Chereads / Crazy Wife Vs Cold Husband / Chapter 8 - CWVCH PART 8

Chapter 8 - CWVCH PART 8

Malam hari.

Taksi yang Briel tumpangi sampai di kediaman orangtuanya tepat ketika orangtuanya tengah menikmati makan malam di meja makan. Pemandangan yang manis melihat kedua orangtuanya yang hanya duduk berdua di meja makan sebesar itu seolah dunia seluas itu hanya merekalah penghuninya.

Briel menghampiri kedua orangtuanya.

"Kakak di sini? Di mana Erland?" tanya sang mami.

"Hem... Kabur," jawab Briel sembarang.

"Apa maksudnya?" tanya papi.

Briel tersenyum menampakan gigi-giginya.

"Dia pergi bekerja, maybe," ucap Briel dan Briel ikut duduk di meja makan.

"Benarkah? Jadi, Kakak akan tidur di sini?" tanya sang mami.

"Bolehkah?" tanya Briel.

"Kenapa tidak? Tapi, sudah bicara 'kah pada Erland? Maksud Mami, sudah izin belum?" tanya mami.

Briel menaikan satu alisnya. Untuk apa izin pada monster satu itu? Pikir Briel.

"Tak perlu izin, Kakak hanya akan mengambil baju Kakak. Lihatlah, Kakak harus memakai pakaian monster itu karena tak membawa baju ganti saat datang ke rumahnya," ucap Briel.

kedua orangtua Briel saling tatap, sang mami pun tersenyum.

"Dia suami Kakak, bukan monster," ucap sang mami.

Briel tersenyum malas dan pamit menuju kamarnya. Dia melihat setiap sudut ruangan kamarnya.

"Aku mencintai kamarku," ucap Briel seraya melangkah perlahan memasuki kamarnya. Dia melihat sebuah lukisan cukup besar di dinding yang tak lain adalah hasil karyanya sendiri yang sengaja dia buat karena begitu mengagumi sosok yang dia lukis tersebut yang tak lain adalah seorang pria.

"Aku akan membawamu ke manapun aku pergi, tenang saja. Oke," ucap Briel seraya tersenyum dan bergegas mengambil kopernya.

Bukan pakaiannya yang dia masukan terlebih dahulu ke dalam koper, melainkan Briel lebih dulu menyiapkan beberapa peralatan seperti kanvas, peralatan menggambar, baki cat, pisau lukis, fixative, serta perlengkapan untuk melukis lainnya. Dia tak mungkin tak membawa barang-barang itu, dia jelas akan membawa peralatan tempurnya itu ke manapun dia pergi. Apa lagi, dia akan tinggal di kediaman Erland untuk waktu yang sudah dapat dipastikan akan berlangsung lama bahkan mungkin selamanya. Entahlah, hanya waktu yang dapat menjawabnya.

Briel menempelkan jari telunjuk di bibirnya, dia memikirkan peralatan melukisnya yang mungkin tertinggal di kamarnya dan takut tak terbawa ke kediaman Erland.

'Sepertinya, sudah semua,' gumam Briel dan kali ini mengambil kopernya.

Briel mengambil beberapa pakaiannya dan memasukannya ke dalam koper. Dia mengemas barang-barangnya lainnya yang juga dia butuhkan hingga tak terasa waktu pun berlalu dan malam semakin larut.

'Aku benar-benar melakukan pindahan, melelahkan,' gumam Briel kemudian menutup mulutnya ketika dirinya menguap karena rasa kantuk yang menyerangnya.

Briel melepas sepatunya. Setelah itu, dia mengempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur dan tak lama terlelap.

***

Di dalam kamar orangtua Briel.

"Sepertinya, Briel masih mengemas pakaiannya. Dia belum juga pamit pulang ke kediaman Erland pada kita," ucap Clara.

"Hem... Mungkin saja, aku akan melihatnya," ucap Bram.

"Aku akan ikut denganmu, aku ingin lihat seberapa banyak barang-barang yang akan dia bawa," ucap Clara.

Bram mengangguk dan pergi menuju kamar Briel bersama Clara.

Sesampainya di kamar Briel, Bram dan Clara melihat kamar Briel berantakan sekali. Di mana di dekat tempat tidur terdapat sebuah koper dan tas melukis Briel serta peralatan melukis lainnya yang tak masuk ke dalam tas karena terlalu besar.

"Dia sudah tidur," ucap Clara seraya melihat Briel yang rupanya sudah pergi ke alam mimpi.

"Biarkan saja, dia pasti lelah mengemasi barang-barangnya," ucap Bram.

