"Keyra ada?" Tanya seorang wanita paruh baya berpakaian batik, tepat didepan pintu kelas bertanda 'X MIPA 2'.
"Masih istirahat kali bu" Jawab salah satu siswa berambut pendek dengan menghampiri sang guru didepan pintu kelas. "Ada yang tau Key tadi kemana ngga?" Lanjutnya.
"Tadi gue liat dia kearah perpus si, mungkin dia masih disitu, tau sendiri itu anak sukanya disana" Ujar Raditya selaku ketua kelas dari X MIPA 2.
"Baiklah kalau Keyra sudah kembali, tolong sampaikan untuk menemui saya di kantor ya" Ujan wanita paruh baya tadi, Bu Naurah, walikelas dari X IPA 2.
"Okee bu" Serempak siswa IPA 2
Setelah pemberitahuan itu ibu Naurah selaku walikelas dari X IPA 2 pun beranjak dari kelas dan menuju kekantor guru. Sedangkan para siswa kembali pada aktivitasnya masing masing.
"Kenapa ya akhir akhir ini si Keyra sering banget dipanggil kekantor guru?" Nindy, gadis berambut pendek yang baru saja kembali duduk ditempat duduknya itu, bertanya dengan kebingungan kenapa teman sekelasnya itu sekarang sering sekali dipanggil untuk kekantor guru.
"Iya juga ya, kalau engga bu Naurah, bu Siska atau pak Slamet sering banget manggil dia" Tambah Rahmah, teman sebangku Nindy.
"Denger denger si akhir akhir ini dia sering kekantor soalnya dia ngajuin diri buat ikut olimpiade gitu kalau engga salah" Imbuh Icha, teman sebangku Keyra.
"Wah! Keren dong kalau kelas kita ada yang mau ikut olim! Sabi ih sabi biar engga kalah mulu sama kelas sebelah" Ujar Nindy dengan sangat bersemangat.
Tau sendiri setiap harinya kelas mereka selalu dibanding bandingkan dengan 'kelas sebelah' atau 'kelas X MIPA 1' yang jelas lebih unggul dalam bidang akademik daripada kelas mereka.
"Semoga dia ngga kalah saing si, kan kalau olim olim gitu saingannya ngga kelas sebelah doang, kelas atas kan juga hahaha"
Maksud Icha 'kelas atas' disini adalah kelasnya para kakak kelas yang terkenal sangat ambis dalam akademik maupun non akademik. Jadi tidak heran jika biasanya mereka selalu tersingkir dalam babak penyisihan ketika bertanding dengan para senior senior ambis itu.
Tak lama mereka berbincang, dari arah pintu terlihat gadis bersurai panjang, tengah berjalan membawa beberapa buku tebal dipangkuan tangannya. Namanya Keyra, Keyra Anastasia Wisnu Atmaja. Putri kedua dari keluarga Atmaja, salah satu pengusaha mebel besar yang sudah memiliki banyak cabang perusahaan di sebagian wilayah Indonesia.
"Key Key, lo disuruh bu Naurah kekantor tuh"Â Ucap Nindy.
"Cepet gih, keburu jam istirahat habis, lo sih demen banget di perpus" Tambah Raditya.
"Iya, makasih uda ngasih tau aku" Senyumnya mengembang ketika mendengar seruan teman temannya.
"Dih alay"
"Najis, sok imut banget"
"Lah, emang imut kali neng"
"Mana ada imut, amit kali ah"
"Mulut lo belom pernah ditimpuk tai ya" Raditya pun menengahi 'candaan' teman temannya ketika melihat raut wajah Keyra berubah dari berseri menjadi agak murung mendengar ucapan teman temannya.
"Sono lu kekantor Kay, uda ditungguin juga, gausah dengerin mereka, ya gini kalau upil dikasih nyawa, kaga ada yang bener" Lanjutnya
"Iya dit, aku kekantor dulu"
Kayra pun bergegas keluar kelas dan pergi kekantor guru menemui bu Naurah. Berjalan agak terburu buru membuat dia kehilangan fokus dan tanpa disengaja menabrak tembok bercat putih didepannya.
