Keesokan paginya.
"Apa yang kalian lakukan?" pekik seseorang.
Kedua orang yang tengah berada di atas tempat tidur dengan tubuh keduanya yang hanya terbalut selimut itupun terbangun. Keduanya duduk kemudian terperanjat melihat keadaan mereka saat ini.
"Apa yang kamu lakukan?" pekik gadis itu.
Sedangkan seseorang yang kini berdiri di hadapan kedua orang itupun mengepalkan tangannya dan bergegas mendekati pria itu.
Plak!
"Bajingan! Beraninya kamu mengkhianatiku!" geram orang itu yang tak lain adalah seorang wanita seraya melayangkan tamparan di wajah pria itu.
Pria itupun syok, dia menatap wanita itu dengan tajam.
"Kenapa kamu ada di sini?" tanya pria itu.
"Kenapa? Kamu tak mengunci pintu kamar ini, dan aku mengikutimu semalam setelah kamu keluar dari klub! Aku pikir, kamu hanya sendirian di sini. Dan, kalian? Astaga! Apa yang sebenarnya kalian lakukan? Apa kalian semalam berbuat hal yang tidak-tidak?" pekik wanita itu yang tak lain adalah kekasih pria.
Ya, semalam pria itu dan wanita yang baru saja melayangkan tamparan itu bertengkar di sebuah klub. Di mana kemudian pria itu meninggalkan kekasihnya dan wanita itu pun mengikuti pria itu hingga menuju hotel.
Awalnya, wanita itu berpikir kekasihnya itu memasuki kamar hotel yang di dalamnya tak ada seorang wanita. Berpikir kekasihnya masih marah padanya, sehingga wanita itupun memutuskan untuk mengurungkan niatnya menemui kekasihnya. Dia tak ingin masalah semakin rumit dan tak ingin pertengkaran di antara keduanya semakin memanas. Namun, wanita itu syok begitu pagi ini dia berniat memasuki kamar kekasihnya dan sadar bahwa pintu kamar hotel itu tak terkunci. Dia bahkan lebih syok lagi ketika melihat pemandangan di atas tempat tidur. Di mana kekasihnya ternyata berada di satu tempat tidur yang sama dengan keadaan hanya terbalut selimut putih yang menutupi tubuh keduanya.
"Jika, iya. Apa urusanmu? Aku tidur dengan siapapun, itu bukan urusanmu!" geram pria itu.
Pria itu mengusap wajahnya, kemudian memegang kepalanya. Kepalanya terasa pusing, semalam dia terlalu banyak minum sehingga tak ingat apa yang terjadi. Entahlah, mungkin gadis di sampingnya pun adalah gadis yang dia pesan untuk memuaskan hasratnya semalam.
Gadis di sampingnya terperangah mendengar ucapan pria itu.
'Astaga, apa yang terjadi padaku?' batin gadis itu syok. Dia pun terdiam mencoba memahami situasi saat ini dan mengingat kejadian semalam yang mungkin telah terjadi padanya dan pria di sampingnya.
Plak!
Sekali lagi wanita itu melayangkan tamparan pada pria itu.
"Kita putus! Dasar sialan!" geram wanita itu.
Pria itu menggeram, dia bergegas turun dan rupanya pria itu masih memakai celana jeans-nya setelah dia keluar dari balik selimut.
"Pergi dari sini! Dan jangan menggangguku!" geram pria itu seraya menyeret kekasihnya. Ah, ya. Maksudnya adalah mantan kekasihnya karena kini hubungan keduanya resmi berakhir.
"Apa yang kamu lakukan?" pekik wanita itu ketika pria itu mendorong wanita itu keluar dari kamar.
"Pergilah dari hadapanku! Kamu mengganggu kesenanganku saja!" geram pria itu.
Brak!
Pria itupun menutup pintu dengan keras kemudian menguncinya. Pria itu kembali ke mendekati tempat tidur, membuat gadis yang masih duduk di tempat tidur seraya menutupi tubuhnya dengan selimut tersentak.
"Stop! Jangan mendekat!" teriak gadis itu.
Pria itu terdiam sesaat kemudian kembali mendekati tempat tidur dan mengempaskan tubuhnya bertelungkup di atas tempat tidur.
Plak!
