~Halo, semuanya. Saya Mahdania. Ini adalah cerita kedua Saya di Webnovel. Semoga kalian suka dengan ceritanya dan selamat membaca~
***
Tak! Tak! Tak!
Suara hentakan heels ber-hak 5 centimeter menyentuh lantai sebuah hotel mewah di sepanjang langkah kaki dua orang gadis cantik yang memakainya ketika menuju sebuah lift. Ada dua orang pria dengan stelan jas formal juga yang terus mengikuti kedua gadis itu.
Ting!
Pintu lift terbuka, kedua gadis cantik itu di mana gadis satunya memakai gaun hitam yang melekat pas menampakan lekuk tubuh yang seksi dan gadis satunya memakai gaun berwarna peach itupun memasuki lift begitu pintu lift terbuka. Di tangan kedua gadis itu terdapat sebuah hand bag dengan merk ternama.
Gadis bergaun hitam nan seksi itu menyandarkan tubuhnya di dinding lift seraya sesekali menghentakan kakinya tak terlalu keras. Tak ada pengguna lift lainnya di sana selain dirinya dan temannya itu.
"Kamu lelah?" tanya gadis bergaun peach.
Gadis bergaun hitam itu melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya dan terlihat waktu sudah menunjukan hampir pukul tengah malam. Setelah itu, dia melihat kedua orang pria yang terus saja berdiri di belakang kedua gadis tersebut.
"Ya, aku ingin istirahat setelah ini. Aku lelah, kepalaku sakit," ucap gadis bergaun hitam itu.
"Baiklah, kamu sepertinya terlalu banyak minum," ucap gadis bergaun peach.
"Ya, kapan lagi? Papiku takan tahu ini, he-he-he..." gadis itu terkekeh karena berhasil menikmati kebebasannya meski mungkin hanya dapat dia rasakan malam ini saja saat berada jauh dengan orangtuanya.
Sesampainya lift di lantai 5, di mana kamar hotelnya berada, kedua gadis itupun keluar dan pergi menuju kamar masing-masing. Kedua pria berstelan jas formal itupun mengikuti kedua gadis itu.
Gadis bergaun peach sudah masuk lebih dulu ke kamarnya yang berada tepat di depan kamar gadis bergaun hitam tersebut.
"Kalian pergilah ke kamar kalian! Aku akan istirahat, dan jangan menggangguku!" ucap gadis bergaun hitam tersebut pada kedua orang berstelan jas formal yang tak lain adalah bodyguard-nya.
Kedua pria itupun mengangguk dan memasuki kamar mereka yang berada tepat di samping kamar gadis itu.
Suara dering telepon terdengar begitu gadis bergaun hitam itu memasuki kamar hotelnya. Terlihat nama sang mami yang menghubunginya. Tak menunggu lama, seraya menutup pintu kamarnya, dia pun menjawab panggilan itu.
'Ya, Mam,' ucap gadis itu di tengah kegiatannya yang kini tengah membuka heels yang melekat di kakinya.
'Kak, di mana? Masih di pesta 'kah?' tanya seorang wanita dari dalam telepon yang tak lain adalah maminya.
'Baru saja sampai di kamar, pestanya sudah selesai,' ucap gadis itu.
'Baiklah, istirahatlah. Papi sedang di perjalanan. Papi akan menyusul Kakak ke kamar hotel,' ucap wanita itu.
'Benarkah? Papi juga ada di sini?' tanya gadis itu sedikit syok. Baru saja dia merasa senang tetapi kesenangannya seketika sirna karena mendengar sang papi yang menyusulnya dirinya.
'Ya, dia baru saja sampai. Kakak tahu sendiri, bagaimana papi 'kan? Papi cemas Kakak pergi ke Bandung sendirian,' ucap wanita itu.
'Ayolah. Kakak sudah besar, Mi. Papi selalu saja seperti itu. Menyebalkan!' kesal gadis itu.
'Itu karena papi menyayangi Kakak, dan tak ingin sesuatu hal terjadi pada Kakak,' ucap wanita.
'Ya, ya...' ucap gadis itu malas.
