Pilihlah dengan bijak.
Itu adalah kata- kata yang Ramon katakan sebelum dia pergi dan meninggalkan Margaretha sendirian di tempatnya semula.
Entah berapa lama Margaretha berdiri di sana, tapi dia baru sadar ketika assistentnya menghampiri dan menanyakan keadaannya, barulah setelah itu Margaretha ikut masuk ke dalam mobil dan tetap diam tanpa suara sepanjang perjalanan.
Dia bahkan membatalkan pertemuannya dengan temannya tersebut. Tidak mungkin dia bertemu dengan orang lain dalam kondisi seperti ini. Dia butuh waktu untuk sendiri dan memikirkan masalah ini.
Margaretha sudah mengenal Ramon dengan baik dan dia tahu kalau pria itu bukanlah tipe yang hanya akan mengancam tanpa benar- benar melakukan apa yang telah dia katakan.
Maka dari itu, ketika Ramon mengatakan akan membiarkan media tahu mengenai Willy, Margaretha tahu kalau Ramon tidak main- main dengan kata- katanya.
Tapi, bagaimana Ramon tahu mengenai Willy? Dan bagaimana dia bisa tahu mengenai hubungan antara Lis dan Leon? Apakah Margaretha harus memberitahukan Lis mengenai hal ini terlebih dahulu? Tapi, Lis sangat sulit untuk dihubungi dan lagi, Margaretha tidak ingin mengambil tindakan gegabah dalam menghadapi Ramon.
Tidak perlu dikatakan kalau seharusnya masalah ini dibiarkan sebagai sebuah rahasia…
Pilihlah dengan bijak…
Kata- kata Ramon yang dingin terdengar kembali di telinga Margaretha dan tatapannya yang tajam seolah memperingatkan dirinya dengan tegas kalau dia tidak main- main dengan situasi ini.
==============
Ramon kembali ke kamarnya untuk menemui Hailee sambil membawakan buah mangga yang telah dipotong- potong.
Akhir- akhir ini Hailee suka buah ini dan hal tersebut tidak luput dari pengamatan Ramon.
Ketika dia membuka pintu kamarnya, Ramon pikir Hailee tengah menonton televisi, tapi setelah dia perhatikan dengan baik, ternyata itu bukanlah sebuah scene dari sebuah drama, tapi merupakan rekaman CCTV yang berhasil diamankan oleh bodyguard Hailee di hari saat dia mengunjungi Aileen untuk memberikan undangan.
Di sana, Ramon dapat menyaksikan bagaimana Aileen menjatuhkan dirinya tanpa ragu.
Ramon mengerutkan dahinya, tidak menyukai adegan tersebut, bukan karena Aileen yang terjatuh, tapi saat itu, bisa jadi Hailee lah yang terjatuh dari tangga.
Hailee kemudian mengalihkannya ke rekaman CCTV di lantai bawah gedung tersebut yang menampilkan Aileen yang tengah meringis kesakitan dalam posisi terduduk di lantai.
"Apa menurutmu yang aneh?" tanya Hailee sambil mem- pause gambar tersebut. Di sana, Aileen tengah mengangkat kepalanya, dia tengah menatap ke arah Hailee yang sedang menuruni tangga.
Ramon lalu duduk di kasur mereka, di samping Hailee sambil menyodorkan sepotong mangga padanya, yang langsung dilahap Hailee.
"Terimakasih," ucap Hailee dengan manis sambil mendaratkan sebuah ciuman di pipi Ramon. "Jadi, apa yang menurutmu aneh?"
"Dia tidak melindungi perutnya ketika jatuh," jawab Ramon.
"Benar sekali!" Hailee menepuk tangannya dengan senang. Ini lah salah satu keuntungan berbicara dengan orang yang pintar, kau tidak perlu memberikan banyak penjelasan. "Seharusnya, secara insting, Aileen akan melindungi perutnya ketika jatuh, karena dirinya tengah hamil, kecuali kalau dia memang ingin kehilangan bayi tersebut."