"Sakit" Gumamnya sambil mengusap keningnya yang memerah karena menabrak tembok tadi. "Siapa sih yang naruh tembok disini, aku kan lagi jalan" Gumamnya lagi
"Makanya jalan liat depan" Keyra pun terkejut karena mendengar suara orang berbisik ditelinganya. Tidak keras tapi mampu membuatnya memerah seketika. Dengan cepat Keyra langsung membalikkan badannya dan tepat didepan matanya ada dada. Bukan dada ayam, tapi dada manusia tiang yang membuatnya terlihat kerdil dimata orang lain jika dia bersanding atau bersebelahan dengan makhluk berjenis adam didepannya ini. Sungguh mengerikan, pikir Keyra.
"Biasanya gue liat cewek itu kalau nabrak ya nabraknya cowok, lah lo kenapa malah nabraknya tembok?" Heran manusia tiang yang sedari tadi menatap lurus kearah Keyra yang hanya menunduk kebawah. "Kalau ada orang ngomong itu liat orangnya, jangan liat sepatunya" Tambahnya lagi.
"Maaf kak" Cicit Keyra, dia tidak berani untuk menatap laki laki didepannya ini, dan makin menunduk setelah mengucapkan kata maaf.
"Ngapain minta maaf, lo nabrak tembok bukan gue, minta maafnya ketembok, kasian dia uda lo tabrak"
"Maaf tembok" Gumamnya lagi, entahlah sepertinya nyali Keyra benar benar menciut didepan manusia tiang yang berdiri didepannya ini.
"Hah, aneh aneh lo, lain kali hati hati makanya, gue tinggal dulu" Manusia itu pun pergi meninggalkan Kayra, namun sebelum pergi dia malah mengacak acak rambut Keyra.
Keyra pun mengangkat kepalanya dan menatap punggung tegap yang sudah jauh dari pandangannya. Perasaan baru beberapa detik berlalu sejak manusia tiang tadi pergi, tapi kenapa sudah jauh saja dia berjalan. Ternyata punya kaki panjang enak juga ngga cape ngelangkah uda sampe tujuan. Kira kira seperti itulah pikir Keyra dalam hatinya.
Lupa tujuannya akan kekantor guru, Keyra pun segera berlari menuju kantor, karena hanya tersisa 5 menit sebelum waktu jam pelajaran dimulai kembali. Inilah akibat mendengar ceramah manusia tiang tadi, dia jadi telat kan.
Sesampainya di kantor guru, segera saja dia menghampiri meja bu Naurah, dan ternyata disana ada sosok lain yang sedang berbincang dengan bu Naurah.
"Permisi bu" sapa Keyra
"Oh Keyra sini nak, duduk dulu" Keyra segera duduk dikursi kosong disamping siswa lain yang sudah duduk dengan tenang di depan meja bu Naurah.
"Jadi disini saya memanggil kamu Kayra karena ada yang mau saya bicarakan sama kamu. Mengenai pengajuan diri kamu untuk mengikuti olimpiade bulan depan, mohon maaf sekolah masih belum bisa memberikan izinnya nak, mungkin kamu bisa coba lagi kalau ada event olimpiade lagi ya nak. Untuk olimpiade bulan depan sekolah mengirim kelas 11 untuk berpartisipasi nak"
Perkataan bu Naurah sontak saja membuat Keyra membeku. Berbulan bulan dia menyiapkan diri untuk mengikuti olimpiade ini, namun dia tak terpilih. Dan bahkan disekolahnya saja dia tak terpilih, mana mungkin di tempat olimpiade nanti dia bisa jadi juara? Keyra hanya tersenyum kecut memikirkannya.
"Nak, jangan berkecil hati ya, kamu bisa coba di kesempatan yang akan datang, tetap semangat ya nak" Bu Naurah yang melihat raut sedih siswanya hanya bisa memberikan semangat agar siswanya tidak menyerah.
"Iya bu" Jawab Keyra sekenanya, dia sudah kecewa terhadap hasil yang dia dapatkan.
"Ini nak, perkenalkan ini nak Airlangga, perwakilan sekolah untuk olimpiade bulan depan" Keyra pun sontak mendongak kearah siswa disebelahnya.
"Hai pendek, kalau ada orang ngomong itu liat orangnya, jangan liat sepatunya" Ucap Airlangga sambil memamerkan smirk dingin pada gadis pendek yang tengah melongo disampinya ini.