-playlist chapter: tie me down by elley duhe
...
Suara tawa Winola menggema di seluruh ruangan. Tangan dengan jari-jari lentik berwarna putih memegang mulutnya sendiri secara alami sebagai respon.
"Itu menggelikan sekali. Apa yang bisa ditawarkan dari sebuah pertunangan semacam itu? Hanya seperti sebuah kontrak bisnis yang saling menguntungkan. Apa kamu takut aku akan melakukan hal rendah seperti itu? Apa kamu lupa siapa aku, Winola Meyer tidak akan ceroboh dengan bertunangan dengan sembarang orang." kekeh Winola dengan mata sipit.
"Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, Nola. Memang aku takut kehilangan dirimu tapi aku juga sadar diri jika aku tidak cukup layak menjadi pendampingmu?" balas Gary.
"Dan Isana lebih pantas? Kenapa kamu harus menikah dengan wanita gila kerja seperti wanita itu. Isana bahkan mampu memberimu seorang putra yang sangat lucu sedangkan aku tidak, lalu kenapa kamu tidak puas dengan berkhianat padanya?" kekeh Winola tidak habis pikir.
"Benar. Hubungan kita memang sudah salah sejak awal. Dan aku selalu takut jika kamu akan pergi melupakan diriku. Meninggalkan diriku sendiri yang penuh lumpur dosa sedangkan kamu melangkah seperti biasa. Seperti malaikat yang selalu bersinar." hati Gary tiba-tiba merasa sedih untuk alasan yang tidak jelas.
Terutama setiap kali Winola menyebut nama istrinya, Isana.
Kesedihan itu akan semakin menjadi saat Winola menyebut putranya yang lucu sebagai bahan olok-olok untuknya. Entah kenapa, Gary tiba-tiba merasa sangat bersalah.
"Jangan begitu, sayang. Aku tadi hanya bercanda. Mana mungkin aku pergi begitu saja. Walau bagaimana pun kamu...sejak tujuh tahun yang lalu menemaniku disaat suka dan duka yang tidak bisa tergantikan dengan uang. Aku sangat bersyukur waktu itu dan sekarang pun sama. Kamu lebih berharga dari pada semua isi apartemen ini. Kecuali koleksi terbaruku ini." kata Winola tersenyum memegang salah satu tas mungil berbahan kulit warna hitam mengkilat.
"Bukankah itu sangat mahal dan kamu memamerkan kepadaku tanpa merasa bersalah? Sedangkan isi dompetku bahkan tidak sampai seratus ribu?" oceh Gary merancu.
Tentu saja Gary hanya bercanda. Bahkan, jika Gary berniat jahat dengan mengambil salah satu koleksi tas mahal Winola tidak akan ada yang tahu dan Winola tidak akan marah jika mengetahuinya. Pertanyaanya adalah untuk apa Gary mencuri semua harta itu sedangkan yang Gary butuhkan hanyalah Winola seorang.
Tidak ada yang lain!
"Baiklah, ayo segera pergi. Kita akan terlambat jika terus berdebat." ajak Winola menggandeng tangan Gary keluar kamar.
Setelah semua yang disepakati, Gary memarkirkan mobil di depan hotel tempat keluarga Meyer mengadakan acara keluarga yang Winola katakan sebelumnya. Sementara manik mata cokelat Gary memperhatikan Winola berjalan menjauh menuju lobi hotel dan menghilang disalah satu pintu lift warna emas yang mewah.
"Kenapa aku merasa sangat sedih hari ini?" bisik Gary kepada dirinya sendiri.
...
Dan apa yang terjadi adalah tepat seperti yang Gary ramalkan. Winola sangat terkejut dengan pengumuman pertunangan dirinya yang keluarga besar Meyer rencanakan tanpa seijin Winola.
"Henry adalah anak yang sangat baik. Dia bahkan sudah menjadi seorang CEO perusahaan besar, kamu harus lebih berusaha untuk mengenal calon suamimu, sayang." bisik ibunya Winola kepada putrinya.
Setelah pengumuman pertunangan antara keluarga Meyer dan keluarga Lehmann, kursi yang Winola duduki terasa sangat panas. Resah dan tidak karuan bagaimana Winola akan menjelaskan tentang semua yang sedang terjadi kepada Gary, kekasih gelapnya.
