"Apa-apaan kalian?" teriak seorang pria yang baru saja memasuki kamar itu.
'Papi,' batin gadis itu. Ya, itu suara papinya dan dia amat mengenal suara itu.
Gadis itu menatap tajam pria yang masih saja betah di atas tubuhnya bahkan meski ada orang lain di sana yang sudah jelas melihat keadaan tak pantas itu.
"Menyingkirlah, ya ampun!" geram gadis itu seraya terus bergerak. Pria itupun akhirnya bangun dan menjauhi tubuh gadis itu.
Pria itu melihat ke arah Bram.
"Ada apa, ha? Tak bisakah menjaga sopan santunmu? Beraninya masuk ke kamar orang lain tanpa permisi!" geram pria itu.
Gadis itu menelan air liurnya. Tamatlah riwayatnya sekarang. Papinya pasti berpikir yang tidak-tidak ketika melihat apa yang terjadi belum lama tadi.
Papi gadis itu melihat ke arah anaknya yang tengah meringkuk menutupi tubuhnya. Tubuhnya bergetar melihat tatapan sang papi yang seakan penuh kobaran api amarah di dalamnya. Setelah itu, papi gadis itupun menatap pria di hadapannya. Pria itu bukannya takut, melainkan dia justru menatap papi gadis itu dengan berani.
Plak!
"Sialan! Berani sekali menyentuh anakku!" teriak papi gadis itu geram seraya menampar wajah pria itu. Dia murka. Ya, bahkan dirinya sebagai papi dari gadis itu berusaha sebaik mungkin menjaga anak gadisnya tetapi orang lain justru berani melecehkan gadis itu.
"Apa-apaan ini?" tanya pria itu syok sekaligus tak percaya karena pria yang mungkin seusia orangtuanya itu menamparnya.
Bugh!
Papi gadis itu menendang perut pria itu.
Tak lama dua orang bodyguard gadis itu masuk ke kamar tersebut, keduanya syok sekaligus bingung dengan apa yang keduanya lihat dan mengapa terjadi keributan? Lalu, siapa orang yang baru saja ditendang oleh tuannya itu?
Kedua bodyguard gadis itu lantas berbalik setelah melihat keadaan gadis itu. Mereka tak berani melihat anak dari tuannya dalam keadaan tubuhnya yang hanya memakai selimut.
"Maaf, Tuan. Ada apa ini?" tanya salah satu bodyguard tersebut.
Tuannya itu lantas melihat kedua bodyguard anaknya.
Plak!
Plak!
"Dasar bodoh! Ke mana saja kalian? Anakku dilecehkan, dan kalian tak ada? Ke mana saja kalian, ha?" pekik papi gadis itu seraya menampar wajah kedua pria itu bergantian.
"Maaf, Tuan Bram. Kami lalai," ucap kedua pria itu.
Bram Sasongko, adalah papi dari gadis bernama Gabriela Anastasya Sasongko yang baru saja mengalami pelecehan oleh seorang pria asing yang tak dikenalnya. Ya, Gabriela yang dulu hanyalah seorang gadis kecil kini menjadi gadis yang tumbuh dengan cantik dan tengah sekolah melukis saat ini.
Itu adalah pengalaman terburuk yang pernah Gabriela, atau gadis itu biasa disebut Briel oleh orang-orang terdekatnya yang pernah Briel alami selama 21 tahun dirinya hidup. Bahkan selama ini tak ada satu orang pria pun yang berani mendekatinya apa lagi menyentuhnya karena dinginnya sikap Briel terhadap pria.
"Dasar, tak berguna! Urus bajingan ini, dan jangan diberi ampun!" bentak Bram dan akan membawa Briel menuju kamar dirinya.
"Tunggu!" teriak pria itu sontak membuat Bram dan Briel menghentikan langkahnya.
"Apa maksudnya ini? Papi? Siapa Anda? Dan, wanita ini?--" tanya pria itu heran.
Bram kembali menatap tajam pria itu.
"Kamu tak tahu siapa Saya?" tanya Bram.
Pria itu hanya diam di tengah kebingungannya. Jika benar pria itu papi gadis itu, lantas mengapa gadis itu menjual tubuhnya? Bahkan pria itu tampak bukan orang biasa. Terlebih pria-pria berjas itu, sepertinya adalah seorang bodyguard anaknya dari pria itu.