Ya, dia malas sekali dengan sikap papinya yang terlalu berlebihan. Di mana sang papi selalu menyuruh dua orang bodyguard untuk menemaninya ke manapun dia pergi. Seperti halnya kali ini, di mana ketika dirinya meminta izin pada sang papi bahwa dirinya akan menghadiri sebuah pesta ulang tahun temannya di Daerah Bandung dan sang papi pun mengizinkan dengan syarat tetap membawa serta kedua bodyguard itu. Sang papi tetap tak membiarkannya pergi sendiri meski dia mengatakan akan pergi bersama sahabat wanitanya.
'Baiklah, tunggu saja. Mungkin, sebentar lagi papi akan datang,' ucap wanita itu.
'Ya, Kakak mau ganti baju dulu,' ucap gadis itu dan memutuskan telepon tersebut.
Gadis itupun melempar ponselnya ke atas tempat tidur dan memasuki kamar mandi. Dia melepas gaunnya dan melemparnya ke sembarang arah hingga tergelatak di atas lantai kamar mandi. Setelah itu, dia membasuh wajahnya.
Di tengah kegiatannya, terdengar suara bel kamar. Gadis itu yang masih belum menyelesaikan mencuci wajahnya pun mengabaikan bel itu dan berniat untuk menyelesaikan kegiatannya terlebih dahulu. Namun, suara bel itu terus saja berbunyi. membuat gadis itu mengumpat kesal.
'Ya ampun, Papi selalu saja tak sabar! Menyebalkan!' kesal gadis itu yang berpikir itu adalah papinya yang sudah sampai di depan kamar hotelnya.
Gadis itu menarik bathroobs mandinya dan memakainya, dia pun kemudian keluar dari kamar mandi dan bergegas menuju pintu kamar.
Gadis itu membuka pintu kamarnya.
"Hei!" Gadis itu memekik ketika menyadari bukanlah papinya yang datang melainkan seorang pria asing yang justru memasuki kamarnya dengan cepat tepat setelah mendorong tubuh gadis itu sehingga menabrak sebuah dinding.
Brak!
Pria berwajah tampan, yang berpenampilan semi kasual itupun menutup pintu kamar dengan keras. Wajahnya memerah melihat gadis di hadapannya. Dengan cepat dia menghampiri gadis itu dan menghimpit tubuh gadis itu di dinding.
"Dasar bodoh! Kenapa lama sekali membuka pintu kamarmu, ha?" pekik pria itu.
Gadis itu mengernyit, telinganya berdengung karena pekikan pria itu terdengar keras di telinganya.
Bugh!
Gadis itu memukul dada pria itu sehingga pria itu hampir terjatuh.
"Apa maksudmu? Siapa dirimu? Kenapa masuk ke kamarku sembarangan?" geram gadis itu.
Pria itu mengerutkan dahinya. Dia merasa gadis di hadapannya ini begitu jual mahal dan seketika senyuman tersungging di bibirnya.
Dia menarik tangan gadis itu dan memeluk pinggang gadis itu.
"Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku sialan!" teriak gadis itu seraya mencoba melepaskan dirinya dari dekapan erat pria itu.
"Melepaskanmu setelah aku membayarmu? Kamu pikir, aku menghasilkan uang dengan ngepet sehingga aku bisa membuang uangku dengan percuma? Layani dulu aku, setelah itu kamu boleh pergi," ucap pria itu seraya menyeringai mesum.
Gadis itu pun menelan air liurnya. Apa yang sebenarnya terjadi saat ini? Dia bahkan tak mengerti situasi macam apa yang terjadi padanya saat ini. Bahkan dia tak mengenal pria itu. Dan, apa katanya? Memabayarnya? Yang benar saja, dia tak menerima sepeserpun uang dari pria itu.
"Hei! Astaga! Apa yang kamu lakukan?" pekik gadis itu ketika pria itu menyeret tubuhnya dan mendorongnya ke atas tempat tidur.
"Sialan! Kenapa kasar sekali?" pekik gadis itu seraya memegan kepalanya yang terhentak cukup kuat di atas tempat tidur.
"Jadi, kamu ingin bermain lembut, ha?" tanya pria itu seraya melepas satu persatu kancing kemejanya.
Gadis itu menelan air liurnya melihat pemandangan mengerikan di hadapannya. Jantungnya bahkan berdegup lebih cepat.