Chereads / Unexpected Wedding: Tuan CEO yang Posesif / Chapter 1 - Kesulitan Alexa

Unexpected Wedding: Tuan CEO yang Posesif

๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉNonik_Farellidzy
  • 401
    Completed
  • --
    NOT RATINGS
  • 698k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Kesulitan Alexa

Gabriella Alexa Dinata, Seorang gadis berambut hitam natural berwajah Asia memiliki tinggi sekitar 165 cm, kulit yang putih dan mulus serta wajah yang nyaris sempurna tak berjerawat dan begitu cantik dengan hidung yang mancung dan bibirnya agak sexy. Dia sedang duduk di kursi di sebuah klub malam sembari meminum segelas red wine.

"Kenapa dia lama sekali," gumam gadis itu sambil melirik jam tangannya yang menunjukkan waktu pukul delapan malam. Dia tampak gelisah dan lelah, seperti baru pulang dari kantor karena dia mengenakan dress hitam sebatas lutut dipadu dengan atasan berwarna putih dan mengenakan high heels berwarna hitam serta menjepit sebagian rambutnya ke belakang.

"Alexa!" panggil seseorang.

Merasa namanya dipanggil, Alexa pun menoleh menatap arah suara yang didengarnya. Dia melihat seorang gadis berpenampilan begitu sexy menghampirinya kemudian memeluknya dengan erat.

"Gea ... Apa yang terjadi padamu? Kenapa kamu berpakaian sangat sexy?" tanya Alexa setelah melepas pelukan gadis bernama Gea itu.

"Em,.ini adalah kebiasaan ku," jawab Gea dengan agak canggung.

"Ibumu bisa terkena serangan jantung jika melihat penampilan mu seperti ini," gumam Alexa masih menatap Gea yang mengenakan terusan dress di atas lutut berwarna merah dengan bagian atas dada yang terbuka. Dress itu sangatlah ketat hingga tidak dapat menyembunyikan lekuk tubuhnya yang agak sintal.

"Ibuku tidak akan tau karena dia di kampung," sahut Gea kemudian duduk di kursi tepat di samping Alexa. "Jangan permasalahan penampilan ku. Sebenarnya, ada perlu apa kamu jauh-jauh datang dari tempat mu bekerja hanya untuk menemui ku di sini?"

Alexa menghela napas kemudian menyesap red wine di hadapannya meski setelah itu dia mencibir karena sebenarnya tidak terlalu doyan minuman itu. "Aku butuh bantuan mu," ucapnya.

"Bantuan apa itu?" tanya Gea kemudian menatap bartender. "French fries dua porsi," serunya.

"Aku butuh uang untuk biaya pengobatan ibuku. Dia mengalami komplikasi dan harus selalu melakukan kemoterapi tiap beberapa Minggu," ucap Alexa kemudian menekuk wajahnya. "Aku butuh 10 juta untuk biaya pengobatan itu."

"What, 10 juta??" Gea tampak panik, menatap Alexa dengan matanya yang membulat.

"Aku harap kamu bisa Meminjamkan uang untukku," ucap Alexa dengan sendu. "Aku akan mencicilnya setiap gajian. Aku tidak bisa berhutang pada perusahaan tempatku bekerja lagi karena hutangku di sana juga sudah menumpuk. Aku tidak bisa resign, bahkan aku juga tidak bisa cuti untuk pulang kampung."

"Ya Tuhan. Hidupmu sangat rumit. Apa ayahmu tidak bekerja di rumah hingga terus meminta uang padamu?" tanya Gea.

"Uang ayah khusus untuk biaya sekolah adikku dan untuk biaya makan," jawab Alexa dengan menekuk wajahnya. Dia melirik tas milik Gea yang terlihat mahal, bahkan pakaian yang dikenakan sahabatnya itu terlihat berkelas.

"Aku mohon bantu aku, Gea. Kamu pasti memiliki banyak uang. Kata ibuku, di kampung banyak yang membicarakan kesuksesan mu yang terkesan cepat," ucapnya.

"Baiklah. Aku akan pinjamkan uang untukmu," sahut Gea dengan tersenyum.

Alexa pun mendapat pinjaman itu. Dia tidak segera pulang namun menemani Gea untuk memakan camilan dan minum red wine hingga pukul sembilan malam.

