Jam sudah menunjukkan pukul 16.30 WIB tapi Airlangga dan teman temannya ditambah Keyra baru selesai memghabiskan makanan mereka. Suasana nya menjadi agak hening ketika beberapa pentolan yang sebelumnya memenuhi WARDI sudah pamit pergi lebih dulu dari mereka. Ditambah lagi langit sudah menunjukkan warna senjanya, jadi suasana di WARDI saat ini benar benar terkesan damai.
Saat Keyra hendak mengambil botol air minum yang tadi sebelumnya dibawa oleh Airlangga. Theo kembali nyeletuk pelan. "Neng cantik jangan minum air minum dari keteknya bang Air deh neng, bauk!"
Namun Keyra yang lebih dulu mengambil botol air minum itu dan sudah membukanya lebih dahulu hanya bergumam pelan tapi terdengar oleh Airlangga, Theo, Bara tak lupa Jeffery yang ada didepan Keyra "Tapi airnya ngga bau"
"Denger tuh, keteknya Air mana pernah bauk, ketek lo aja yang bauk, gapernah mandi sih lo" Ucap Bara "Jadi keteknya bang Air ngga bau ya Key" Goda Bara kembali.
"Eh?" Keyra yang kebingungan hanya bisa mencengkram botol air minum dipelukannya. Ponsel Keyra berdering dan mengalihkan fokus Keyra dari pertanyaan Bara yang benar benar unfaedah.
Sebuah pesan membuat Keyra panik dan langsung menatap Airlangga. Airlangga yang melihat raut khawatir Keyra menatapnya dengan satu alis naik keatas.
"Kenapa?"
"Kakak, boleh minta tolong?"
"Apa?"
"Bisa tolong anterin aku?"
"Kemana?"
"Rumah sakit Puspa Medika"
"Ngapain lo kerumah sakit Key? Siapa yang sakit?" Tanya Theo agak kepo melihat raut khawatir Keyra.
"Ibu aku kak" Jawab Keyra "Kakak bisa anter aku?" Tanya Keyra kembali melihat tidak ada pergerakan dari Airlangga. "Kalau ngga bisa ngga apa apa kok kak, aku naik bus aja" Saat hendak bangkit, Airlangga menarik tanggannya dan membuat Keyra duduk kembali.
"Minum dulu, gue ambil jaket" Ucap Airlangga dan bangkit dari duduknya. Mengambil jaket bomber yang terletak tidak jauh dari tempat duduk mereka, dan kembali menuju tempat teman temannya.
"Gue anter dia dulu, ntar kalau Azka uda balik kabarin aja, gue langsung ke basecamp" Pamit Airlangga pada teman temannya "Ayo" ajak Airlangga dan Keyra langsung saja mengekor dibelakang Airlangga.
"Hati hati bang, lo bawa bidadari"
"Bacot Yo" Ucap Airlangga "Kabarin gue nanti Jeff" Jeffery yang sednag sibuk minum es teh nya hanya mengacungkan jempol menjawab temannya itu.
Airlangga dan Keyra pun tiba di parkiran tempat mereka berdiskusi tadi. Motor sport berwarna hitam itu dikeluarkan oleh Airlangga. "Pakek" Ucap Airlangga menyerahkan jaket bomber yang sebelumnya tadi diambil kepada Keyra, "Cepet" Lanjut Airlangga melihat gadis pendek ini hanya menatap jaket bombernya.
"Naiknya gimana kak" Pertanyaan polos Keyra pun sontak membuat satu alis Airlangga kembali terangkat.
"Pegang pundak gue" Keyra pun berusaha naik keatas motor sport milik Airlangga ini dengan agak susah, mengingat betapa tingginya motor sport ini dan betapa pendeknya dia.
Setelah berhasil menaiki motor sport milik Airlangga, kemudian Airlangga berkata kepada Keyra " Gue ngga bawa helm dobel, pegangan yang kuat, gue ngebut"
Awalnya Keyra hanya mencengkram kuat seragam sekolah Airlangga yang sudah berada di luar celana sekolahnya. Namun merasakan betapa cepatnya Airlangga mengendarai motor sportnya, Keyra pun langsung melingkarkan tangannya di pinggang Airlangga.
Airlangga yang merasakan pinggangnya dipeluk oleh gadis pendek dibelakangnya hanya teersenyum tipis dibalik helm full face yang ia kenakan.
Suasana kota Jakarta menjelang malam memang sangat sangat mengesalkan menurut Airlangga. Macet dimana mana da bunyi klakson mobil dan motor yang memekakkan telinga membuat Airlangga muak.
