Chereads / CEO Palsu / Chapter 7 - CP 7 Keluarga kecil bahagia

Chapter 7 - CP 7 Keluarga kecil bahagia

...

Leon sudah menunggu ayahnya pulang sejak tadi dengan berdiri di depan pintu. Mata kecilnya menatap halaman depan rumah yang kecil lalu tembus ke jalan yang banyak kendaraan berlalu lalang.

Rumah mungil itu adalah hasil kerja keras Isana selama bekerja. Bukan rumah baru memang, setidaknya Isana sudah melunasi pembelian rumah itu tiga bulan yang lalu dan sertifikat aman tersimpan disuatu tempat tanpa Gary ketahui.

Karena bukan rahasia umum lagi, jika Gary sejak berhenti bekerja di perusahaan perkapalan masih menyisakan beberapa hutang lintah darat yang bunganya akan naik setiap hari. Itu juga alasan kenapa Gary tidak bisa memberikan uang kepada Isana dan anaknya. Uang Gary setiap bulannya habis hanya untuk membayar hutang yang sepertinya tidak pernah berkurang.

"Ayah..." seru Leon saat melihat ayahnya berjalan mendekati rumah.

Leon segera membuka pintu rumah, berlari dengan langkah kecilnya hingga berakhir di pelukan sang ayah. Anak laki-laki tujuh tahun itu tertawa gembira saat salah satu tangan ayahnya menyodorkan sebuah kotak berisi mainan robot yang selama ini Leon inginkan.

"Ayah, ini bagus sekali. Leon suka mainan ini. Terima kasih, ayah." Pekik Leon tidak bisa berhenti tersenyum lalu tertawa riang.

Dada Gary dipenuhi dengan energi kegembiraan karena melihat tawa riang Leon. Anak laki-lakinya telah tumbuh besar dengan sangat baik tanpa Gary sadari. Sesuatu yang selama ini Gary luput untuk memperhatikan.

"Kau sudah pulang?" tanya suara lembut dari arah belakang.

Segera Gary menengok pada asal suara dan mendapati istrinya berdiri dengan pundak lelah menatap mereka. Isana memaksakan seulas senyum yang sulit Gary tangkap apa maknanya.

"Besok kamu kan ulang tahun dan aku ingin memberi hadiah untukmu. Lihatlah." Balas Gary, menyodorkan sebuah tas kertas warna merah muda kepada Isana.

"Apa ini?" tanya Isana penasaran. Seumur hidup, baru hari ini Gary ingat ulang tahun istrinya dan juga memberikan kado. Apa dunia akan segera kiamat? Atau Isana akan segera mati?

Dari pada memikirkan sesuatu yang tidak Isana ketahui jawabnya, Isana segera membuka isi tas kertas merah muda itu. Sebuah tas kerja dari kulit asli merek terkenal yang bahkan jika Isana menabung saja tidak akan sanggup untuk membeli.

"Bagaimana, bagus kan?" tanya Gary ingin melihat pendapat istrinya.

"Bagus. Tapi ngomong-ngomong dari mana kamu mendapatkan barang semahal ini? Gary kamu tidak sedang mencuri atau melakukan sesuatu yang berbahaya kan?" selidik istrinya khawatir.

Gary tertawa renyah mendengar ekspresi terkejut sekaligus khawatir Isana yang tidak bisa disembunyikan. Gurat-gurat di dahi Isana sangat terlihat jelas. Kontras dengan riasan sederhana Isana yang sudah mulai memudar.

"Tenang sayang, ini adalah hadiah dari Winola. Kamu jangan marah ya, tas ini bukan baru sebenarnya. Tas ini diambil dari koleksi tas lama Winola dan wanita boros itu dengan senang hati memberikannya untukku. Dan sekarang aku serahkan sertifikat keaslian kepadamu." Balas Gary, menyodorkan sebuah amplop kecil yang berwarna perak.

Benar saja. Saat Isana membuka amplop kecil itu, sebuah kertas tebal yang menerangkan keaslian daripada tas mahal tersebut. Isana menghela napas panjang. Namun, Isana tidak bisa tersenyum untuk itu.

"Aku sangat berterima kasih tapi ini terlalu mahal untuk aku terima. Gary, bisa kamu kembalikan saja tas ini? Aku tidak memerlukan hadiah. Selama kamu ingat hari ulang tahunku saja sudah cukup bagiku." Kata Isana terbata-bata.

