Aileen tidak bisa menggunakan rencana awalnya untuk menjebak Hailee ataupun menjalankan rencana 'kegugurannya'.
Karena kalau sampai ada orang lain yang tahu mengenai rekaman CCTV tersebut dan melihat Aileen menjatuhkan dirinya sendiri dari puncak tangga dan mengalami keguguran, maka dirinya lah yang akan disalahkan.
"Kau sungguh bodoh!" teriak George, memaki Aileen, entah untuk ke berapa kalinya, sementara itu putrinya tengah menatap pemandangan lampu- lampu kota dengan wajah tanpa ekspresi, seolah berusaha untuk berpura- pura kalau dirinya tidak berada di sana dan mendengarkan sumpah serapah ayahnya tersebut. "Bagaimana bisa kau membiarkan Hailee mengambil rekaman tersebut?!"
Ya, Hailee berhasil mengambil rekaman tersebut dan sekarang dia memegang kartu yang sangat penting, karena tidak ada satu pun dari mereka yang tahu, kepada siapa rekaman tersebut akan Hailee berikan.
Namun, kepada siapapun itu, hasil akhirnya tetaplah akan merugikan mereka berdua, Aileen terutama.
"Kau tahu betapa bodohnya dirimu sekarang?! Sudah kukatakan untuk membunuhnya waktu itu! Tapi, apa yang kau bilang? Kau ingin bermain- main dengan hidupnya?!" George mendengus dengan keras. "Sekarang lihat apa yang Hailee lakukan pada hidupmu!!!"
Sumpah serapah dari mulut George menyusul setelah dia memaki Aileen sampai hatinya puas, karena memang Aileen lah yang bersikeras untuk bermain- main dengan hidup Hailee.
Aileen agar Hailee menjadi budak pemuas nafsu dari Roland Dimatrio. Bukankah hidup seperti itu jauh lebih mengerikan daripada kematian? Dan Aileen akan selalu bisa melihat betapa menderitanya gadis itu setiap saat.
Aileen senang membayangkan saat- saat seperti itu.
Namun, siapa yang menyangka kalau rencana yang telah dia susun akan berantakan ketika Hailee berhasil kabur dan tidak sampai di situ saja…
Situasi sekarang dan bagaimana Hailee berakhir menjadi seorang Mrs. Tordoff sungguh membuat Aileen sesak dengan rasa penyesalan dan ketamakkan. Rasa irinya kini telah berubah menjadi dengki.
Persetan dengan semua hal yang telah dia jalani, seharusnya memang Aileen membunuh Hailee saja, bersamaan dengan ke dua orangtuanya.
"Hei! Berani benar kau tidak menanggapiku!" George terlihat berang, lalu dengan kasar, dia menarik pundak Aileen.
Aileen memang tidak mendengarkan apa yang George katakan, karena apapun itu, yang keluar dari bibir pria tersebut hanyalah sampah dan Aileen sedang tidak dalam mood untuk mendengarkan kata- kata tidak berarti tersebut.
Tapi, karena Aileen sudah familiar dengan gerakan tersebut, dia cukup tanggap ketika George mulai mengangkat tangannya untuk menampar Aileen, dia dengan cepat menahannya dengan tangannya dan mendorong tubuh pria paruh baya tersebut menjauh darinya.
"Jangan berani- beraninya kau memukulku," ucap Aileen dengan dingin, dia kemudian melemparkan tatapan tajam, seolah mengancam pada George yang membuat pria itu tidak dapat mengatakan apapun, lalu mengambil tasnya dan keluar dari ruangan.
Kalau Aileen lebih lama lagi berdua dengan George, dia takut kalau dirinya akan mulai merencakan pembunuhan terhadap George.
Bukan berarti pemikiran tersebut tidak pernah terlintas di benaknya, tapi ini bukan saat yang tepat untuk menambah masalah, lagipula, Aileen masih membutuhkan pria itu.