"Biar Saya beritahu kamu, dan kamu bisa mencari tahu siapa Saya setelah ini, atau sebelum kamu mendekam di penjara atas kasus pelecehan terhadap seorang gadis! Saya Abraham Sasongko, adalah Papi dari gadis yang baru saja coba kamu lecehkan, setelah ini bersiaplah untuk kehancuranmu!" ucap Bram penuh penekanan kemudian pergi dari kamar itu.
Kedua bodyguard Briel melihat pria itu. Lantas menghantam tubuh pria itu berulang kali. Setelah itu, kedua bodyguard Briel pun meninggalkan kamar tersebut setelah pria itu tumbang di lantai.
Napas pria itu memburu, tubuhnya terasa sakit dan dia benar-benar tak percaya dengan apa yang Bram katakan. Tak mungkin dirinya salah menyentuh seorang gadis. Bahkan dia yakin, gadis itu adalah gadis panggilan yang dirinya pesan semalam. Lantas, mungkinkah gadis itu memang anak yang nakal tanpa diketahui papinya? Ya, bisa saja gadis itu memang menjual tubuhnya di luar tanpa diketahui keluarganya. Memangnya, siapa yang ingin pekerjaan hinanya di ketahui oleh orangtuanya sendiri? Pikir pria itu.
Namun, yang membuat dirinya merasa tak mendapatkan keadilan. Sudah jelas uangnya hilang, kemudian yang terjadi semalam antara dirinya dan Briel? Memikirkan semua itu membuat pria itu semakin dibuat bingung.
Pria itu memegang perutnya yang terasa ngilu. Beruntunglah dirinya rajin olahraga dan latihan otot sehingga tak cepat tumbang ketika kedua orang tadi menghantam tubuhnya keras. Ya, dirinya rajin melatih otot-otot tubuhnya.
'Siapa tadi namanya?' gumam pria itu seraya mengingat nama yang papi gadis itu sebutkan tadi. Namun, dia tak mengingatnya karena kepalanya tak bisa fokus berpikir.
Pria itu kemudian meringis merasakan bibirnya seperti mengalami luka robek.
'Terserah saja. Aku tak peduli dengan orang itu,' gumam pria itu. Ya, dia tak peduli pada siapapun di dunia ini. Kecuali pada dirinya sendiri.
***
Jam makan siang.
"Maaf, Saya terlambat," ucap Bram seraya merapikan jasnya ketika memasuki sebuah ruang pertemuan di hotel tempat dirinya menginap di Daerah Bandung. Beberapa orang berdiri dan menyambut Bram. Bram datang ke Bandung selain untuk menemui Briel, juga datang untuk urusan pekerjaan.
"Maaf, Saya terlambat," ucap seseorang yang juga baru saja masuk ke ruang pertemuan tersebut. Lantas, orang-orang di sana pun melihat ke arah orang itu yang datang bersama seorang wanita yang sepertinya adalah sekretarisnya.
Bram melihat penampilan orang itu yang tampak rapi dengan jas formal dan aroma parfum seketika menyeruak seakan memenuhi seluruh ruang pertemuan. Orang itu adalah seorang pria tetapi ada yang tak biasa. Bram seperti pernah bertemu dengan pria itu. Namun, di mana dia bertemu dengan pria itu?
Pria itu melihat satu persatu orang-orang di ruangan itu ketika sampai di kursinya. Ketika melihat Bram, tubuh pria itu tersentak. Dia bahkan terlonjak sehingga menyebabkan dirinya hampir terjatuh.
"Ma-maaf," ucap pria itu gugup ketika menyadari tatapan semua orang di sana tampak bingung melihat dirinya. Bahkan sang papa yang turut hadir di pertemuan tersebut pun heran. Pasalnya, anaknya itu seperti terkejut melihat Bram yang saat ini tengah duduk di kursi pimpinan.
Brak!
Bram menggebrak meja dengan keras begitu sadar siapa pria itu dan membuat orang-orang di ruang pertemuan langsung berdiri karena terkejut melihat apa yang Bram lakukan. Tak hanya beberapa orang di sana, bahkan pria itupun terkejut melihat Bram yang jelas sekali terlihat marah setelah melihat dirinya.