Chereads / MARRIED TO MR. TORDOFF / Chapter 21 - TUNGGU SAJA

Chapter 21 - TUNGGU SAJA

Tidak ada yang perlu Hailee tutupi lagi mengenai kehamilannya ini, karena orang- orang yang hadir dalam pesta pernikahan Aileen sudah mengetahui berita tersebut setelah paman Diego mengucapkan selamat atas kehamilannya dengan suara yang cukup keras.

Hailee tidak bisa menyalahkan paman Diego, karena dia sendiri tidak mengatakan padanya untuk merahasiakan hal ini, tapi seperti yang Ramon katakan; Hailee harus lebih berhati- hati lagi pada orang- orang yang memang berniat mencelakakannya.

Aileen terutama.

"Oh, aku lupa mengucapkan selamat padamu atas kehamilanmu," Aileen berkata dengan nada yang dia paksakan terdengar riang, tapi justru membuat suaranya seperti ban yang berdecit.

Apalagi ketika Aileen melihat bagaimana Hailee duduk di kursinya dengan tenang, seolah dialah pemilih ruangan ini dan membuat Aileen sendiri harus duduk di kursi di hadapannya.

Bagaimana bisa mereka bertukar peran seperti ini? Hal sekecil ini benar- benar membuat Aileen kesal. Namun, dia tidak bisa menunjukkannya.

"Terimakasih," jawab Hailee dengan tenang. Dia melipat kakinya dan duduk dengan anggun. "Sebenarnya, kedatanganku ke sini untuk memberikan undangan ini."

Hailee lalu meletakkan undangan berwarna silver ke meja, sementara Aileen membuatkan teh untuknya.

Menyadari hal ini, kekesalan Aileen bertambah. Kenapa dirinya jadi merasa seperti seorang pelayan yang menyajikan minuman pada tuannya?

Tidak, Aileen tidak bisa berpikir demikian. Itu hanya akan merendahkan dirinya di hadapan Hailee saja.

Maka dari itu, dengan langkah yang lebih tegas dan tampak tidak peduli, Aileen membawa secangkir teh untuk Hailee dan satu cangkir lagi untuk dirinya sendiri sebelum dia duduk di hadapan Hailee dan melihaht undangan tersebut.

"Apa ini?" tanyanya dengan dahi mengernyit.

"Well, menurutku hanya ada satu cara untuk mengetahuinya, bahkan anak umur lima tahun pun tahu bagaimana caranya," Hailee berkata dengan nada meremehkan. Walaupun dia tahu itu hanyalah pertanyaan retoris semata yang tidak membutuhkan jawaban. Tapi, Hailee menikmati perubahan ekspresi Aileen ketika mendengar jawabannya.

Kunjungan Hailee kali ini ke perusahaannya tidak akan membosankan berkat Aileen.

"Kau tidak perlu bersikap seperti itu padaku," Aileen berkata dengan bersungut- sungut sambil mengambil kartu undangan dari atas meja.

"Jangan khawatir, ini hanyalah permulaan saja," ucap Hailee dengan sorot mata penuh arti.

Bisa tidak wanita dihadapannya ini lebih tidak tahu malu? Bagaimana mungkin dia protes hanya karena Hailee memperlakukannya seperti itu sementara apa yang dirinya lakukan terhadap Hailee sudah di luar logika dan moral.

Melihat ini, Hailee merasa yakin kalau keputusannya untuk tidak langsung memenjarakan Aileen dan Diego atas rencana pembunuhan kedua orangtuanya adalah tindakan yang tepat. Karena biar bagaimanapun juga, mereka tidak akan pernah menyesali perbuatan itu.

Sekarang setelah Hailee mengetahui kalau Aileen sebenarnya adalah anak kandung Diego, dia bisa melihat dengan jelas kemiripan di antara keduanya.

Tentu saja bukan kemiripan fisik, tapi keserakahan dan ketidaktahumaluan mereka berdua benar- benar harus diacungi jempol.

"Ulangtahun perusahan Tordoff?" Aileen bergumam ketika dia telah selesai membaca undangan tersebut, lalu perhatiannya beralih pada Hailee. "Apa maksudmu mengundang perusahaan kita?" tanyanya.