Aileen telah melewati masa dimana dia takut untuk melawan George karena sekarang, dirinyalah yang akan memanfaatkan pria bodoh itu.
==============
"Jangan biarkan Mrs. Dawson keluar dari rumah ini dan tidak ada seorang pun yang boleh mengunjunginya tanpa izin dariku," ucap Giana pada kepala pelayan dan juga kepala pengamanan di kediaman Dawson.
Ya, setelah mengunjungi rumah sakit dan menyatakan kalau dirinya akan mengambil alih perusahaan, kesehatan ayahnya semakin memburuk.
Bukan karena fakta bahwa Giana akan mengambil tampuk kepemimpinan dari perusahaan yang tengah goyah dengan harga saham mereka yang terus turun dengan mengkhawatirkan, tapi karena cara Giana menyampaikan hal tersebut.
Giana bersumpah kalau Larry tidak akan pernah memiliki posisinya lagi dan sekarang semua kendali berada di tangan Giana.
Bahkan ada dua bodyguard yang Giana tempatkan di dalam ruang rawat ayahnya tersebut, untuk memastikan kalau dia tidak bisa dikunjungi ataupun keluar dari ruang rawatnya tersebut walaupun nanti kesehatannya telah membaik, tanpa izin dari Giana, tentu saja.
Semua peralihan ini terjadi begitu cepat, karena Giana tidak membuang- buang waktu sedetikpun untuk melancarkan balas dendamnya.
Dia sudah membuat sebuah daftar dalam hatinya, siapa saja yang akan dia jatuhkan dan dia akan menggunakan segala cara untuk mewujudkan keinginan tersebut.
Termasuk dengan apa yang dia lakukan dengan Dillon, karena pada akhirnya cara tersebut berhasil dan disinilah pria itu sekarang, mendampinginya kembali seperti yang Giana inginkan.
"Tidakkah kau pikir caramu itu terlalu kejam?" Dillon duduk di samping Giana yang tengah memejamkan matanya sambil menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Kau secara tidak langsung mengurung ke dua orangtuamu."
Dillon sudah menyampaikan ketidaksetujuannya ini pada Giana, tapi wanita itu tetap pada pendiriannya yang keras kepala, sama seperti sebelumnya, sangat jarang Dillon dapat mengubah apa yang sudah diputuskan oleh Giana.
"Kalau kau pikir yang kulakukan ini kejam, lalu bagaimana dengan apa yang mereka lakukan dan katakan padaku selama ini?" Giana membuka matanya dan menatap Dillon di sebelahnya. "Aku tidak menyakiti mereka Dillon. Aku melindungi mereka dari pertempuran yang akan aku hadapi nanti. Mereka tidak perlu berada terlalu dekat."
Tidak. Itu bohong. Giana memang sedang bersikap kejam pada kedua orangtuanya. Tapi, setidaknya dengan begini, Larry dan Cassandra tidak akan ikut campur dalam masalah ini dan mengacaukan rencananya.
Di sisi lain, Dillon menghela nafas perlahan. Dia memang memutuskan untuk kembali mendampingi Giana, walaupun wanita itu tidak memberikannya kepastian.
'Aku akan mencoba. Kita akan mencoba ini.'
Itu adalah kata- kata yang Giana ucapkan setelah malam kedatangannya untuk membuat hati Dillon luluh dan setuju untuk kembali ke kota A.
"Aku sudah berbicara dengan beberapa pemegang saham tertinggi di perusahaan dan lima diantara mereka setuju untuk tidak menjual saham mereka ke pihak luar." Ini merupakan berita bagus, karena penjualan saham keluarga Dawson beberapa waktu lalu, benar- benar membuat kondisi perusahaan semakin tidak menentu.
"Terimakasih sudah melakukan semua itu," ucap Giana dengan lembut, sambil merebahkan kepalanya di dada Dillon dan tentu saja ini membuat hati pria itu semakin melunak.