sekolah waktu kecelakan"

"Santai atuh kakak" Canda Vino. "Eh bang, maap nih gue kayaknya kudu ke kamar rawat nya ibu gue dulu, mau ngecek ibu gue dulu, duluan ya bang, besok kita ketemu lagi yaa, ngobrol ngobrol lagi" Ucap Vino sambil berjalan menuju kamar rawat ibunya.

"Males" Meskipun berkata dengan judes, Regan merasa nyaman dengan Vino. Vino mengingatkannya pada adiknya yang telah tiada, Regan jadi merindukan adiknya itu.

Mungkin setelah keluar rumah sakit dia akan menengok adiknya. Kembali menatap lorong dimana remaja bernama Vino itu menghilang, nyatanya Regan juga menantikan esok hari akan bertemu dan mengobrol kembali dengan Vino.

Tiga bulan berada dirumah sakit tanpa teman yang seumuran dirinya membuatnya merindukan para teman dan sahabatnya. Kehadiran Vino tentu saja membuatnya bahagia mendapatkan teman di rumah sakit setelah sekian lama sendiri. Dan tak lama ia memikirkan hal itu, sebuah pesan masuk di ponselnya

'Besok gue nemuin lo'