Clara mengangguk, dia menoleh dan Bram pun ikut menoleh. Keduanya saling tatap satu sama lain.

"Kamu belum menjelaskan apapun tentang alasanmu langsung setuju menikahkan Briel dengan Erland, Bram," ucap Clara.

Bram menghela napas.

"Aku tak perlu menjelaskan apapun," ucap Bram dan bergegas keluar dari kamar Briel.

Clara terdiam sesaat, rasanya tak puas karena Bram tak juga menjelaskan apapun sehingga rasa penasarannya tak juga mendapatkan jawaban.

Clara mendekati Briel, dia mengambil selimut dan menyelimuti tubuh Briel. Setelah itu, dia mengganti lampu ruangan dengan lampu tidur yang lebih redup.

Clara pun keluar dari kamar Briel.

***

Keesokan paginya.

Briel mengerjapkan matanya. Dia melihat langit-langit kamarnya dan tersadar dia tertidur semalam setelah mengemas barang-barangnya yang akan di bawa ke kediaman Erland.

Briel bangun, dia duduk sejenak dan melihat ke arah barang-barang yang sudah dia kemas semalam.

Briel meregangkan otot-otot di tubuhnya, setelah itu dia membersihkan tubuhnya di kamar mandi.

***

Beberapa menit berlalu, Briel sudah segar dan sudah bersiap membawa peralatan melukisnya menuju keluar kamar. Begitu keluar dari kamar, Briel melihat seorang asisten rumah tangga yang melintas di depan kamarnya.

"Hei! Tolong bawakan koper, dan perlengkapan lukisku di dalam, bawa ke garasi, ya. Tapi, ingat. Hati-hati saat membawanya, jangan sampai rusak," ucap Briel.

Asisten rumah tangga itu mengangguk dan masuk ke kamar Briel. Sementara itu, Briel lebih dulu pergi menuju garasi dan menyimpan apa yang dia bawa ke dalam mobil miliknya yang rencananya akan dia bawa ke kediaman Erland untuk memudahkan aktivitasnya ketika akan bepergian. Dia tak terbiasa menggunakan taksi seperti kemarin malam. Dia lebih senang bepergian dengan menggunakan mobilnya sendiri jika tak ada hal yang memang memaksanya sampai harus menggunakan taksi.

Tak lama, asistem rumah tangga yang membawa barang-barang Briel termasuk koper Briel pun sampai di garasi dan membantu memasukan semua barang-barang itu ke dalam mobil.

Setelah selesai, seraya memanaskan mobilnya, Briel bergegas masuk ke kediaman orangtuanya dan mencari keberadaan orangtuanya.

Briel menanyakan keberadaan orangtuanya pada asisten rumah tangga yang membawa barang-barangnya tadi dan asisten rumah tangga itu mengatakan Clara tengah berada di taman belakang. Briel pun pergi ke taman belakang untuk menghampiri Clara.

"Mam!"

Clara menoleh, dia tersenyum pada Briel.

"Bagaimana semalam? Pasti lelah sekali, ya, hingga Kakak sampai tertidur," ucap Clara.

"Hem... Kakak akan pergi sekarang. Apa papi sudah pergi ke kantor?" tanya Briel.

"Ya, sudah sejak pagi-pagi sekali," ucap Clara.

"Baiklah, Kakak pergi, ya," ucap Briel kemudian memeluk Clara.

Clara pun mengantar Briel menuju mobilnya. Dia masuk kembali ke kediamannya setelah mobil yang Briel kemudikan sudah benar-benar keluar dari halaman kediamannya.

Di perjalanan, Briel memutar sebuah lagu dari penyanyi favoritnya. Dia mengemudikan mobilnya begitu santai. Beruntunglah sekolah melukisnya hanya dilakukan tiga kali dalam satu minggu dan hari ini dia tak harus pergi ke sekolah melukis.

Di tengah perjalanannya, pagi itu jalanan cukup padat. Briel melintasi sebuah toko yang menjual perlengkapan untuk melukis yang memiliki nama toko yang selama ini menjadi langganannya ketika membeli perlengkapan melukis. Hanya saja, berbeda cabang tokonya tetapi tetaplah berada di satu grup perusahaan yang sama.

Briel pun terpikir untuk membeli sesuatu yang dia butuhkan saat ini, dia mengemudikan mobilnya dan memasuki area toko tersebut.

Selesai memarkirkan mobilnya, Briel bergegas turun dari mobil.

'Aku akan membuat diriku senang dengan apa yang aku sukai, aku tak ingin hari-hariku berlalu dengan penuh kebosanan,' gumam Briel dan memasuki toko tersebut dengan penuh antusias.