...
Jeff seperti sedang bermimpi jika dunia akan segera berakhir. Jeff tidak sekali pun pernah melihat jika Gary memiliki cukup banyak nyali untuk mengancam Winola. Karena Jeff tidak akan pernah tahu hubungan terlarang apa yang dua manusia di depannya telah lakukan selama ini.
Sebaliknya, Winola mengerutkan kening dan mengangkat salah satu alisnya tinggi-tinggi. Bibir Winola yang merah darah tersenyum licik seperti ibu tiri menemukan kesalahan pelayan.
"Tas kerja untuk istrimu? Jika itu yang kamu inginkan maka ambil saja beberapa sesuai yang kamu butuhkan tapi dengan satu syarat jangan pernah lagi mengancam bos mu hanya untuk hal sepele. Semua bisa dibicarakan Gary seakan kamu hendak mengundurkan diri karena kecabulan Jeff?" desah Winola merasa menang dengan alasan yang tidak bisa dimengerti.
"Apa salahku Nola? Aku tidak pernah menyentuh para pekerja yang ada di agensi, jangan mencoba mulai memfitnah diriku loh." Cebik Jeff menghembuskan napas lega.
Jika Winola sudah mau keluar kamar itu berarti pekerjaannya separuh selesai. Dan separuhnya lagi masih harus di pikirkan oleh Gary yang bertugas membawa Winola tepat waktu ke lokasi acara.
"Kamu bersalah jika berani menyentuh Gary satu milimeter saja. Aku tidak akan mengampuni jika kamu ketahuan merayu salah satu pegawaiku." Bentak Winola kepada Jeff secara frontal.
Gary hanya bisa mendengarkan dan mengerti jika kelakuan menyimpang Jeff sangat sulit diobati. Namun apa peduli Gary, dia lebih memilih masuk ke kamar Winola dan mengambil sebuah tas kerja warna hitam dari koleksi lama Winola. Tas untuk Isana.
"Apa aku boleh mengambil ini?" tanya Gary sangat polos.
Tas itu sangat sederhana dengan beberapa kantong yang cukup banyak, layaknya tas kerja wanita pada umumnya. Gary tidak bisa berpikir banyak jika Isana akan menyukai tas tersebut atau tidak. Bahkan Gary tidak tahu betapa mahal tas tersebut.
Baik Winola dan Jeff hanya bisa menggelengkan kepala hampir bersamaan. Mereka sangat paham jika Gary buta tentang mode atau sebagainya.
"Itu tas yang sangat mahal, Gary apa kamu yakin istrimu tidak akan tahu berapa harganya?" ketus Jeff hampir pingsan. Salah satu tangannya memijit pelipis.
"Ambil saja jika kamu mau. Pastikan jika tas ini kamu dapatkan dari aku sebagai penggemar beratku jika kamu tidak menginginkan istrimu di cap sebagai pencuri." Cebik Winola tidak ambil pusing.
Bagi Winola, tas itu tidak berbeda dengan barang bekas yang sudah tidak menarik lagi. Hanya ada dua opsi untuk barang seperti itu, menjualnya atau membuangnya. Dan Winola tidak harus melakukan hal semacam itu karena Gary telah mengambil peran tersebut.
"Terima kasih banyak." Kata Gary berkilat gembira.
...
Di lokasi syuting iklan...
"Nola, apa kamu tetap tidak bisa berdiri dengan para pria itu sekali saja? Mereka tidak akan menyentuhmu lebih dari yang seharusnya, oke?" rengek Jeff saat menyadari Winola tetap menolak.
"Hmm, bagaimana kalau Gary ikut? Kamu harus membayarnya untuk bisa membeli mainan anaknya bukan? Pria itu sangat kasihan, hidup tidak seharusnya hanya berakhir dengan menjadi budak untuk keluarganya. Tapi kita bisa apa, Gary lebih memilih seperti itu seakan dunia belum berakhir jika Gary tidak mencari bakatnya yang sebenarnya." Sedah Winola prihatin.
