...
Leon duduk di jok belakang dengan sangat tenang memainkan mainan robot barunya. Sementara Isana dan Gary duduk di depan terlihat sedang berbincang-bincang kecil.
"Bagaimana kalau ke restoran tempat pertama kali kita bertemu?" tanya Gary memberi ide. Sementara tangannya sibuk memegang kemudi dan matanya lurus mengawasi jalan.
"Itu ide yang bagus. Tapi kenapa tiba-tiba aku merasa tidak enak. Gary, apa kamu melakukannya untuk mengadakan sebuah perpisahan? Maksudku apa kamu akan ke luar negeri untuk melakukan pemotretan atau semacamnya?" kekeh Isana merasa malu, sedangkan kata-katanya merancu.
Gary, tidak pernah melakukan sesuatu yang romantis sebelumnya dan itu cukup mengganggu Isana. Ada apa dengan suaminya akhir-akhir ini?
Apa Gary sudah bertobat?
"..."
Untuk beberapa saat, Gary terdiam merenungi perkataan Isana yang kebetulan memang benar. Gary tidak tahu kenapa dirinya dengan suka rela melakukannya. Mungkin karena Gary bosan saja, pikirnya sendiri.
"Sudah sewajarnya aku melakukan apa yang seharusnya seorang suami lakukan. Isana, kamu dan Leon adalah satu-satunya keluarga yang aku miliki dan mungkin kamu tidak tahu jika kalian berdua sangat berharga.
Aku sudah memperlakukan kalian dengan sangat buruk beberapa waktu ke belakang. Bahkan aku tidak bisa membantu keuangan selama ini dan itu membuatku seperti tidak berguna sebagai laki-laki yang menjadi seorang kepala keluarga.
Isana, dulu...maksudku waktu itu, saat kita pertama kali bertemu di restoran, apakah kamu tahu jika sebenarnya aku sedang dalam keadaan yang sangat terpuruk? Kehilangan krisis kepercayaan diri sebagai seorang laki-laki karena ditinggal keluarga?" balas Gary sedikit berbohong.
Selain tentang alasan pertemuan pertama mereka, jika pada dasarnya Gary sedang terpukul karena menyadari perbedaan besar antara dirinya dengan keluarga Meyer. Benar, jika Gary dan Winola menjalin hubungan lebih serius sejak tujuh tahun terakhir tapi pada kenyataan mereka mengenal satu sama lain sejak bangku SMA.
Sejak SMA, Winola memang sudah terkenal sebagai aktris remaja dan waktu itu Gary merupakan pengagum beratnya. Winola yang waktu itu masih kelas satu sedangkan Gary sebentar lagi lulus SMA. Pada hari kasih sayang Gary memberanikan diri menyatakan cinta.
Malang tidak dapat ditolak ketika Winola menerima cinta Gary namun tidak bisa mengenalkan kepada keluarganya karena status sosial Gary yang hanya anak orang biasa. Itu membuat Gary terpukul untuk beberapa waktu hingga Winola memberi sebuah opsi yaitu bermain lewat jalur belakang.
Dan sejak hari itu, Gary menjadi pendukung utama secara emosional seorang aktris remaja bernama Winola Meyer. Hingga pada akhirnya, sejak tujuh tahun yang lalu hubungan mereka semakin meningkat sebagai sepasang kekasih gelap.
Tentu saja, Gary tidak dibutakan oleh rasa cintanya kepada Winola semata. Karena apa pun yang Gary lakukan tidak akan mengubah nasib baginya menjadi suami Winola yang bisa diakui oleh keluarga Meyer kecuali kalau kamu adalah seorang keturunan konglomerat.
Pada hati itu, Gary yang tengah terpuruk bertemu dengan malaikatnya, Isana.
"Kamu tidak pernah menceritakan lebih apa yang ingin kamu katakan selama ini, maaf jika aku tidak tahu itu. Tapi sekarang kamu memiliki kami berdua jadi jangan lagi bersedih. Mari kita melanjutkan hidup bersama-sama. Bukankah kita berdua juga yatim piatu?" bisik Isana tersentuh.
Secara garis besar, Isana adalah contoh gadis kota yang sangat baik dan pengertian yang pernah Gary temui. Namun, kelembutan Isana yang seperti malaikat justru membuat Gary bosan dan mencari tantangan baru dengan berhubungan gelap bersama Winola.