"Sial, apa yang kamu lakukan?" pekik pria itu terkejut ketika gadis itu memukul kepala belakangnya.
"Menyingkirlah! Dasar biadab!" teriak gadis itu.
Pria itu mengerutkan dahinya dan bergegas bangun.
"Siapa yang biadab, ha? Memangnya apa yang aku lakukan?" tanya pria itu.
"Kamu masih bertanya? Dalam keadaanku seperti ini, dan keadaanmu seperti itu, kamu pikir apa yang terjadi di antara kita? Kamu pasti telah berbuat macam-macam padaku! Dan, apa maksudmu mengatakan pada wanita tadi, kita tidur bersa?--"
Gadis itu menelan air liurnya. Dia tak berani melanjutkan ucapannya. Jantungnya pun berdegup kencang saat ini.
Pria itu menghela napas kasar dan berniat beranjak dari tempat tidur. Dengan cepat gadis itu menarik tangan pria itu hingga pria itu berbalik.
Brugh!
"Kurang ajar! Apa yang kamu lakukan?" teriak gadis itu panik ketika pria itu tiba-tiba saja jatuh di atas tubuhnya.
Gadis itu terus saja memberontak membuat pria itu menahan tangan gadis itu agar tak lagi memukulnya.
"Diamlah! Apa yang kamu lakukan?" ucap pria itu.
"Brengsek! Menjauhlah!" pekik gadis itu.
"Menjauh? Bahkan kamu yang menarik tanganku hingga membuatku jatuh! Apa kamu sedang mencoba menggodaku?" tanya pria itu.
Gadis itu terperangah. Wajahnya memerah merasakan amarahnya memuncak. Menggoda pria di hadapannya? Bahkan tak ada pria yang berani menggoda gadis itu. Lalu, bagaimana mungkin dia akan menggoda pria bajingan di hadapannya? Itu amatlah mustahil. Dia bahkan sama sekali tak tertarik pada pria di hadapannya.
"Dasar tak tahu diri!" pekik gadis itu membuat pria itu menggeram. Tak ada yang berani mengatainya seperti itu. Dan saat ini justru wanita panggilan yang mengatakan dirinya tak tahu diri.
"Kamu mengatakan aku tak tahu diri? Lalu, apa dirimu? Kamu menjual tubuhmu pada pria manapun, bukankah itu terlalu menjijikan? Aku menyesal telah membayarmu, rupanya kamu wanita yang amat tak tahu diri!" geram pria itu.
"Dirimu yang tak tahu diri! Sudah kukatakan menyingkir, dan jangan katakan aku wanita seperti itu, brengsek!" pekik gadis itu.
"Diamlah, atau aku akan membungkam mulutmu sehingga kamu takan bisa lagi bicara!" teriak pria itu tepat ketika wajahnya lebih mendekat ke wajah gadis itu.
Gadis itupun diam. Dia dapat melihat kemarahan pria itu. Hingga membuatnya tak dapat lagi berkata-kata dan menjadi bingung sendiri. Sebenarnya, siapa yang bersalah di sini? Pikir gadis itu.
"Kamu tahu, kamu lebih menjijikan dari wanita yang datang belum lama tadi, bahkan dari para wanita yang menjual tubuh mereka pada pria hidung belang di luar sana. Kamu terlalu sok suci!" geram pria itu.
Napas gadis itu memburu, dia tak tahan mendengar apa yang dikatakan pria itu. Dia akan membuka mulutnya tetapi dia pun bungkam kembali setelah mendengar pria itu kembali bicara.
"Jangan macam-macam, atau aku akan melakukannya lagi!" ancam pria itu.
Gadis itu kemudian menelan air liurnya dengan susah payah. Selama ini dia mengeluh ketika orangtuanya selalu memerintahkan kedua bodyguard untuk menemaninya ke manapun dia pergi tetapi saat ini dia benar-benar membutuhkan kedua bodyguard-nya itu untuk membantu dirinya terlepas dari jeratan pria yang terus saja berada di atas tubuhnya.
"Apa-apaan ini?" teriak seseorang lantas membuat gadis itu terkejut. Dia mengenal jelas suara itu suara siapa, bahkan suara itu terdengar keras di telinganya meski orang itu berteriak tak tepat di dekat telinganya.