"Benar," ucap Ramon sambil mendekatkan sepotong buah lagi ke bibir Hailee, yang dia makan dengan senang hati, walaupun istrinya tersebut tengah berapi- api dalam membahas hal janggal mengenai Aileen. "Atau mungkin juga karena dia tidak hamil."
"Hm?" Hailee menelengkan kepalanya. "Maksudmu dia hanya pura- pura hamil?"
"Bukankah kau yang bilang sendiri kalau kedua orangtua Theodore tidak menyetujui hubungan mereka berdua?" Ramon mengingatkan. "Tapi, bagi keluarga dengan status seperti keluarga Gevano, tentu saja darah daging mereka jauh lebih penting."
Hailee mengunyah buahnya dengan pelan ketika dia berpikir dan ketika dia menelannya dia mulai berkata perlahan. "Maksudmu, Aileen berpura- pura hamil untuk dapat menikah ke dalam keluarga Gevano?"
"Itu hanya asumsiku saja," ucap Ramon santai, tersenyum kecil ketika melihat istrinya ini berpikir dan mempertimbangkan clue yang dia berikan dengan serius.
Hailee terlihat seksi ketika dia sedang berpikir seperti ini, sehingga membuat Ramon tidak bisa menahan diri untuk tidak mencium bibirnya.
"Hei! Jangan ganggu aku! Aku sedang berpikir serius," protes Hailee dan membuat Ramon berhenti, tapi senyuman masih tersungging di sudut bibir pria itu.
"Aku tidak melarangmu untuk berpikir, kau tidak berpikir dengan bibirmu, kan?" Ramon membela diri, dia lalu memasukkan sepotong buah ke mulut Hailee dengan cepat sebelum istrinya tersebut protes.
Dengan bersungut- sungut, Hailee memakan buah itu sambil mengambil ponselnya yang tergeletak di meja, di samping ranjang.
"Zia," panggil Hailee, dia menelepon sepupunya tersebut dan bertukar kabar sesaat sebelum Hailee mengajukan pertanyaan yang memang ingin dia tanyakan. Tujuan awalnya menelepon Zia. "Apakah ada berita penting yang tidak aku ketahui?" tanyanya.
"Berita penting apa?" tanya Zia dari seberang sambungan telepon tersebut.
"Entahlah, mungkin berita mengenai dirimu yang telah memutuskan untuk mengakhiri hubunganmu dengan pria keparat itu." Hailee dapat mendengar Zia terbatuk- batuk karena terkejut dan di saat yang bersamaan Ramon mengetuk kepalanya pelan, sebagai sebuah peringatan. Bagaimana bisa dia merutuk dalam kondisi hamil seperti itu?
Ups! Hailee lupa karena dia benar- benar kesal…
"Hailee… aku sudah bilang padamu, aku akan memikirkan masalah ini… masalahnya tidak semudah itu, dan lagi…" Zia mencoba menjelaskan dengan panik.
"Atau mungkin kabar dari Aileen?" tanya Hailee, tidak mengindahkan protes Zia sama sekali.
"Aileen? Aku tidak mendengar kabar apapun darinya selain kabar mengenai dirinya yang kini tinggal di kediaman Theodore," jawab Zia segera, bersyukur karena Hailee telah mengganti topik pembicaraan.
Hailee lalu menanyakan pertanyaan- pertanyaan ringan sebelum akhirnya dia menutup panggilan tersebut.
"Tidak ada berita mengenai Aileen…" gumam Hailee. "Apa mungkin kandungannya baik- baik saja setelah jatuh dari tangga setinggi itu?" Hailee menatap Ramon. Apa mungkin apa yang dikatakannya benar? Aileen hanya berpura- pura.
"Menurutmu?" tanya Ramon, tersenyum, sambil memberikan potongan terakhir buah mangga. "Kenapa tidak biarkan keluarga Gevano saja yang memeriksa kebenaran itu?"
Hailee mengerjapkan matanya, mencerna apa yang dimaksudkan oleh Ramon, sebelum akhirnya sebuah senyuman mengembang di bibirnya.
"Kau jenius!" seru Hailee dengan senang. "Aku memang tidak salah pilih suami!"