Anehnya, Gary tidak bisa merasa bersalah. Justru bagi Gary adalah sebuah pencapaian besar dalam hidupnya bisa memiliki Winola dalam dekapannya sementara hidup sederhana bersama Isana. Gary memang sudah gila sejak awal, kehadiran Isana baginya belum cukup untuk membuatnya tersadar.
"Benar. Terima kasih, sayang. Kamu sangat pengertian." Balas Gary saat mereka telah memasuki halaman parkir restoran yang mereka tuju.
Restoran itu bukanlah restoran mahal nan berkelas yang biasa Gary datangi bersama Winola. Restoran itu hanya restoran keluarga biasa yang akan selalu ramai di akhir pekan, terutama saat malam hari.
Beruntung bagi mereka masih bisa mendapatkan kursi di samping jendela menghadap jalan raya. Spot yang sangat Leon sukai karena bocah laki-laki itu bisa melihat beraneka ragam kendaraan roda empat berlalu lalang di jalan raya.
"Pesanlah beberapa makanan, aku harus ke toilet sebentar." Kata Isana lalu pergi ke arah bagian belakang restoran.
Di dalam toilet, Isana terisak bahagia. Meski ulang tahunnya besok dan Gary mengajaknya makan malam bertiga karena besok Gary akan seharian mengantar Winola keluar kota, maka Isana tidak lebih bersyukur lagi sebab Gary ternyata masih peduli kepada keluarganya.
Sebelumnya, Isana sempat putus asa ketika melihat Gary selalu murung dan tampak tidak bahagia. Gary adalah seorang ayah dan meski Leon masih kecil, anak itu cukup mengerti jika ada masalah dengan ayahnya. Tentu saja, Leon hanya menceritakan itu kepada ibunya, Isana.
Saat itu, Isana hanya bisa berdoa semoga Gary bisa menjadi contoh yang baik untuk putra mereka. Atau mungkin keinginan Isana yang terlalu berlebihan karena pada dasarnya keadaan Gary yang dalam kesulitan.
Terlilit hutang selama bertahun-tahun tentu saja membuat seseorang merasa seperti mayat hidup yang hidup tanpa harapan dan semangat. Isana sangat mengerti, untuk itu yang bisa Isana lakukan hanyalah memberikan lebih banyak ruang dan sedikit tanggung jawab kepada Gary.
Akan tetapi, hari ini Isana sangat tersentuh dengan perhatian kecil Gary. Atau Isana yang terlalu naif dengan motif terselubung Gary yang sebenarnya. Mari kita lihat saja...
"Sayang, kenapa lama sekali?" tanya Gary saat mendapati Isana tiba-tiba muncul setelah lima belas menit.
"Maaf, tadi aku sedikit merasa sakit perut dan toilet penuh semua. Datang ke tempat ini selama sekian tahun membuatku gugup. Gary, apa kamu sengaja membawaku untuk mengenang masa lalu atau aku yang terlalu berlebihan?" jawab Isana, duduk saling berhadapan sementara Leon masih tenang memandangi jalan raya.
Gary tertegun menyadari betapa sederhana pemikiran Isana.
"Aku tidak bisa memikirkan banyak hal. Pertama, hanya tempat ini satu-satunya yang terlintas di pikiranku. Kedua, harga di tempat ini tidak terlalu mahal jadi kita bisa memesan banyak menu untuk merayakan ulang tahunmu. Apa itu cukup?" kata Gary pada akhirnya.
"Terima kasih, sayang. Sudah membawa kami ke tempat ini. Aku sangat senang." Kata Isana jujur, lalu mengecup kening Gary setelahnya.
...
To Be Continue ...
Terima kasih telah membaca CEO Palsu. Bagaimana perasaanmu setelah membaca bab ini? Ada beberapa cara untuk kamu mendukung cerita ini yaitu: Tambahkan cerita ini ke dalam daftar bacaanmu, Untuk semakin meriah kamu bisa menuliskan paragraf komen atau chapter komen sekali pun itu hanya tulisan NEXT, Berikan PS (Power Stone) sebanyak mungkin supaya aku tahu nama kamu telah mendukung cerita ini. Semoga harimu menyenangkan.