Namun anehnya, pelukan dipinggangnya ini sangat menenangkan dirinya. Mencoba menyalip diantara banyaknya mobil dan motor yang memenuhi jalan raya agar cepat sampai ketujuannya.
Selama hampir 20 menit berkendara dengan 'agak' kebut kebutan, mereka pun sampai di depan Rumah Sakit Puspa Medika. Keyra turun dengan agak susah dari motor sport Airlangga. Saat akan melepaskan jaket yang dia pakai, Airlangga menghentikan pergerakannya.
"Pakek aja, udah malem dingin"
"Tapi kakak gimana?"
"Gampang" Ucap Airlangga "Gue balik dulu, salam buat bibi lo" Lanjutnya kemudian langsung memutar balik motor sport miliknya.
"Makasih kak udah nganterin aku" Airlangga hanya berdehem pelan menjawab Keyra. "JAKETNYA AKU KEMBALIIN ABIS DICUCI YA KAK" Teriak Keyra pada Airlangga yang sudah agak jauh dari tempat Keyra berdiri. Semoga saja Airlangga mendengar ucapannya.
Keyra berbalik dan berjalan menuju tempat respsionis berada. Mengeratkan jaket bomber milik manusia tiang menyebalkan yang sayangnya benar benar menghangatkan tubuhnya dibalutan jaket bomber ini.
"Permisi, kamar atas nama ibu Mirah dimana ya?"
"Dengan siapa nya ibu Mirah?"
"Keluarganya"
"Sebentar ya kak saya cari terlebih dahulu"
"Iya"
"Atas nama ibu Mirah yang tadi siang baru dibawa kemari ya kak? Ibu Mirah ada di kamar rawat lili no.12 kak. Dari sini silahkan lurus depan lift, lantai 3 ya kak, nanti dari lantai 3 kamar rawatnya berurutan kok kak, jadi mudah carinya" Jelas resepsionis dengan ramah.
"Terimakasih"
"Sama sama kak"
Menuju lift yang diarahkan oleh resepsionis tadi, Keyra menekan tombol 3 untuk menuju lantai kamar rawat yang dia tuju. Tak lama sampailah ia dilantai 3 yang tadi dimaksud oleh resepsionis.
Berjalan melewati kamar dengan nomor berurutan, dan sampailah Keyra dikamar rawat lili no.12. Keyra membukanya perlahan dan menemukan sosok wanita paruh baya tengah terlelap dengan infus yang ada ditangan kirinya.
Ada seorang remaja aki laki tengah menatap wanita paruh bayah yang berbaring diranjang pasien. Wajah agak lelah terlihat didepan mata Keyra.
"Vino, gimana keadaan ibu?" Tanya Keyra.
"Mbak Key udah sampai? Sejak kapan mbak?" Tanya remaja yang berada di ruang rawat itu. Vino namanya, usianya mungkin lebih mudah 2 tahun daripada Keyra namun secara fisik terlihat lebih dewasa daripada Keyra.
"Barusan aja Vin, ibu gimana?"
"Tadi kepeleset dikamar mandi mbak, terus pingsan mbak, jadi sama tetangga langsung dibawah ke rumah sakit ini mbak"
"Kamu gimana Vin? Kamu ngga apa apa?" Tanya Keyra agak khawatir melihat remaja ini, terlalu banyak tanggungannya diusia yang masih sangat belia ini.
"Vino ngga apa apa kok mbak, santay ajalah mbak" Berusaha menenangkan mbaknya yang terlihat khawatir. "Mbak kenapa pakai kesini? Ngga langsung pulang aja? Pasti bokap nyokap lo khawatir lo belom pulang mbak" Lanjutnya.
"Ngga apa apa Vin, ini mau jengukin ibu dulu. Kamu udah makan Vin?" Hanya gelengan yang menjadi jawaban dari remaja didepan Keyra ini.
"Makan dulu yuk Vin, kalau kamu ngga makan ntar ibu khawatir sama kamu"
"Ntar ajalah mbak, mau nungguin ibu dulu"
"Makan dulu sana Vin, ibu biar mbak yang jaga dulu" Melihat respon Vino yang masih tetap berdiam, Keyra kembali berucap "Makan dulu Vino"
"Makasih ya mbak, udah khawatirin ibu, sama Vino juga" Ucap Vino dengan nada bersyukur dan segera bangkit keluar kamar rawat ibunya dan pergi kearah kantin, menuruti perintah mbaknya, Keyra.