"'Kita'?" Hailee mengulang kata tersebut dengan nada mencemooh, lalu tertawa pelan seolah mengejek Aileen, membuat ekspresi wajahnya kembali berubah menjadi lebih geram. Hailee benar- benar menyukai ini. "Kau seharusnya bilang 'perusahaanmu', bukan 'kita', karena kau bukanlah bagian dari keluarga Tatum."

Hailee sengaja mengatakan itu untuk memprovokasi Aileen dan dia bisa mengatakan bahwa kebencian wanita ini sangat jelas terlihat di sorot matanya.

Aileen adalah seorang Tatum, tapi dia tidak bisa mengatakan hal tersebut, tentu saja apa yang Hailee katakan membuatnya sangat murka.

"Hargai aku sebagai kakakmu," Aileen berkata dengan rahang yang terkatup rapat.

"Kakakku?" Hailee kembali tertawa, kali ini lebih keras dari sebelumnya. "Setahuku, aku adalah anak tunggal. Aku tidak mengingat kalau ibu melahirkan anak lainnya sebelum diriku."

Aileen mencengkeram kartu undangan di tangannya dengan erat, berusaha untuk menjaga emosinya dengan baik.

"Lagipula, kau di sini hanya bertindak sebagai pimpinan pengganti sebelum aku mengambil alih perusahaan ini, jadi tidak baik untuk menolak undangan dari pemilik asli perusahaan ini." Hailee kembali melontarkan kata- kata penuh provokasi pada Aileen.

Sementara itu, Aileen hanya bisa menatap Hailee dengan tajam. Bila tatapan bisa membunuh, maka Aileen dengan senang hati melakukannya pada Hailee.

"Anyway." Hailee melambaikan tangannya, seolah mengenyahkan topik yang mulai memanas tersebut. Tidak, saat ini belum saatnya. Ada banyak kesempatan bagi Hailee untuk mengejek Aileen… "kau akan hadir dalam acara tersebut."

Kalimat terakhir Hailee terdengar seperti sebuah perintah di telinga Aileen.

"Aku sibuk," ucapnya dengan lugas. "Aku akan meminta orang lain untuk menghadirinya untukku."

"Kau tidak perlu melakukan itu," ucap Hailee. "Aku sudah mengundang seluruh investor dan orang- orang penting di perusahaan ini. Saat ini kurasa mereka sudah mendapatkan undangan tersebut."

Mendengar pernyataan Hailee, Aileen memicingkan matanya. Ada yang tidak benar di sini. "Kau mengundang mereka dengan mengirimkan kartu undangan ini? Tapi, untukku kau mengantarkannya sendiri?" Aileen tertawa dengan muram. Dia menyilangkan tangannya di depan dada, sebuah gesture defensive. "Haruskah aku merasa tersanjung karena kau telah melakukan ini?"

Hailee lalu berdiri, sehingga dia bisa menatap Aileen dengan lebih sinis dari posisinya sekarang. "Kau akan merasa lebih tersanjung lagi untuk hal- hal yang akan kulakukan padamu nantinya."

Seketika itu juga, senyum jelek Aileen memudar, tergantikan oleh tatapan penuh kewaspadaan. "Apa yang akan kau lakukan?" tanyanya, dia juga ikut berdiri sehingga Hailee tidak bisa memandangnya dengan cara menyebalkan seperti itu.

"Kenapa kau tidak sabar? Tenang saja, ini adalah kejutan untukmu dariku." Hailee lalu mengambil tasnya yang berada di atas meja. "Kau tunggu saja."

Setelah mengatakan hal tersebut, Hailee melangkah pergi dari ruangan dengan langkah ringan dan senyum kecil di bibirnya. Dia merasa puas melihat ekspresi terakhir Aileen.

"Tunggu," cegah Aileen ketika Hailee hendak membuka pintu, yang membuatnya berhenti. "Aku akan mengantarmu sampai ke bawah."

Apa lagi ini? Tidak mungkin Aileen begitu baik untuk mengantarkan Hailee…