Shanghai, China.
Seorang gadis berpakaian pengantin berwarna putih berlari-lari di pinggir jalan sambil sesekali menoleh ke belakang. Nafasnya terengah-engah dengan kedua tangan digunakan untuk memegang gaunnya yang panjang. Tidak ada raut kesedihan sama sekali di wajahnya. Yang tampak hanyalah raut wajah yang ketakutan.Â
Rambut yang tadinya disanggul rapi kini sudah acak-acakan. Rambutnya sudah bertebaran di wajahnya dengan peluh keringat yang membuatnya semakin lengket.
Gadis bermata coklat terang itu baru saja kabur dari rumah suami yang sama sekali belum pernah dilihatnya. Gadis berambut panjang itu bernama Lin Xiao Yi.
Saat pernikahan dilakukan, Lin Xiao Yi tidak sedikitpun menoleh ke arah sang suami. Ia sudah jijik dengan kabar yang beredar jika suaminya adalah seorang pria tua yang jelek dan jahat. Itulah desas-desus yang terdengar sampai di telinganya penyebab pria itu ditinggalkan oleh istrinya. Menurut kabar yang beredar pria itu juga sudah mempunyai dua anak.
Lin Xiao Yi tidak sanggup jika harus menikah dengan seorang duda. Apalagi dia sudah mempunyai kekasih dan mereka saling mencintai. Dari pada dirinya harus melayani pria tua bangka, Lin Xiao Yi memilih kabur di malam pertamanya.
Awalnya bukan Lin Xiao Yi yang seharusnya menikah dengan pria itu melainkan kakak kandungnya. Namun sayang sekali ibunya meminta agar Lin Xiao Yi yang menggantikan posisi saudaranya.
Lin Xiao Yi terus menolak tapi sayang sekali karena tidak ada yang mendukungnya. Semua orang memojokkannya padahal saat ini sudah memiliki kekasih.
Kini pukul sudah satu dini hari. Sepertinya orang-orang yang mengejarnya sudah tidak terlihat. Lin Xiao Yi bisa bernafas dengan lega.
Dengan nafas yang tersengal, Lin Xiao Yi terus menyeret kakinya menuju ke apartemen kekasihnya yang bernama Yu Chen. Setidaknya untuk malam ini saja Lin Xiao Yi berniat menginap dan bersembunyi di sana.
Terlalu banyak berlari membuat kakinya lecet dan terasa sakit. Namun dengan tekad bulat, Lin Xiao Yi berusaha untuk tetap bertahan.
Setelah setengah jam melangkah akhirnya Lin Xiao Yi sudah sampai. Ia berdiri di depan sebuah gedung yang menjulang tinggi di tengah kota Shanghai. Sebenarnya ada perasaan ragu ketika hendak melangkah masuk karena hari sudah larut malam. Tapi gadis itu tidak memiliki tempat untuk bersembunyi. Hanya Yu Chen lah satu-satunya harapan yang bisa menolongnya.
Lin Xiao Yi segera masuk ke dalam lift menuju lantai 10. Dimana apartemen kekasihnya berada. Saat ini gadis itu sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya. Mengatakan jika dirinya sudah menepati janjinya untuk tidak menikah dengan pria lain.
"Yu Chen, aku datang untuk menepati janji," gumam Lin Xiao Yi denvanata berkaca-kaca.
Tidak sulit untuk membuka pintu apartemen Yu Cheb karena Lin Xiao Yi sudah sering berkunjung. Yu Chen juga memberitahukan sandi agar bisa masuk tanpa harus permisi. Gadis itu langsung menekan tombol yang ada di dekat pintu.
Untuk malam ini dirinya akan aman. Besok Lin Xiao Yi berencana mengajak kekasihnya untuk pindah ke luar kota. Terserah kemana yang terpenting mereka bisa hidup bersama.
Mereka berencana akan memulai kehidupan baru yang pasti akan sangat membahagiakan.
Lin Xiao Yi memegang dadanya yang tidak tahu mengapa justru saat ini berdebar. Gadis itu berjalan mengendap-endap agar tidak menimbulkan suara langkah kaki. Ingin memberikan kejutan untuk Yu Chen yang sekarang mungkin sudah terlelap.Â
Baru saja tangannya terulur hendak membuka pintu. Terdengar suara desahan dan lenguhan yang berasal dari dalam kamar. Perlahan tapi pasti suara itu semakin lama semakin keras. Suara itu seperti suara seorang pria dan wanita yang tengah menikmati permainan.