"Ibu, kenapa tidak mendiskusikan ini kepadaku?" desis Winola menahan marah.
"Kamu terlalu keras kepala untuk dipaksa menikah maka jadilah ayahmu merencanakan semua ini. Kamu pikir ibu diberitahu?" balas sang ibu yang ikut mendesis.
Bagaimana pun, wanita setengah baya itu adalah ibu Winola dan seorang ibu tidak mungkin tega menjerumuskan putri kebanggaan dalam sebuah konflik bertema pertunangan dengan putra kedua keluarga Lehmann jika tidak karena masalah keuangan keluarga.
Perusahaan suaminya sedang tidak baik akhir-akhir ini, dan Tuan Besar Meyer membutuhkan sosok penerus untuk mengakuisisi perusahaan Meyer suatu hari nanti. Hingga pilihan terbaik jatuh ke tangan keluarga Lehmann yang terkenal bersih dalam mengelola perusahaan.
"Lalu aku hanya dijadikan tumbal untuk menyelamatkan perusahaan ayah?" gerutu Winola yang cepat tanggap dengan situasi keluarganya sendiri.
"Jangan seperti itu, sayang. Anggap saja ini sebagai bukti baktimu kepada orang tua, oke?" rayu sang ibu dengan suara lembut.
"Jangan membuatku tertawa ibu. Ada banyak cara untuk menunjukkan bakti seorang anak kepada orang tua mereka dan aku rasa ini bukan salah satunya. Ini terlalu kolot dan konyol." desis Winola yang sedang membayangkan wajah masam Gary jika mendengar berita ini entah dari siapa.
Untuk itu, Winola harus mempersiapkan diri untuk mengatakannya sendiri kepada Gary.
"Lihat, sayang. Ada Hanry yang datang ke arah kita, jadi sebaiknya kamu harus menunjukkan senyum yang paling cantik yang bisa kamu lakukan." bisik sang ibu lembut.
Mau tidak mau, Winola menoleh kearah asal suara langkah kaki.
Mata mereka saling bertukar tatap. Henry dengan jelas sedang menilai Winola yang enggan menunjukkan sikap ramah. Sebaliknya, Henry tersenyum sopan kepada Winola dan mengulurkan tangannya. Meminta ijin untuk membawa Winola bicara empat mata berdua.
"Ada apa? Cepat katakan, aku terlalu sibuk untuk berbicara dengan orang asing." kata Winola ketus.
Namun, Henry tetap mempertahankan senyum sementara semua mata sedang tertuju padanya. Winola tidak peduli jika orang lain menganggapnya tidak menerima perjodohan ini tetapi tidak bagi Henry.
"Tenang saja Winola, aku tidak akan ikut campur dengan hubungan terlarangmu dengan Gary Stein yang sudah beristri dan memiliki anak. Aku akan tetap membiarkannya, bahkan sampai kita menikah. Dengan satu syarat yaitu selama kita menikah kamu akan memberiku satu atau dua anak, setuju?" kata Henry diakhiri dengan senyum manis yang jujur Winola akui sangat menggoda.
Bukan hanya terkejut dengan pengakuan Henry yang ternyata mengetahui kelakuan nakalnya, Winola juga terkejut dengan penawaran tidak masuk akal Henry untuk memberinya satu atau dua anak.
"Apa kamu gila? Apa kamu tahu aku ini adalah aktris yang selalu di tuntut untuk tampil sempurna?" sembur Winola tidak lagi menahan diri.
"Justru itu, publik akan melihatmu semakin sempurna dengan sepasang anak darimu. Atau kamu lebih suka aib dan perbuatanmu dengan Gary tersebar luas?" desis Henry dengan nada superior yang tidak bisa dibantah.
...
To Be Continue ...
Terima kasih telah membaca CEO Palsu. Bagaimana perasaanmu setelah membaca bab ini? Ada beberapa cara untuk kamu mendukung cerita ini yaitu: Tambahkan cerita ini ke dalam daftar bacaanmu, Untuk semakin meriah kamu bisa menuliskan paragraf komen atau chapter komen sekali pun itu hanya tulisan NEXT, Berikan PS (Power Stone) sebanyak mungkin supaya aku tahu nama kamu telah mendukung cerita ini. Semoga harimu menyenangkan.