"Hei, jangan seperti itu. Winola tidak akan menerima sesuatu yang sudah dia berikan. Kalau kamu tidak bisa memakainya sebaiknya kamu simpan dan kamu bisa menjualnya untuk sekolah Leon suatu hari nanti. Atau kamu ingin tas yang lebih kecil?" kata Gary kemudian menyodorkan sebuah tas kertas lain di depan muka Isana.

Karenanya Isana kembali terkejut dengan kejutan yang Gary berikan. Wajah Isana merona merah. Bukan karena bahagia namun lebih seperti terkejut, kesal tapi senang. Seulas senyum pada akhirnya pecah di wajah Isana yang putih.

"Apa lagi ini?" tanya Isana sambil meraih tas kertas kecil dari tangan Gary, membuka dan memekik pelan.

"Kali ini kamu harus menerimanya. Sayang, ini aku beli saat sedang mencari mainan untuk Leon. Entah kenapa aku selalu melihatmu memakai tas kecil yang usang setiap kali berbelanja bahan makanan. Aku memilih model yang sangat sederhana supaya kamu bisa memakainya.

Aku mendapatkan uang dari hasil pemotretan yang secara tidak sengaja. Kamu tahu, pagi tadi Winola marah besar karena tidak senang dengan acara pemotretan, lalu entah bagaimana aku terseret di dalamnya. Kemudian Jeff memberikan uang padaku sebagai kompensasinya.

Rasaya seperti mimpi dan aku baru tahu menjadi model itu tidak semudah yang aku bayangkan sebelumnya. Selama ini aku hanya sopir yang mengantar Winola ke mana pun aktris arogan itu pergi. Dan saat bekerja bersamanya aku mengerti menjadi publik figur itu memiliki tanggung jawab yang berat dan tidak semua orang bisa melakukannya." Cerita Gary panjang lebar.

"Jadi itu rupanya. Apa kamu juga tahu, di media sosial beredar kabar jika Winola memiliki seorang kekasih sebelum bertunangan dan foto yang sumber itu tampilkan adalah dirimu dan Winola yang sedang berpose dengan beberapa lelaki di latar belakang. Aku lega sekarang, karena aku tidak bisa membantah dengan alasan apa pun saat itu." Balas Isana yang membuat Gary terkejut.

"Bagaimana itu bisa segera tersebar luar sementara baru tadi siang kami melakukan sesi pemotretan? Isana, kamu sedang tidak mematai-mataiku kan?" pekik Gary sangat terkejut.

Sebagai jawaban, Isana mengeluarkan ponselnya dari tas lalu menunjukkan sumber media sosial yang ia katakan sebelumnya. Kemudian, Isana juga sengaja melakukan pencarian di mesin pencari dan hasilnya juga sama. Cukup mengejutkan karena berita itu menjadi pembicaraan di dunia maya dalam satu jam terakhir.

"Jika kamu benar-benar tidak melakukannya maka kamu tidak perlu khawatir. Kadang kala, sopir selalu menjadi korban artis mereka. Terlebih lagi, suamiku ini sangat tampan dan memang cukup layak di pertimbangkan sebagai model kutu buku." Kekeh Isana tertawa riang, sama sekali tidak percaya dengan kabar yang beredar karena Isana menaruh banyak keyakinan pada Gary.

"Jangan bercanda dong. Aku juga manusia biasa yang bisa takut dan cemas." Rengek Gary, memeluk Isana secara spontan.

"Jadi, kita akan makan malam dimana malam ini?" tanya Isana lembut, tepat di telinga kanan Gary yang dadanya campur aduk antara takut dan bahagia.

...

To Be Continue ...

Terima kasih telah membaca CEO Palsu. Bagaimana perasaanmu setelah membaca bab ini? Ada beberapa cara untuk kamu mendukung cerita ini yaitu: Tambahkan cerita ini ke dalam daftar bacaanmu, Untuk semakin meriah kamu bisa menuliskan paragraf komen atau chapter komen sekali pun itu hanya tulisan NEXT, Berikan PS (Power Stone) sebanyak mungkin supaya aku tahu nama kamu telah mendukung cerita ini. Semoga harimu menyenangkan.