"Itu bukan urusanku, Nola dengar, kali ini aku akan memasukkan Gary seperti permintaanku tapi dengan satu syarat yaitu jangan pernah mencampur adukan masalah pribadiku dengan pekerjaan. Aku tidak suka. Dan kamu juga tidak suka jika aku mengancammu menggunakan nama tunanganmu, Henry Lehmann bukan?" desis Jeff kurang antusias, lalu berjalan pergi untuk memanggil Gary.
Seperti kesepakatan, pemotretan dan adegan syuting iklan dilakukan dengan Gary terlibat serta. Dalam hatinya, Winola sangat senang bisa bekerja bersama dengan Gary. Karena Winola bisa melihat Gary yang polos dan penurut itu setiap saat.
Sebaliknya, Gary merasa sangat tidak nyaman dengan make up dan cahaya lampu sorot. Tapi demi uang lima juta akan Gary lakukan juga. Semua itu demi Leon. Demi mainan robot canggih yang Leon minta dengan dua mata lucunya.
"Sepertinya Gary cocok menjadi model. Bagaimana kalau menyertakan pria itu dalam project selanjutnya?" kata Winola kepada sang fotografer.
Bak gayung bersambut, sang fotografer pun mengangguk setuju.
"Nola, dari mana kamu mendapatkan calon bintang ini? Penampilannya yang malu-malu namun terkesan sangat maskulin itu terlalu menggoda untuk dibiarkan tidak diasah." Puji fotografer jujur.
"Itu jika Gary menyanggupi penawaranmu. Jadi sebaiknya kamu menyiapkan kompensasi yang pantas karena pria itu sangat suka uang untuk diberikan kepada keluarganya." Tidak lupa Winola menambahkan jika Gary memang memiliki bakat alami sebagai model hanya untuk membuat senang sang fotografer.
Jika dilihat dengan jujur, penampilan Gary saat pemotretan sangat kaku. Namun di situlah letak daya tarik orang yang menjadi latar belakang. Mereka yang hanya memiliki bakat alami saja yang bisa berdiri seperti patung yang bisa mengekspos pesona Winola.
Dan Gary memenuhi semua persyaratan tersebut. Bahkan Gary sudah sejak lama memenuhi seluruh tubuh Winola dengan caranya sendiri. Pada saat itu, Winola akan bergidik ngeri membayangkan malam-malam panjang yang akan mereka habiskan beberapa saat lagi.
"Tidak bisa. Hari ini aku harus pulang untuk memberikan hadiah kepada Leon dan Isana. Aku tidak bisa bekerja terlalu larut karena besok istriku ulang tahun. Tolong mengerti Jeff. Bukankah sejak dulu aku belum pernah menolak apa yang kalian perintahkan?" kata Gary tegas.
Setelah pemotretan berakhir dan Gary meminta ijin untuk pulang, tidak hanya Winola yang kecewa tapi juga Jeff.
"Tapi pekerjaanmu belum selesai Gary. Masih ada satu pesta koktail yang harus kamu datangi sebagai calon model. Kamu harus bisa beradaptasi dengan karier mu dimasa depan, tapi apa yang kamu lakukan hanya akan melewatkan semua itu?" Jeff tidak bisa terima dengan alasan jujur Gary.
"Aku tahu, tapi tolong kamu juga mengerti jika aku sudah berkeluarga dan hari ini keluargaku membutuhkan diriku lebih besar ketimbang menghadiri pesta koktail yang aneh bagiku. Nola, aku akan datang lagi besok jadi tolong biarkan aku pulang." Balas Gary memohon dengan sungguh-sungguh.
"Baiklah. Tapi ingat Gary, kamu harus membayar hutang ini dengan beberapa pekerjaan kecil yang tidak bisa kamu tawar." Balas Winola santai, membuat Gary mengangguk mengerti.
...
To Be Continue ...
Terima kasih telah membaca CEO Palsu. Bagaimana perasaanmu setelah membaca bab ini? Ada beberapa cara untuk kamu mendukung cerita ini yaitu: Tambahkan cerita ini ke dalam daftar bacaanmu, Untuk semakin meriah kamu bisa menuliskan paragraf komen atau chapter komen sekali pun itu hanya tulisan NEXT, Berikan PS (Power Stone) sebanyak mungkin supaya aku tahu nama kamu telah mendukung cerita ini. Semoga harimu menyenangkan.