Hawa panas seketika menyelimuti tubuh Lin Xiao Yi. Suara pria itu terdengar seperti Yu Chen. Dengan perlahan akhirnya Lin Xiao Yi membuka pintu untuk memastikan apa yang terjadi. Namun ia berharap jika itu hanyalah suara film yang sedang diputar oleh Yu Chen.
Jangan heran jika pria terkadang memang suka menonton film dewasa untuk mengusir rasa bosan.
Namun sayang sekali karena apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Dada Lin Xiao Yi langsung terasa amat perih dan sesak tatkala melihat kekasihnya sedang berhubungan badan dengan seorang wanita. Yang paling mengejutkan bagi Lin Xiao Yi, wanita itu adalah kakak kandungnya sendiri.
Brakk …
Lin Xiao Yi tak kuasa menahan amarahnya hingga membuka pintu dengan sangat keras. Sorot matanya memerah dengan dada yang naik turun merasakan jantungnya seperti ditusuk-tusuk dengan pisau tumpul hingga terasa sangat menyakitkan.
Kedua insan yang sedang dimabuk itu menoleh ke arah Lin Xiao Yi karena merasa terkejut dan cukup terganggu dengan kehadirannya.
"Lin Xiao Yi, kenapa kau ada disini?" Yu Chen terbelalak lebar kemudian segera menutupi tubuhnya dengan selimut. Wajahnya langsung pucat melihat Lin Xiao Yi berada di tengah pintu, seperti seekor singa yang hendak menerkam mangsanya.
"Yu Chen, teganya kau bermain di belakangku!" teriak Lin Xiao Yi dengan nafas yang menggebu. Ingin sekali rasanya ia melemparkan sebuah bom ke arah mereka agar mati sekarang juga.
"Xiao Yi, kenapa kau bisa datang kemari? Bukankah kau sekarang seharusnya sedang melakukan ritual malam pertama dengan suamimu?" tukas saudara Lin Yiao Yi yang bernama Lin Xiao Ling. Mereka adalah saudara kembar meski sifat mereka berbanding terbalik.
"Yu Chen, bukankah kau berjanji menungguku? Aku sekarang sudah menepati janjiku, tapi inikah balasannya?" teriak Lin Xiao Yi dengan suara meninggi dan sorot mata yang berapi-api. Selama hidup tak pernah sekalipun semarah ini. Biasanya ia cenderung lebih pendiam.
"Xiao Yi, kau sudah menikah. Kami hanya melakukan apa yang seharusnya kau lakukan malam ini bersama suamimu," tukas Lin Xiao Ling sembari tersenyum miring. Bibir sebelah atasnya tertarik ke atas membentuk senyuman mengejek.
"Kalian sungguh menjijikkan!" teriak Lin Xiao Yi. Ia mengambil sandal kemudian melemparkannya ke wajah Yu Chen dan Lin Xiao Long secara bergantian.
"Cukup, hentikan Xiao Yi!" teriak Yu Chen karena sandal itu mengenai kepalanya dan cukup membuatnya terasa sakit karena sandal itu terbuat dari bahan yang keras.
"Kau memang pria brengsek, Yu Chen!" pekik Lin Xiao Yi dengan bulir bening yang kini perlahan mulai menetes di pipinya.
Lin Xiao Yi kemudian melangkah pergi meninggalkan kamar itu.
"Xiao Yi, tunggu!" sergah Yu Chen sembari mengusap gusar wajahnya hingga rambut. Ada perasaan menyesal karena sudah tertipu dengan rayuan Lin Xiao Ling.
"Yu Chen, tidak usah mengejarnya. Biarkan dia pergi dan lanjutkan permainan kita," tukas Lin Xiao Ling tanpa malu.
"Sebaiknya kau pergi sekarang juga dari sini," usir Yu Chen sembari melemparkan baju Lin Xiao Ling yang berserakan di lantai. Ia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari hal yang disesalinya seumur hidup.