____

Dia tempat lain, seorang bernama Jayson Melvin Orlando yang berperawakan gagah menilik wajah tampan yang kebulean dengan berewok tipis tumbuh di rahangnya yang tegas, sedang duduk di sebuah kursi berwarna putih dekat dengan arena ice skating. Dia tampak sedang memperhatikan seorang gadis yang sedang menari dengan seorang pria seumuran dengannya.

"Mengagumkan," gumam Melvin dengan tersenyum simpul saat melihat gadis yang sedang berlagak itu melakukan aksi bersama partnernya hingga beberapa pengunjung dan juga tim pelatih memberikan tepuk tangan.

Drettt ... drett ...

Ponselnya berdering, pria itu segera merogoh saku jaket kulitnya untuk meraih ponsel itu dan melihat ada panggilan masuk dari nomor kontak "Mommy" dia pun segera menjawab.

"Hallo, Ma."

"Melvin, tolong sampaikan pada Joey untuk segera pulang. Ada tamu dari pihak kekasihnya," ucap seorang wanita dari telpon.

"Em, Iya, Ma," sahut Melvin. Sambungan telpon itupun terputus. Dia kembali menyimpan ponselnya dan bergegas menghormati gadis yang bernama Hera itu.

Joey Florencia Fernandez, merupakan adik Melvin yang menggeluti olahraga ice skating sejak kecil. Dia bahkan sering melakukan lomba kejuaraan tingkat nasional, dan pernah mendapat mendali perak pada tingkat internasional. Parasnya sungguh menawan dengan wajahnya yang kebulean, mata abu-abu dan rambutnya berwarna hitam kemerahan.

"Joey, Mama meminta mu untuk segera pulang karena keluarga kekasihmu datang.ke rumah," ucap Melvin sambil menghampiri Joey yang sedang melepas sepatu ice skating nya di luar arena.

"Hem ... Mereka selalu datang tanpa memberi kabar padaku," sahut Joey.

"Apa kekasihmu tidak memberitahu?" tanya Melvin.

"Dia pun sama seperti keluarganya ... suka memberi kejutan," jawab Joey kemudian menegakkan tubuhnya. Dia menghela napas lega dan menatap Melvin yang setia menunggunya. Dia menenteng tas berukuran sedang berwarna hitam berisi sepatu dan kebutuhan nya yang selalu dia bawa saat berlatih. "Ayo kita pulang."

"Biar aku yang bawakan," seru Melvin kemudian mengambil tas itu dari Joey.

Mereka pun segera berjalan menuju pintu yang mengarah pada koridor gedung yang bernuansa putih itu. Mereka berbincang sambil mengobrol melintasi koridor hingga tiba di luar gedung.

"Dante ...," sapa Joey saat melihat seorang pria yang menunggunya di tempat parkir. Dia langsung memeluk pria itu dengan erat.

Dante pun membalas pelukan itu dengan erat kemudian melepasnya. Dia tersenyum menatap wajah cantik Joey yang sedikit sweaty, kemudian menyelipkan sejumput rambut yang menutupi keningnya. "Aku sangat merindukanmu."

"Aku hampir bad mood karena kamu pergi terlalu lama." Joey kembali memeluk Dante.

"Lain kali jika kita sudah menikah, aku akan selalu mengajakmu ke manapun aku pergi untuk kunjungan," ucap Dante penuh janji..

"Heem, tapi kenapa tidak bilang jika akan datang malam ini?" tanya Joey melepas pelukannya..

"Aku pikir ini kejutan, karena ternyata pekerjaan ku di Malaysia selesai dalam waktu yang cepat," jelas Dante sambil merangkulkan tangannya ke pinggang Joey namun pandangannya beralih pada Melvin yang masih berdiri di dekatnya berjarak sekitar tiga meter. "Melvin, biar Joey bersamaku," serunya.

"Baiklah. Aku juga tidak akan langsung pulang ke rumah," sahut Melvin.

"Kamu akan ke mana?" tanya Joey.

"Aku akan ke klub, rasanya sangat lapar tapi aku tidak selera makan di rumah. Aku sudah membuat janji dengan temanku," jawab Melvin sambil menyerahkan tas yang dibawanya pada Joey..

"Apa teman itu seorang gadis?" tanya Joey dengan tersenyum.

"Tentu saja," jawab Melvin kemudian berjalan menuju mobilnya. Dia segera masuk dan mengemudikan nya menuju klub yang tidak terlalu jauh dari gedung tempat berlatih ice skating itu.